Nusa Dua (Antara Bali) - Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali menggelar simulasi penanggulangan bencana dan tsunami dengan melibatkan lebih dari 400 orang dari semua unsur termasuk aparat TNI/Polri, perhotelan, dan masyarakat di kawasan wisata Tanjung Benoa, Kabupaten Badung.
"Kami ingin mengenalkan kepada masyarakat di Tanjung Benoa dan masyarakat pesisir selatan Bali bahwa daerah itu merupakan rawan tsunami dan seklaigus juga untuk meningkatkan kesiapsiagaan petugas kami," kata Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, Dewa Made Indra, di Nusa Dua, Jumat.
Menurut dia kegiatan tersebut merupakan program pemerintah yang langsung dilaksanakan di lapangan setelah sebelumnya melakukan pemantapan pada level petugas.
Pihaknya telah menyusun skenario yang didahuli dengan terjadinya gempa bumi berkekuatan di atas 7 skala Richter dan disusul dengan adanya pemberitahuan adanya potensi tsunami.
Begitu sirene dibunyikan masyarakat sekitar kemudian berbondong-bondong melarikan diri ke areal evakuasi yang telah disiapkan sebelumnya. Selain proses evakuasi, kesiapsiagaan petugas medis, petugas lapangan termasuk petugas di ruang pusat informasi bencan yakni di Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengendalian Operasional (UPT Pusdalops) di Denpasar.
"Selain melatih masyarakat dan petugas lapangan, petugas operasional di Pusdalops juga harus memahami dengan cepat apabila terjadi suatu bencana, sehingga mereka bisa lebih tanggap," ujar Indra.
Selain itu keterlibatan pihak perhotelan dalam kegiatan simulasi penggulangan bencana. Sedkikitnya tujuh hotel di kawasan wisata elit tersebut ikut berpartisipasi karena sebelumnya mereka telah menandatangni kesepakatan dengan aparat desa setempat untuk ikut menyedikan kawasan evakuasi.
Dia menyatakan bahwa hampir di seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah rawan bencana dengan dibagi kedalam empat zona ancaman tsunami dan gempa bumi.
Zona tersebut diantaranya zona barat Sumatera, selatan Pulau Jawa, wilayah Bali-Nusa Tenggara, dan Papua. (DWA/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Kami ingin mengenalkan kepada masyarakat di Tanjung Benoa dan masyarakat pesisir selatan Bali bahwa daerah itu merupakan rawan tsunami dan seklaigus juga untuk meningkatkan kesiapsiagaan petugas kami," kata Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali, Dewa Made Indra, di Nusa Dua, Jumat.
Menurut dia kegiatan tersebut merupakan program pemerintah yang langsung dilaksanakan di lapangan setelah sebelumnya melakukan pemantapan pada level petugas.
Pihaknya telah menyusun skenario yang didahuli dengan terjadinya gempa bumi berkekuatan di atas 7 skala Richter dan disusul dengan adanya pemberitahuan adanya potensi tsunami.
Begitu sirene dibunyikan masyarakat sekitar kemudian berbondong-bondong melarikan diri ke areal evakuasi yang telah disiapkan sebelumnya. Selain proses evakuasi, kesiapsiagaan petugas medis, petugas lapangan termasuk petugas di ruang pusat informasi bencan yakni di Unit Pelaksana Teknis Pusat Pengendalian Operasional (UPT Pusdalops) di Denpasar.
"Selain melatih masyarakat dan petugas lapangan, petugas operasional di Pusdalops juga harus memahami dengan cepat apabila terjadi suatu bencana, sehingga mereka bisa lebih tanggap," ujar Indra.
Selain itu keterlibatan pihak perhotelan dalam kegiatan simulasi penggulangan bencana. Sedkikitnya tujuh hotel di kawasan wisata elit tersebut ikut berpartisipasi karena sebelumnya mereka telah menandatangni kesepakatan dengan aparat desa setempat untuk ikut menyedikan kawasan evakuasi.
Dia menyatakan bahwa hampir di seluruh wilayah Indonesia merupakan daerah rawan bencana dengan dibagi kedalam empat zona ancaman tsunami dan gempa bumi.
Zona tersebut diantaranya zona barat Sumatera, selatan Pulau Jawa, wilayah Bali-Nusa Tenggara, dan Papua. (DWA/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012