Negara (Antara Bali) - Sekaa atau kelompok makepung khawatir kesenian atraksi khas Kabupaten Jembrana ini akan punah, karena biaya perawatan kerbau dan penyelenggaraan lomba yang terus meningkat.

"Dari waktu ke waktu, biaya perawatan kerbau terus meningkat. Kami khawatir suatu saat nanti, masyarakat tidak mampu lagi memelihara kerbau untuk makepung," kata Koordinator Sekaa Makepung Jembrana, I Made Mara, saat tatap muka dengan Bupati Jembrana, I Putu Artha, Sabtu (17/11) malam.

Kekhawatiran sekaa makepung ini langsung ditepis oleh Bupati Artha, yang mengatakan, selama Kabupaten Jembrana masih ada, maka tradisi makepung tidak akan punah.

Untuk mengatasi biaya yang terus meningkat, menurut Artha, pemerintah akan mengambilalih biaya-biaya untuk perlombaan makepung, sehingga masyarakat cukup berkonsentrasi pada biaya pemeliharaan kerbau saja.

"Tradisi makepung yang merupakan ikon Kabupaten Jembrana tetap harus lestari, bahkan kami sudah berencana untuk mengajukan hak paten atas tradisi ini seperti halnya kesenian jegog," kata Artha.

Sementara dalam adu balap makepung, Minggu, sebanyak 242 pasang kerbau mengikuti turnamen Jembrana Cup 2012 yang dibagi menjadi dua kelompok yaitu Ijogading Timur dan Barat.

Dalam lomba yang berlangsung hingga sore hari ini, tim dari Ijogading Timur berhasil menjadi juara umum dengan meraih 29 poin, atau hanya selisih satu poin dengan tim Ijogading Barat.

Makepung merupakan tradisi dari masyarakat agraris di Kabupaten Jembrana, yang sudah dilakukan sejak turun temurun.

Agar dapat menang dalam perlombaan, kerbau-kerbau makepung mendapatkan perawatan khusus yang bisa menghabiskan biaya hingga puluhan juta rupiah.(GBI)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012