Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan akan merekrut para pemandu pendakian di Gunung Agung dan Gunung Batur untuk menjadi tenaga kontrak penjaga gunung dan penjaga hutan.
"Mengenai pemandu untuk pendaki gunung ini kita akan angkat menjadi tenaga kontrak penjaga gunung dan penjaga hutan," kata Gubernur Koster usai mengikuti Sidang Paripurna DPRD Bali di Denpasar, Senin.
Dengan para pemandu pendakian tersebut diangkat menjadi tenaga kontrak, kata dia, pendapatan mereka justru lebih meningkat.
"Mereka diangkat jadi tenaga kontrak, malah lebih tinggi pendapatannya. Kalau di situ (pekerjaan semula) pendapatannya tidak menentu," ujar Gubernur Koster.
Ia menyampaikan jumlah pemandu pendakian di Gunung Batur yang beroperasi saat ini sebanyak 200 orang dan di Gunung Agung sebanyak 67 orang.
Sebelumnya Gubernur ayan Koster mengatakan akan melarang pendakian di seluruh gunung di provinsi itu dan sebelum resmi ditutup kegiatan pendakian dan gunung sebagai objek wisata akan dibuatkan peraturan daerah (perda) terlebih dahulu.
Ia juga telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2023 tentang Tatanan Baru bagi Wisatawan Mancanegara.
"Untuk ditutupnya (gunung untuk objek wisata) akan dibuat perda. Untuk saat ini saya sudah bersurat kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melarang gunung sebagai objek wisata. Saya sudah WA beliau dan pada prinsipnya setuju. Menteri lain saya komunikasikan juga setuju," ucap Gubernur Koster.
Dalam kesempatan itu ia juga mengatakan Majelis Desa Adat dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) provinsi setempat juga menyatakan turut mendukung agar gunung-gunung di Bali tidak lagi digunakan sebagai objek wisata.
"Ada bhisama sulinggih (pendeta Hindu) yang memberikan arahan gunung itu adalah kawasan suci. Oleh karena itu jangan dijadikan sebagai objek wisata apalagi untuk mendaki," kata mantan anggota DPR tiga periode itu.
Ia menambahkan para tetua maupun orang-orang suci di Bali telah menata Bali dengan upaya sekala niskala (jasmani-rohani).
"Itulah sebabnya Bali memiliki aura yang kuat, taksu yang kuat, tenget (sakral). Salah satu sumber alam Bali itu adalah gunung dan unsur-unsur lain," ucapnya.
Oleh karena it, dengan mempertimbangkan berbagai aspek, baik sosial maupun ekonomi, maka Gubernur Koster memilih mengikuti arahan bhisama dari para sulinggih.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
"Mengenai pemandu untuk pendaki gunung ini kita akan angkat menjadi tenaga kontrak penjaga gunung dan penjaga hutan," kata Gubernur Koster usai mengikuti Sidang Paripurna DPRD Bali di Denpasar, Senin.
Dengan para pemandu pendakian tersebut diangkat menjadi tenaga kontrak, kata dia, pendapatan mereka justru lebih meningkat.
"Mereka diangkat jadi tenaga kontrak, malah lebih tinggi pendapatannya. Kalau di situ (pekerjaan semula) pendapatannya tidak menentu," ujar Gubernur Koster.
Ia menyampaikan jumlah pemandu pendakian di Gunung Batur yang beroperasi saat ini sebanyak 200 orang dan di Gunung Agung sebanyak 67 orang.
Sebelumnya Gubernur ayan Koster mengatakan akan melarang pendakian di seluruh gunung di provinsi itu dan sebelum resmi ditutup kegiatan pendakian dan gunung sebagai objek wisata akan dibuatkan peraturan daerah (perda) terlebih dahulu.
Ia juga telah mengeluarkan Surat Edaran (SE) Gubernur Bali Nomor 4 Tahun 2023 tentang Tatanan Baru bagi Wisatawan Mancanegara.
"Untuk ditutupnya (gunung untuk objek wisata) akan dibuat perda. Untuk saat ini saya sudah bersurat kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan untuk melarang gunung sebagai objek wisata. Saya sudah WA beliau dan pada prinsipnya setuju. Menteri lain saya komunikasikan juga setuju," ucap Gubernur Koster.
Dalam kesempatan itu ia juga mengatakan Majelis Desa Adat dan Parisada Hindu Dharma Indonesia (PHDI) provinsi setempat juga menyatakan turut mendukung agar gunung-gunung di Bali tidak lagi digunakan sebagai objek wisata.
"Ada bhisama sulinggih (pendeta Hindu) yang memberikan arahan gunung itu adalah kawasan suci. Oleh karena itu jangan dijadikan sebagai objek wisata apalagi untuk mendaki," kata mantan anggota DPR tiga periode itu.
Ia menambahkan para tetua maupun orang-orang suci di Bali telah menata Bali dengan upaya sekala niskala (jasmani-rohani).
"Itulah sebabnya Bali memiliki aura yang kuat, taksu yang kuat, tenget (sakral). Salah satu sumber alam Bali itu adalah gunung dan unsur-unsur lain," ucapnya.
Oleh karena it, dengan mempertimbangkan berbagai aspek, baik sosial maupun ekonomi, maka Gubernur Koster memilih mengikuti arahan bhisama dari para sulinggih.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023