Dinas Pertanian dan Pangan (Diperpa) Kabupaten Badung Bali merancang sejumlah strategi untuk membangkitkan kembali produksi kakao atau buah cokelat yang dihasilkan para petani lokal yang sempat menurun.
"Kami berupaya membangkitkan kembali kejayaan kakao Badung dan mendorong para petani untuk bangkit kembali melalui pelatihan budidaya kakao," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung I Wayan Wijana di Mangupura, Selasa.
Ia menjelaskan komoditas kakao sempat menjadi primadona petani di Badung sekitar tahun 1995 sebelum akhirnya meredup seiring munculnya hama busuk buah.
Selain itu produksi kakao di Badung juga menurun masuknya berbagai komoditi baru seperti jeruk, asparagus, kopi dan vanili yang digeluti oleh petani di Badung
"Oleh karena itu saat ini kami mendorong petani kakao di Badung untuk bangkit kembali dengan bergairahnya kembali pasar kakao internasional dan berkembangnya pabrik pengolahan coklat," kata dia.
Baca juga: Tujuh pemkab bertekad majukan usaha fermentasi kakao berkelanjutan
Wayan Wijana mengatakan saat ini permintaan pasar terhadap komoditi kakao terus meningkat dan berdasarkan hasil pendataan luas tanaman kakao di Badung saat ini masih cukup luas sekitar 434 hektare.
"Namun tumbuhan kakao yang ada sebagian besar tidak dirawat dan umurnya sudah di atas 25 tahun sehingga produksinya rendah," ungkap dia.
Pihaknya sudah merancang strategi untuk membangkitkan kembali kejayaan tanaman kakao yang diawali dengan kegiatan diskusi grup (FGD) untuk membedah permasalahan yang dihadapi petani kakao melibatkan BPTP Bali.
Wayan Wijana menambahkan, Pemkab Badung juga menjalin kerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember untuk melakukan penelitian dan survei kualitas kakao serta melakukan penanganan pasca panen.
"Mulai tahun depan kami akan melaksanakan kegiatan peremajaan tanaman kakao untuk mengganti tanaman kakao yang usianya sudah tua," tambah dia.
Baca juga: Gubernur Koster lepas ekspor 10 ton kakao fermentasi ke Jepang
Dinas Pertanian dan Pangan Badung juga akan membuat Demplot Kakao sebagai tempat edukasi dan standarisasi kualitas kakao, petani juga sudah dilatih pengolahan pasca panen untuk membuat fermentasi kakao yang berkualitas.
"Harapannya ini akan sesuai dengan permintaan pasar karena sudah ada beberapa pengusaha yang berminat menjalin kerja sama pemasaran kakao untuk diolah menjadi coklat maupun untuk diekspor," ujar Wayan Wijana.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Kami berupaya membangkitkan kembali kejayaan kakao Badung dan mendorong para petani untuk bangkit kembali melalui pelatihan budidaya kakao," ujar Kepala Dinas Pertanian dan Pangan Badung I Wayan Wijana di Mangupura, Selasa.
Ia menjelaskan komoditas kakao sempat menjadi primadona petani di Badung sekitar tahun 1995 sebelum akhirnya meredup seiring munculnya hama busuk buah.
Selain itu produksi kakao di Badung juga menurun masuknya berbagai komoditi baru seperti jeruk, asparagus, kopi dan vanili yang digeluti oleh petani di Badung
"Oleh karena itu saat ini kami mendorong petani kakao di Badung untuk bangkit kembali dengan bergairahnya kembali pasar kakao internasional dan berkembangnya pabrik pengolahan coklat," kata dia.
Baca juga: Tujuh pemkab bertekad majukan usaha fermentasi kakao berkelanjutan
Wayan Wijana mengatakan saat ini permintaan pasar terhadap komoditi kakao terus meningkat dan berdasarkan hasil pendataan luas tanaman kakao di Badung saat ini masih cukup luas sekitar 434 hektare.
"Namun tumbuhan kakao yang ada sebagian besar tidak dirawat dan umurnya sudah di atas 25 tahun sehingga produksinya rendah," ungkap dia.
Pihaknya sudah merancang strategi untuk membangkitkan kembali kejayaan tanaman kakao yang diawali dengan kegiatan diskusi grup (FGD) untuk membedah permasalahan yang dihadapi petani kakao melibatkan BPTP Bali.
Wayan Wijana menambahkan, Pemkab Badung juga menjalin kerja sama dengan Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Jember untuk melakukan penelitian dan survei kualitas kakao serta melakukan penanganan pasca panen.
"Mulai tahun depan kami akan melaksanakan kegiatan peremajaan tanaman kakao untuk mengganti tanaman kakao yang usianya sudah tua," tambah dia.
Baca juga: Gubernur Koster lepas ekspor 10 ton kakao fermentasi ke Jepang
Dinas Pertanian dan Pangan Badung juga akan membuat Demplot Kakao sebagai tempat edukasi dan standarisasi kualitas kakao, petani juga sudah dilatih pengolahan pasca panen untuk membuat fermentasi kakao yang berkualitas.
"Harapannya ini akan sesuai dengan permintaan pasar karena sudah ada beberapa pengusaha yang berminat menjalin kerja sama pemasaran kakao untuk diolah menjadi coklat maupun untuk diekspor," ujar Wayan Wijana.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022