Menteri Perhubungan (Menhub) Budi Karya Sumadi mengajak anggota Dewan Energi Nasional (DEN) dan pemangku kepentingan terkait untuk aktif mempromosikan penggunaan transportasi massal kepada masyarakat luas.
“Para pendekar energi juga harus turut mencontohkan. Misalnya kalau mau ke Bandung jangan naik kendaraan pribadi, tapi naik Whoosh (Kereta Cepat),” kata Budi Karya dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Menhub Budi menjelaskan, pemerintah melalui Kemenhub berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca di sektor transportasi secara masif dengan membangun sejumlah transportasi massal seperti MRT, LRT, dan Kereta Cepat.
Menurut dia, pembangunan sistem transportasi massal merupakan modal untuk secara langsung mengurangi konsumsi bahan bakar fosil di sektor transportasi.
Baca juga: Dishub Bali ajak masyarakat gunakan transportasi umum
Oleh karena itu, pembangunan transportasi massal menjadi keharusan untuk dilakukan meski proses membangunnya tidak mudah.
“Proses pembelajaran dalam membangun transportasi massal harus dilakukan. Memang masih ada kekurangan tetapi terus kita lakukan perbaikan. Dan pembelajaran ini sudah dibuktikan bahwa LRT diminati oleh negara lain, salah satunya Malaysia dengan kontraktor dari Indonesia,” ucap Menhub.
Lebih lanjut, selain membangun transportasi massal, penggunaan energi terbarukan di sektor transportasi juga dilakukan dengan mendorong penggunaan kendaraan listrik dan membangun ekosistemnya.
Menhub mendorong inisiatif kerja sama Dewan Energi Nasional untuk berkolaborasi dengan akademisi universitas melakukan penelitian dan inovasi tentang penggunaan energi terbarukan yang hasilnya sesuai dengan kebutuhan industri dan masyarakat.
Baca juga: Pemprov Bali kembali operasikan bus Trans-Sarbagita
"Beberapa waktu yang lalu, penelitian dan inovasi oleh akademisi maupun mahasiswa universitas ter-hilirisasi dengan baik sehingga produk yang dihasilkan dapat sesuai kebutuhan masyarakat," katanya.
Berdasarkan data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2022, sejak 2013 sektor transportasi menjadi pengguna energi terbesar, yang diikuti oleh sektor industri, sektor rumah tangga, dan kemudian sektor komersial.
Pada 2022, sektor transportasi mengkonsumsi 429 juta BOE (Barrel Oil Equivalent) dari total konsumsi energi final sebesar 1.114 juta BOE, sehingga sektor transportasi mengkonsumsi energi sebesar 39 persen dari total energi final.
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca pada tahun 2030 sebagaimana telah tertuang di dalam Nationally Determined Contribution (NDC) dan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
“Para pendekar energi juga harus turut mencontohkan. Misalnya kalau mau ke Bandung jangan naik kendaraan pribadi, tapi naik Whoosh (Kereta Cepat),” kata Budi Karya dalam keterangannya di Jakarta, Kamis.
Menhub Budi menjelaskan, pemerintah melalui Kemenhub berkomitmen mengurangi emisi gas rumah kaca di sektor transportasi secara masif dengan membangun sejumlah transportasi massal seperti MRT, LRT, dan Kereta Cepat.
Menurut dia, pembangunan sistem transportasi massal merupakan modal untuk secara langsung mengurangi konsumsi bahan bakar fosil di sektor transportasi.
Baca juga: Dishub Bali ajak masyarakat gunakan transportasi umum
Oleh karena itu, pembangunan transportasi massal menjadi keharusan untuk dilakukan meski proses membangunnya tidak mudah.
“Proses pembelajaran dalam membangun transportasi massal harus dilakukan. Memang masih ada kekurangan tetapi terus kita lakukan perbaikan. Dan pembelajaran ini sudah dibuktikan bahwa LRT diminati oleh negara lain, salah satunya Malaysia dengan kontraktor dari Indonesia,” ucap Menhub.
Lebih lanjut, selain membangun transportasi massal, penggunaan energi terbarukan di sektor transportasi juga dilakukan dengan mendorong penggunaan kendaraan listrik dan membangun ekosistemnya.
Menhub mendorong inisiatif kerja sama Dewan Energi Nasional untuk berkolaborasi dengan akademisi universitas melakukan penelitian dan inovasi tentang penggunaan energi terbarukan yang hasilnya sesuai dengan kebutuhan industri dan masyarakat.
Baca juga: Pemprov Bali kembali operasikan bus Trans-Sarbagita
"Beberapa waktu yang lalu, penelitian dan inovasi oleh akademisi maupun mahasiswa universitas ter-hilirisasi dengan baik sehingga produk yang dihasilkan dapat sesuai kebutuhan masyarakat," katanya.
Berdasarkan data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2022, sejak 2013 sektor transportasi menjadi pengguna energi terbesar, yang diikuti oleh sektor industri, sektor rumah tangga, dan kemudian sektor komersial.
Pada 2022, sektor transportasi mengkonsumsi 429 juta BOE (Barrel Oil Equivalent) dari total konsumsi energi final sebesar 1.114 juta BOE, sehingga sektor transportasi mengkonsumsi energi sebesar 39 persen dari total energi final.
Pemerintah Indonesia telah berkomitmen untuk menurunkan emisi Gas Rumah Kaca pada tahun 2030 sebagaimana telah tertuang di dalam Nationally Determined Contribution (NDC) dan mencapai Net Zero Emission (NZE) pada 2060 atau lebih cepat.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023