Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Made Mangku Pastika mengharapkan ada solusi untuk mengurai kemacetan lalu lintas menuju Pelabuhan Sanur, Kota Denpasar, Bali sebagai salah satu dampak peningkatan kunjungan wisatawan setelah beroperasi pelabuhan yang baru.
"Harus dibuatkan saluran-saluran agar tidak macet, karena ini mempengaruhi kenyamanan wisatawan maupun aktivitas masyarakat yang melintasi kawasan wisata Sanur," kata Pastika saat mengadakan kegiatan reses, di Pelabuhan Sanur, Denpasar, Jumat.
Pastika dalam kegiatan reses bertajuk Pengembangan Pelabuhan Sanur-Nusa Penida sebagai Bentuk Optimalisasi Transportasi Laut itu, mengapresiasi telah beroperasinya Pelabuhan Sanur yang baru sejak awal November 2022.
Pembangunan Pelabuhan Sanur yang sebelumnya merupakan pelabuhan tradisional tersebut untuk melengkapi konektivitas transportasi di kawasan Segi Tiga Emas, yakni Sanur, Nusa Penida, dan Nusa Ceningan.
"Nusa Penida menjadi lebih hidup lagi dengan Pelabuhan Sanur ini. Bahkan, ke depannya saya ingin turut terlibat dalam pengembangan Nusa Penida," ujar mantan Gubernur Bali dua periode tersebut.
Menurut Pastika, pengembangan Pelabuhan Sanur dengan berbagai fasilitasnya yang kian memudahkan akses wisatawan di kawasan Segi Tiga Emas ini, juga menjadi tindak lanjut dari hasil rapat kerja dengan unsur 12 kementerian, yang pada 2016 digelar di atas Kapal Bounty Cruise.
Rapat 12 kementerian di atas kapal pesiar dengan rute perjalanan dari Pelabuhan Benoa ke Nusa Penida saat itu membahas sejumlah upaya dan solusi, agar program-program pemerintah untuk pengembangan Nusa Penida dengan berbagai potensinya tidak lagi mengalami kegagalan.
"Kini Pelabuhan Sanur yang sudah dibangun sedemikian rupa ini tentu harus dijaga dengan baik. Penggunaan dan pemeliharaannya harus seimbang," kata Pastika yang juga Wakil Ketua Badan Kehormatan DPD RI ini.
Terkait persoalan kemacetan lalu lintas menuju Pelabuhan Sanur, Pastika mengusulkan di antaranya bisa diatasi dengan memanfaatkan lahan di jalan depan kawasan Pantai Matahari Terbit menjadi tempat parkir, kemudian penumpang diangkut menuju pelabuhan menggunakan shuttle.
Solusi berikutnya dengan membuka akses jalan lainnya untuk keluar masuk kendaraan, sehingga tidak berfokus pada satu akses masuk di Jalan Pantai Matahari Terbit.
"Ke depan harus dipertimbangkan juga agar tiket penyeberangan bisa dinaikkan, khususnya bagi wisatawan mancanegara," ujarnya didampingi tiga staf ahli yakni Ketut Ngastawa, Nyoman Baskara, dan Nyoman Wiratmaja itu.
Kepala Wilayah Kerja (Kawilker) Sanur di Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 2 Benoa, I Ketut Suratnata Putra, mengatakan kini rata-rata ada 3.000 hingga 4.000 penumpang setiap harinya.
Jumlah ini meningkat dibandingkan saat masih berupa pelabuhan tradisional dengan jumlah penumpang rata-rata 2.000-2.500 penumpang tiap harinya.
"Sekarang kalau akhir pekan, penumpang bisa mencapai di atas 4.000 orang per hari. Kapasitas penumpang yang bisa terlayani setiap hari di sini total untuk 4.883 orang dengan 60 trip. Satu kapal berkapasitas 60 hingga 171 penumpang," ujar Suratnata.
Sedangkan tarif penyeberangan bagi wisatawan mancanegara per orang sebesar Rp125 ribu, wisatawan domestik Rp100 ribu, dan untuk masyarakat lokal (seperti tujuan persembahyangan) dikenakan tarif Rp75 ribu.
Bandesa Adat Sanur Ida Bagus Paramartha yang turut hadir dalam kegiatan reses itu, juga mengaku warganya terkena dampak kemacetan lalu lintas setelah beroperasinya Pelabuhan Sanur yang baru.
Ia mengusulkan agar akses keluar kendaraan bermotor bisa dibuat ke arah kawasan Kesiman, Denpasar, sehingga sekaligus ada dampak pemerataan ekonomi.
Paramartha mengatakan untuk penerimaan yang diperoleh desa setempat dari beroperasinya Pelabuhan Sanur ini, setelah berdasarkan pembagian antara pemerintah pusat dan Pemerintah Kota Denpasar.
"Kami sebelumnya juga meminta agar di sebelah pelabuhan dibuatkan fasilitas bagi masyarakat yang melakukan ritual Ngayut (melarung abu jenazah usai Ngaben) yang dijanjikan akan rampung pada 2023 ini," ujar mantan Kepala Desa Sanur ini.
Pastika setelah mengadakan reses di Pelabuhan Sanur kemudian melanjutkan agenda resesnya ke Nusa Penida, Kabupaten Klungkung dan sekaligus melaksanakan persembahyangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Harus dibuatkan saluran-saluran agar tidak macet, karena ini mempengaruhi kenyamanan wisatawan maupun aktivitas masyarakat yang melintasi kawasan wisata Sanur," kata Pastika saat mengadakan kegiatan reses, di Pelabuhan Sanur, Denpasar, Jumat.
Pastika dalam kegiatan reses bertajuk Pengembangan Pelabuhan Sanur-Nusa Penida sebagai Bentuk Optimalisasi Transportasi Laut itu, mengapresiasi telah beroperasinya Pelabuhan Sanur yang baru sejak awal November 2022.
Pembangunan Pelabuhan Sanur yang sebelumnya merupakan pelabuhan tradisional tersebut untuk melengkapi konektivitas transportasi di kawasan Segi Tiga Emas, yakni Sanur, Nusa Penida, dan Nusa Ceningan.
"Nusa Penida menjadi lebih hidup lagi dengan Pelabuhan Sanur ini. Bahkan, ke depannya saya ingin turut terlibat dalam pengembangan Nusa Penida," ujar mantan Gubernur Bali dua periode tersebut.
Menurut Pastika, pengembangan Pelabuhan Sanur dengan berbagai fasilitasnya yang kian memudahkan akses wisatawan di kawasan Segi Tiga Emas ini, juga menjadi tindak lanjut dari hasil rapat kerja dengan unsur 12 kementerian, yang pada 2016 digelar di atas Kapal Bounty Cruise.
Rapat 12 kementerian di atas kapal pesiar dengan rute perjalanan dari Pelabuhan Benoa ke Nusa Penida saat itu membahas sejumlah upaya dan solusi, agar program-program pemerintah untuk pengembangan Nusa Penida dengan berbagai potensinya tidak lagi mengalami kegagalan.
"Kini Pelabuhan Sanur yang sudah dibangun sedemikian rupa ini tentu harus dijaga dengan baik. Penggunaan dan pemeliharaannya harus seimbang," kata Pastika yang juga Wakil Ketua Badan Kehormatan DPD RI ini.
Terkait persoalan kemacetan lalu lintas menuju Pelabuhan Sanur, Pastika mengusulkan di antaranya bisa diatasi dengan memanfaatkan lahan di jalan depan kawasan Pantai Matahari Terbit menjadi tempat parkir, kemudian penumpang diangkut menuju pelabuhan menggunakan shuttle.
Solusi berikutnya dengan membuka akses jalan lainnya untuk keluar masuk kendaraan, sehingga tidak berfokus pada satu akses masuk di Jalan Pantai Matahari Terbit.
"Ke depan harus dipertimbangkan juga agar tiket penyeberangan bisa dinaikkan, khususnya bagi wisatawan mancanegara," ujarnya didampingi tiga staf ahli yakni Ketut Ngastawa, Nyoman Baskara, dan Nyoman Wiratmaja itu.
Kepala Wilayah Kerja (Kawilker) Sanur di Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Kelas 2 Benoa, I Ketut Suratnata Putra, mengatakan kini rata-rata ada 3.000 hingga 4.000 penumpang setiap harinya.
Jumlah ini meningkat dibandingkan saat masih berupa pelabuhan tradisional dengan jumlah penumpang rata-rata 2.000-2.500 penumpang tiap harinya.
"Sekarang kalau akhir pekan, penumpang bisa mencapai di atas 4.000 orang per hari. Kapasitas penumpang yang bisa terlayani setiap hari di sini total untuk 4.883 orang dengan 60 trip. Satu kapal berkapasitas 60 hingga 171 penumpang," ujar Suratnata.
Sedangkan tarif penyeberangan bagi wisatawan mancanegara per orang sebesar Rp125 ribu, wisatawan domestik Rp100 ribu, dan untuk masyarakat lokal (seperti tujuan persembahyangan) dikenakan tarif Rp75 ribu.
Bandesa Adat Sanur Ida Bagus Paramartha yang turut hadir dalam kegiatan reses itu, juga mengaku warganya terkena dampak kemacetan lalu lintas setelah beroperasinya Pelabuhan Sanur yang baru.
Ia mengusulkan agar akses keluar kendaraan bermotor bisa dibuat ke arah kawasan Kesiman, Denpasar, sehingga sekaligus ada dampak pemerataan ekonomi.
Paramartha mengatakan untuk penerimaan yang diperoleh desa setempat dari beroperasinya Pelabuhan Sanur ini, setelah berdasarkan pembagian antara pemerintah pusat dan Pemerintah Kota Denpasar.
"Kami sebelumnya juga meminta agar di sebelah pelabuhan dibuatkan fasilitas bagi masyarakat yang melakukan ritual Ngayut (melarung abu jenazah usai Ngaben) yang dijanjikan akan rampung pada 2023 ini," ujar mantan Kepala Desa Sanur ini.
Pastika setelah mengadakan reses di Pelabuhan Sanur kemudian melanjutkan agenda resesnya ke Nusa Penida, Kabupaten Klungkung dan sekaligus melaksanakan persembahyangan.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022