Denpasar (Antara Bali) - Badan Penanaman Modal (BPM) Provinsi Bali mencatat sebanyak 98 persen realisasi investasi dalam negeri yang ditanam di Pulau Dewata hingga triwulan III/2012 merupakan sektor tersier.
"Begitu juga dengan investasi yang berupa penanaman modal asing (PMA) juga hampir mendekati itu yakni 97,81 persen adalah sektor tersier," kata Kepala Bidang Pengkajian dan Pengembangan BPM Provinsi Bali Wayan Suta Astawa, di Denpasar, Senin.
Penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Bali hingga triwulan III/2012 telah mencapai Rp5,48 triliun lebih, dari jumlah itu sektor tersier sebesar Rp5,38 triliun (98,03 persen), sedangkan sektor sekunder Rp78,92 miliar (1,44 persen) dan terkecil sektor primer Rp28,98 miliar (0,53 persen).
Sementara untuk PMA secara keseluruhan hingga triwulan III tahun ini mencapai 446,41 juta dolar AS (Rp4,15 triliun) dengan sektor tersier sebesar 436,68 juta dolar AS (Rp4,06 triliun), sektor sekunder 3,17 juta dolar AS (Rp29,51 miliar atau 0,71 persen), dan sektor primer 6,58 juta dolar AS (Rp60,81 miliar atau 1,46 persen).
"Yang termasuk sektor tersier meliputi investasi di bidang kelistrikan, gas, air, kontruksi, perdagangan dan reparasi, hotel dan restoran, transportasi, gudang, komunikasi, perumahan, kawasan industri serta perkantoran serta jasa lainnya," ujarnya.
Suta menambahkan, yang termasuk sektor sekunder yakni industri mineral non logam, industri makanan, tekstil, kayu, karet, plastik, industri logam, elektronik serta industri kimia dan farmasi. Yang termasuk sektor primer adalah usaha di bidang peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, dan tanaman pangan serta perkebunan.
"Kami melihat masih kecilnya investasi sektor primer di daerah kita disebabkan karena ada kendala keterbatasan lahan, padahal beberapa produk perkebunan kita seperti jambu mete, coklat, maupun kopi merupakan yang terbaik dibandingkan daerah lainnya," ucapnya. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Begitu juga dengan investasi yang berupa penanaman modal asing (PMA) juga hampir mendekati itu yakni 97,81 persen adalah sektor tersier," kata Kepala Bidang Pengkajian dan Pengembangan BPM Provinsi Bali Wayan Suta Astawa, di Denpasar, Senin.
Penanaman modal dalam negeri (PMDN) di Bali hingga triwulan III/2012 telah mencapai Rp5,48 triliun lebih, dari jumlah itu sektor tersier sebesar Rp5,38 triliun (98,03 persen), sedangkan sektor sekunder Rp78,92 miliar (1,44 persen) dan terkecil sektor primer Rp28,98 miliar (0,53 persen).
Sementara untuk PMA secara keseluruhan hingga triwulan III tahun ini mencapai 446,41 juta dolar AS (Rp4,15 triliun) dengan sektor tersier sebesar 436,68 juta dolar AS (Rp4,06 triliun), sektor sekunder 3,17 juta dolar AS (Rp29,51 miliar atau 0,71 persen), dan sektor primer 6,58 juta dolar AS (Rp60,81 miliar atau 1,46 persen).
"Yang termasuk sektor tersier meliputi investasi di bidang kelistrikan, gas, air, kontruksi, perdagangan dan reparasi, hotel dan restoran, transportasi, gudang, komunikasi, perumahan, kawasan industri serta perkantoran serta jasa lainnya," ujarnya.
Suta menambahkan, yang termasuk sektor sekunder yakni industri mineral non logam, industri makanan, tekstil, kayu, karet, plastik, industri logam, elektronik serta industri kimia dan farmasi. Yang termasuk sektor primer adalah usaha di bidang peternakan, kehutanan, perikanan, pertambangan, dan tanaman pangan serta perkebunan.
"Kami melihat masih kecilnya investasi sektor primer di daerah kita disebabkan karena ada kendala keterbatasan lahan, padahal beberapa produk perkebunan kita seperti jambu mete, coklat, maupun kopi merupakan yang terbaik dibandingkan daerah lainnya," ucapnya. (LHS)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012