Bentuk pertolongan pertama bagi korban kekerasan seksual adalah mencari bantuan dengan menceritakan apa yang terjadi pada orang yang tepat.
Selain itu hal terpenting lainnya adalah tidak menyalahkan diri sendiri dan berusaha memendam peristiwa.
"Banyak korban merasa malu atau takut disalahkan lalu memendam peristiwa yang menimpanya dan pada akhirnya jadi masalah yang berkepanjangan. Jadi memang harus share dan cari pertolongan, juga penting sekali untuk tidak menyalahkan diri sendiri," kata psikolog klinis Tara Adhisti de Thouars di Jakarta, Jumat malam (20/1).
Menurut Tara, tidak ada seorang pun yang menghendaki adanya peristiwa kekerasan seksual. Meski demikian, masih ada orang-orang yang beranggapan seharusnya korban kekerasan seksual bisa berpikir untuk melakukan sesuatu kala peristiwa tersebut terjadi, salah satunya dengan cara melawan atau memberontak.
Tetapi menurut Tara, seringkali peristiwa kekerasan seksual membuat kondisi si korban terlalu shock, freezing, sehingga tidak mampu berbuat apa-apa. Karena itu penting bagi korban peristiwa itu untuk tidak menyalahkan diri sendiri -pun bagi orang-orang sekitarnya untuk tidak menyalahkan korban.
"Banyak terjadi ketika korban menceritakan masalahnya, namun justru sang korban yang dipersalahkan. Misalnya mempertanyakan mengapa diam saja, tidak melawan atau berusaha berontak," kata Tara.
Padahal menurut Tara, yang dibutuhkan korban saat itu adalah dipahami, dimengerti dan tidak dipersalahkan yang bisa mengganggu mentalnya menjadi lebih buruk lagi.
Tara mengingatkan orang-orang terdekat korban kekerasan seksual untuk menjadi pendamping yang tepat dan ikut membantu mencari pertolongan bila ternyata peristiwa tersebut mengganggu kondisi fisik dan mental.
"Agar dampak negatifnya tidak berkepanjangan," kata Tara memungkasi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ini kata psikolog soal pertolongan pertama korban kekerasan seksual
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023
Selain itu hal terpenting lainnya adalah tidak menyalahkan diri sendiri dan berusaha memendam peristiwa.
"Banyak korban merasa malu atau takut disalahkan lalu memendam peristiwa yang menimpanya dan pada akhirnya jadi masalah yang berkepanjangan. Jadi memang harus share dan cari pertolongan, juga penting sekali untuk tidak menyalahkan diri sendiri," kata psikolog klinis Tara Adhisti de Thouars di Jakarta, Jumat malam (20/1).
Menurut Tara, tidak ada seorang pun yang menghendaki adanya peristiwa kekerasan seksual. Meski demikian, masih ada orang-orang yang beranggapan seharusnya korban kekerasan seksual bisa berpikir untuk melakukan sesuatu kala peristiwa tersebut terjadi, salah satunya dengan cara melawan atau memberontak.
Tetapi menurut Tara, seringkali peristiwa kekerasan seksual membuat kondisi si korban terlalu shock, freezing, sehingga tidak mampu berbuat apa-apa. Karena itu penting bagi korban peristiwa itu untuk tidak menyalahkan diri sendiri -pun bagi orang-orang sekitarnya untuk tidak menyalahkan korban.
"Banyak terjadi ketika korban menceritakan masalahnya, namun justru sang korban yang dipersalahkan. Misalnya mempertanyakan mengapa diam saja, tidak melawan atau berusaha berontak," kata Tara.
Padahal menurut Tara, yang dibutuhkan korban saat itu adalah dipahami, dimengerti dan tidak dipersalahkan yang bisa mengganggu mentalnya menjadi lebih buruk lagi.
Tara mengingatkan orang-orang terdekat korban kekerasan seksual untuk menjadi pendamping yang tepat dan ikut membantu mencari pertolongan bila ternyata peristiwa tersebut mengganggu kondisi fisik dan mental.
"Agar dampak negatifnya tidak berkepanjangan," kata Tara memungkasi.
Berita ini telah tayang di Antaranews.com dengan judul: Ini kata psikolog soal pertolongan pertama korban kekerasan seksual
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2023