Menjelang Hari Raya Idul Fitri, nelayan di Kabupaten Jembrana, Bali justru mengalami paceklik ikan yang sudah berlangsung sekitar lima bulan.
“Yang paling parah tiga bulan terakhir. Bisa dikatakan, tidak ada perahu yang melaut karena sepi ikan,” kata Samsuri, salah seorang nelayan di Desa Pengambengan yang merupakan sentra perikanan tangkap di Kabupaten Jembrana, Senin.
Ia mengatakan, paceklik ikan sudah mulai terasa sejak bulan Desember, dimana ikan hasil tangkap nelayan berkurang drastis.
Sejumlah perahu juga berusaha mencari ikan di perairan Kabupaten Banyuwangi, Provinsi Jawa Timur hingga Buleleng, namun tidak mendapatkan hasil tangkap yang memadai.
“Hasil tangkapnya tidak sesuai dengan modal yang kami keluarkan. Akhirnya pulang lagi dan libur melaut,” kata Andi, nelayan lainnya.
Nelayan di Desa Pengambengan, Kecamatan Negara melaut dengan menggunakan perahu selerek yang berpasangan, dengan jumlah nelayan 35 sampai 40 orang untuk setiap pasang perahu.
Hasil tangkap yang dominan mereka dapat adalah ikan lemuru sebagai bahan baku utama sarden, serta ikan tongkol pada musim-musim tertentu.
Saat paceklik seperti sekarang ini, selain mencari pekerjaan serabutan di darat, beberapa nelayan beralih mencari ikan dengan menggunakan sampan.
Namun menurut Samsuri dan Mubin, ikan hasil tangkapan dengan sampan juga tidak seberapa, sehingga menyulitkan perekonomian mereka.
Samsuri mengungkapkan, untuk membayar sekolah dan biaya pondok pesantren anaknya, ia sedang berusaha menggadaikan sertifikat tanahnya ke rentenir.
Saat ditanya persiapan mereka untuk lebaran, para nelayan ini kompak menjawab, saat ini yang paling penting mereka dan keluarganya bisa makan.
Kepala Dinas Perhubungan, Kelautan Dan Perikanan Jembrana I Ketut Wardana Naya mengatakan, paceklik ikan saat ini merupakan siklus alam yang rutin terjadi.
Terkait kondisi ekonomi nelayan yang terpuruk saat paceklik, ia mengatakan, pihaknya sudah berulangkali mengimbau agar nelayan memiliki tabungan saat hasil tangkapan melimpah.
“Tabungan penting karena hasil tangkap belum tentu selalu ada. Bisa mendadak paceklik seperti sekarang,” katanya.
Sedangkan Ketua DPC Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia (HNSI) Jembrana Made Widanayasa mengatakan, pentingnya nelayan memiliki sumber ekonomi di darat.
Menurut dia, sumber ekonomi di darat itu bisa berbentuk budidaya yang berhubungan dengan perikanan seperti lele dan udang.
“Bagi nelayan-nelayan anak buah perahu, bisa membentuk kelompok-kelompok budidaya. Kalau serius, kami siap memfasilitasi hubungan dengan pemerintah maupun pendampingan,” katanya.
Desa yang menjadi sentra nelayan di Kabupaten Jembrana, mayoritas dihuni Umat Islam, sehingga paceklik menjelang Hari Raya Idul Fitri sangat mereka rasakan dampaknya. ***1***
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023