Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika menyampaikan bahwa peringatan peristiwa Bom Bali hendaknya menjadi pengingat pentingnya perdamaian.
"Peringatan peristiwa Bom Bali I setiap tanggal 12 Oktober bukan untuk memperkuat sakit hati dan memperbesar dendam, tetapi justru sebaliknya, momentum untuk mengingatkan hal-hal seperti itu dapat merugikan kita semua," kata Mantan Ketua Tim Investigasi Bom Bali itu di Denpasar, Kamis.
"Kita semua bersaudara. Apalagi di Bali ada konsep menyamabraya (persaudaraan), paras paros (kebersamaan), dan pakedek pakenyem (saling tertawa-tersenyum)," kata Pastika, yang pernah menjabat sebagai gubernur Bali selama dua periode.
Menurut dia, peristiwa pengeboman yang 21 tahun silam terjadi di Bali hendaknya menjadi pengingat bahwa setiap individu mesti berkontribusi untuk mewujudkan perdamaian.
Baca juga: Pemkab Badung menata arsip tragedi bom Bali sebagai memori kolektif
"Damai itu indah dan ini tentu harus dimulai dari diri kita sendiri," katanya.
"Bisakah kita hilangkan dengan penuh kesadaran apa itu AIDSS yakni amarah, iri, dendam, serakah, dan sombong. Kalau ini bisa maka kedamaian akan ada di sana," ia menambahkan.
Pastika mengemukakan bahwa semua agama mengajarkan kebaikan. Namun, kata dia, kadang ada yang salah menerjemahkan ajaran agama dan merasa diri paling benar.
"Yang paling ngeri adalah serakah memonopoli kebenaran. Merasa paling benar sendiri dan orang lain salah. Merasa paling bagus sendiri, sedangkan orang lain salah semua, sehingga merasa punya hak untuk menghakimi orang lain," katanya.
Dalam peristiwa Bom Bali I, aksi bom bunuh diri mengguncang Paddy's Pub dan Sari Club di Legian, Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, pada 12 Oktober 2002. Tragedi itu menyebabkan 202 orang meninggal dan 209 orang luka-luka. Para korban berasal dari 22 negara.
Peringatan peristiwa Bom Bali, Pastika mengatakan, hendaknya dijadikan sebagai momentum untuk menguatkan tekad guna mencegah aksi kejahatan semacam itu terulang.
"Semua menjadi masalah. Mudah-mudahan peristiwa seperti itu jangan sampai terjadi lagi," katanya.
Baca juga: Kapolri: Peringatan 20 tahun Bom Bali ingatkan dunia untuk lebih waspada
"Perdamaian itu bukan turun dari langit, tetapi harus diupayakan oleh semua pihak. Perdamaian itu maha penting bagi kelangsungan peradaban manusia," kata mantan kepala kepolisian daerah Bali itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
"Peringatan peristiwa Bom Bali I setiap tanggal 12 Oktober bukan untuk memperkuat sakit hati dan memperbesar dendam, tetapi justru sebaliknya, momentum untuk mengingatkan hal-hal seperti itu dapat merugikan kita semua," kata Mantan Ketua Tim Investigasi Bom Bali itu di Denpasar, Kamis.
"Kita semua bersaudara. Apalagi di Bali ada konsep menyamabraya (persaudaraan), paras paros (kebersamaan), dan pakedek pakenyem (saling tertawa-tersenyum)," kata Pastika, yang pernah menjabat sebagai gubernur Bali selama dua periode.
Menurut dia, peristiwa pengeboman yang 21 tahun silam terjadi di Bali hendaknya menjadi pengingat bahwa setiap individu mesti berkontribusi untuk mewujudkan perdamaian.
Baca juga: Pemkab Badung menata arsip tragedi bom Bali sebagai memori kolektif
"Damai itu indah dan ini tentu harus dimulai dari diri kita sendiri," katanya.
"Bisakah kita hilangkan dengan penuh kesadaran apa itu AIDSS yakni amarah, iri, dendam, serakah, dan sombong. Kalau ini bisa maka kedamaian akan ada di sana," ia menambahkan.
Pastika mengemukakan bahwa semua agama mengajarkan kebaikan. Namun, kata dia, kadang ada yang salah menerjemahkan ajaran agama dan merasa diri paling benar.
"Yang paling ngeri adalah serakah memonopoli kebenaran. Merasa paling benar sendiri dan orang lain salah. Merasa paling bagus sendiri, sedangkan orang lain salah semua, sehingga merasa punya hak untuk menghakimi orang lain," katanya.
Dalam peristiwa Bom Bali I, aksi bom bunuh diri mengguncang Paddy's Pub dan Sari Club di Legian, Kuta, Kabupaten Badung, Provinsi Bali, pada 12 Oktober 2002. Tragedi itu menyebabkan 202 orang meninggal dan 209 orang luka-luka. Para korban berasal dari 22 negara.
Peringatan peristiwa Bom Bali, Pastika mengatakan, hendaknya dijadikan sebagai momentum untuk menguatkan tekad guna mencegah aksi kejahatan semacam itu terulang.
"Semua menjadi masalah. Mudah-mudahan peristiwa seperti itu jangan sampai terjadi lagi," katanya.
Baca juga: Kapolri: Peringatan 20 tahun Bom Bali ingatkan dunia untuk lebih waspada
"Perdamaian itu bukan turun dari langit, tetapi harus diupayakan oleh semua pihak. Perdamaian itu maha penting bagi kelangsungan peradaban manusia," kata mantan kepala kepolisian daerah Bali itu.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023