Anggota Dewan Perwakilan Daerah Made Mangku Pastika memberikan masukan agar Badan Pengelola Fasilitas Kawasan Suci Pura Agung Besakih di Kabupaten Karangasem, Bali, dapat memberikan kontribusi untuk perbaikan pura dan kesejahteraan para pemangku atau tokoh agama.

"Kontribusi Badan Pengelola Besakih untuk parhyangan (tempat suci) harus ada karena sudah banyak pura yang rusak dan berusia tua," kata Pastika saat mengadakan reses ke Pura Agung Besakih di Amlapura-Karangasem, Senin.

Pastika dalam kegiatan resesnya bertajuk Keberadaan Badan Pengelola Fasilitas Kawasan Suci Pura Besakih: Tantangan dan Solusi dalam Meningkatkan Penataan dan Pengelolaan ke Depan itu menyampaikan, kini kesan kondisi semrawut di lokasi sekitar pura sudah terlihat teratasi.

"Saya gembira Badan Pengelola Besakih sudah menjalankan tugasnya dengan baik. Namun, harapannya ke depan agar pelayanan yang diberikan semakin baik sehingga tidak ada lagi kebingungan dari pamedek (umat) yang hadir untuk bersembahyang," ujar mantan Gubernur Bali dua periode tersebut.

Demikian pula pelayanan yang diberikan kepada wisatawan domestik maupun wisatawan mancanegara yang berkunjung ke pura terbesar di Bali tersebut juga hendaknya santun dan ramah.

Pastika menambahkan, pendapatan yang diperoleh Badan Pengelola Besakih dengan tingkat kunjungan wisman per hari rata-rata 510 orang dan wisatawan domestik 70 orang itu juga nantinya agar bisa disisihkan untuk perbaikan pura dan memberikan kesejahteraan bagi pemangku yang telah melayani umat.

Baca juga: Konsorsium pengelolaan sampah di Pura Besakih sejalan UU 18/2008

"Mengelola kawasan suci seperti Pura Besakih tidak mudah dan cukup berat. Banyak tantangan dan kendala yang perlu diatasi. Tetapi dengan semangat pengabdian dan niat suci serta manajemen yang baik semua akan bisa berjalan baik," ujarnya.

Menurut Pastika, di luar negeri banyak kuil (temple) yang dikelola dengan profesional hasilnya sangat bagus. Seperti Akshardham yang merupakan kompleks kuil Hindu di Delhi, India yang menyimpan berbagai arsitektur, spiritual, budaya India dan Hindu tradisional. Demikian pula dengan kuil di Tokyo, Jepang.

"Di sana bukan saja bisa menjaga kesuciannya juga memberi manfaat besar bagi masyarakat. Kita perlu studi banding ke sana dan meniru tata kelolanya sehingga berhasil. Jika pengelolaan di Pura Besakih bagus, maka dapat menjadi contoh bagi pura besar lainnya di Bali," ucapnya.

Mengenai persoalan sampah di kawasan Pura Besakih, menurut dia, sesungguhnya dapat memberikan keuntungan jika dikelola dengan tepat. Sampah buah-buahan dari sisa sembahyang bisa diolah menjadi eco enzyme (pupuk organik) yang sangat bermanfaat bagi tanaman.

Demikian pula sampah organik lainnya sebagai pupuk kompos. Pemanfaatan bahan-bahan ini penting bagi Bali menuju Bali Clean and Green atau Bali yang Bersih dan Hijau.

Baca juga: Pemprov Bali ingin Pura Besakih dikelola baik

Sementara itu Sekretaris Badan Pengelola Fasilitas Kawasan Suci Pura Agung Besakih I Wayan Mastra mengatakan tantangan yang dihadapi saat ini adalah masalah sampah, air dan ada ratusan kios yang belum dimanfaatkan.

Mantan Camat Rendang Karangasem itu menyebut Badan Pengelola harus membeli air yang cukup tinggi harganya berkisar Rp180 ribu hingga Rp350 ribu per tangki ketika kondisi musim kering.

Dalam kesempatan itu juga disampaikan ada empat prioritas kerja badan pengelola yakni keamanan dan ketertiban, kebersihan dan keindahan, pelayanan dan kenyamanan serta pengembangan SDM.

Terkait pelayanan kepada umat maupun wisatawan yang datang sudah diatur sedemikian rupa agar bisa berjalan tertib di antaranya wisatawan yang datang harus membeli tiket terlebih dahulu dan menggunakan kamen (kain sembahyang) serta didampingi pemandu lokal.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023