Siswa SMA/SMK/SLB di Bali mulai mengisi waktu libur semester ganjil dengan mengikuti pasraman kilat atau dikenal sebagai pembelajaran non-formal yang diisi kegiatan kebudayaan dan keagamaan sebagai implementasi dari Surat Edaran Disdikpora Bali.
Salah satu sekolah di Bali yaitu SMAN 1 Denpasar mulai menerapkan pasraman dengan diisi kegiatan kebudayaan mulai dari membuat sarana persembahyangan, yoga, menulis aksara bali, dharma gita (nyanyian agama) dan ceramah dari berbagai pemuka agama.
"Tujuan dari pasraman kilat untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa terhadap tuhan, walaupun selama ini mereka sudah melakukan itu, tapi sekarang lebih fokus untuk mengisi liburan, karena di masa liburan yang panjang ini pasti banyak aktifitas dilakukan anak yang belum tentu positif," kata Kepala SMAN 1 Denpasar Made Rida di Denpasar, Kamis.
Salah satu sekolah penggerak di Denpasar itu melaksanakan pasraman kilat selama tiga hari dari 21-23 Desember 2022 dengan diikuti 525 siswa kelas X dari berbagai agama dan asal, serta 25 guru dan pelatih, dengan seluruhnya difasilitasi pihak sekolah.
"Untuk hari kedua kan banyak kegiatan budaya, kalau yoga semuanya ikut. Setelah itu mereka memilih bidang keahlian seperti membuat penjor, menjahit sarana upacara, pembinaan umat beragama dengan tujuan anak bisa tumbuh mencintai budaya sendiri terutama budaya Bali," ujarnya kepala sekolah.
Selain mencintai budaya, Rida juga berharap usai kegiatan kebudayaan ini dilaksanakan, para siswa memiliki kemampuan yang berguna untuk membantu orang tuanya terutama menjelang hari raya di Pulau Dewata.
Pemprov Bali sendiri mulanya tak mewajibkan sekolah melakukan kegiatan tersebut, namun Kepala SMAN 1 Denpasar itu menilai perlu untuk mewajibkan siswa, mengingat waktu libur begitu panjang dan terbukti antusias siswa tinggi.
Bahkan, waktu pelaksanaan tiga hari disebut kurang ketika melihat antusias siswa, namun tak dapat dipungkiri karena kegiatan kebudayaan ini perdana dilaksanakan sejak pandemi maka perlu dilakukan percobaan.
Salah satu siswa SMAN 1 Denpasar Ni Made Pande Regita Aeswarya Putri mengaku senang dengan kegiatan pasraman kilat, lantaran umumnya saat libur panjang siswi asal Denpasar tersebut lebih sering menghabiskan waktu hanya untuk menonton film di rumah.
"Waktu lebih bisa dimanfaatkan secara baik, tidak terbuang sia-sia dan dapat ilmu juga," kata siswi yang memilih ikut kegiatan membuat sarana persembahyangan itu.
Regita bahkan berharap diberi kesempatan untuk memperpanjang masa pasraman kilat agar dapat memilih untuk mengikuti kegiatan lainnya.
Pada saat dijumpai di aula SMAN 1 Denpasar, siswi tersebut diketahui sedang membuat canang bersama 49 perempuan lainnya dan 50 siswa laki-laki yang membuat klakat dengan dibimbing guru pembina.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
Salah satu sekolah di Bali yaitu SMAN 1 Denpasar mulai menerapkan pasraman dengan diisi kegiatan kebudayaan mulai dari membuat sarana persembahyangan, yoga, menulis aksara bali, dharma gita (nyanyian agama) dan ceramah dari berbagai pemuka agama.
"Tujuan dari pasraman kilat untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan siswa terhadap tuhan, walaupun selama ini mereka sudah melakukan itu, tapi sekarang lebih fokus untuk mengisi liburan, karena di masa liburan yang panjang ini pasti banyak aktifitas dilakukan anak yang belum tentu positif," kata Kepala SMAN 1 Denpasar Made Rida di Denpasar, Kamis.
Salah satu sekolah penggerak di Denpasar itu melaksanakan pasraman kilat selama tiga hari dari 21-23 Desember 2022 dengan diikuti 525 siswa kelas X dari berbagai agama dan asal, serta 25 guru dan pelatih, dengan seluruhnya difasilitasi pihak sekolah.
"Untuk hari kedua kan banyak kegiatan budaya, kalau yoga semuanya ikut. Setelah itu mereka memilih bidang keahlian seperti membuat penjor, menjahit sarana upacara, pembinaan umat beragama dengan tujuan anak bisa tumbuh mencintai budaya sendiri terutama budaya Bali," ujarnya kepala sekolah.
Selain mencintai budaya, Rida juga berharap usai kegiatan kebudayaan ini dilaksanakan, para siswa memiliki kemampuan yang berguna untuk membantu orang tuanya terutama menjelang hari raya di Pulau Dewata.
Pemprov Bali sendiri mulanya tak mewajibkan sekolah melakukan kegiatan tersebut, namun Kepala SMAN 1 Denpasar itu menilai perlu untuk mewajibkan siswa, mengingat waktu libur begitu panjang dan terbukti antusias siswa tinggi.
Bahkan, waktu pelaksanaan tiga hari disebut kurang ketika melihat antusias siswa, namun tak dapat dipungkiri karena kegiatan kebudayaan ini perdana dilaksanakan sejak pandemi maka perlu dilakukan percobaan.
Salah satu siswa SMAN 1 Denpasar Ni Made Pande Regita Aeswarya Putri mengaku senang dengan kegiatan pasraman kilat, lantaran umumnya saat libur panjang siswi asal Denpasar tersebut lebih sering menghabiskan waktu hanya untuk menonton film di rumah.
"Waktu lebih bisa dimanfaatkan secara baik, tidak terbuang sia-sia dan dapat ilmu juga," kata siswi yang memilih ikut kegiatan membuat sarana persembahyangan itu.
Regita bahkan berharap diberi kesempatan untuk memperpanjang masa pasraman kilat agar dapat memilih untuk mengikuti kegiatan lainnya.
Pada saat dijumpai di aula SMAN 1 Denpasar, siswi tersebut diketahui sedang membuat canang bersama 49 perempuan lainnya dan 50 siswa laki-laki yang membuat klakat dengan dibimbing guru pembina.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022