Sebanyak tujuh pemerintah kabupaten (pemkab) yang terlibat dalam program Transforming the Cocoa Sector in Indonesia through Value Addition for Smallholders (Tractions) menyatakan dukungan terhadap pengembangan usaha fermentasi kakao berkelanjutan.

Tujuh pemerintah kabupaten tersebut adalah Kabupaten Jembrana dan Kabupaten Tabanan di Provinsi Bali, Kabupaten Poso, Luwu Utara, Kolaka Timur, Ende, dan Kabupaten Sikka.

"Upaya ini semoga dapat menjadi starting point yang baik untuk memajukan kakao di Indonesia dan memberi masukan ke pemerintah untuk menaikkan citra serta mutu kakao Tanah Air," ujar Project Manager Tractions Hasrun Hafid dalam keterangannya di Kabupaten Jembrana, Bali, Jumat.

Ia mengatakan, proyek Tractions bekerja untuk menciptakan rantai nilai yang berkelanjutan, transparan, dan efisien untuk biji kakao fermentasi berkualitas tinggi yang diproduksi oleh 3.400 orang petani kecil di tujuh kabupaten tersebut.

Untuk memperkuat komitmen daerah-daerah dan pemangku kepentingan yang terlibat dalam program Tractions, pada Kamis (7/4) kemarin juga telah diselenggarakan lokakarya Konsolidasi Nasional untuk Fermentasi Biji Kakao di Kabupaten Jembrana.

Lokakarya tersebut dilakukan untuk berbagi kemajuan proyek sebagai pembelajaran kepada pemangku kepentingan dan organisasi mitra, dan mendapatkan masukan dan umpan balik dari pemangku kepentingan untuk perbaikan proyek yang berkelanjutan di masa depan dan memperluas dampak proyek.

Hasrun Hafid menjelaskan, pada proyek itu organisasi mitra yakni perwakilan tujuh koperasi petani mandiri (smallholder) bersama konsorsium sebagai pelaksana, yakni Rainforest Alliance, Valrhona, Kalimajari, Rikolto, dan Dinas Pertanian dan Pangan Jembrana, serta mitra pemerintah dari masing-masing daerah, akan bersama-sama mengadakan lintas pembelajaran dan diskusi pemangku kepentingan dari daerah yang terlibat.

Selain itu, mereka juga akan berbagi kemajuan dan capaian proyek, sehingga pihak pemerintah dapat terus meningkatkan komitmen mereka dalam mendukung proyek itu.

"Dengan banyak organisasi mitra yang bekerja pada pelaksanaan proyek, diperlukan koordinasi yang konsisten untuk keberhasilan proyek," kata Hasrun yang juga merupakan Team Manager Cocoa dari Rainforest Alliance itu.

Pada proyek itu, selama beberapa tahun mendatang, petani akan didampingi dalam pelatihan meningkatkan keahlian, kemampuan manajerial, pengetahuan dasar terkait pemrosesan pasca panen kakao serta pertanian tanggap terhadap perubahan iklim.

Selain itu, proyek Tractions juga akan melakukan pendampingan terkait pengetahuan kakao sebagai bisnis, terkait praktik sirkular ekonomi, bisnis masyarakat, kesetaraan gender, keterlibatan anak muda, dan pengenalan standar pertanian berkelanjutan.

"Harapannya ini dapat menciptakan rantai nilai yang berkelanjutan, transparan, serta efisien biji kakao fermentasi berkualitas tinggi. Targetnya pada akhir program nanti, setidaknya pendapatan petani kakao meningkat 60 persen dari penghasilan saat ini, produksi biji basah kakao naik 10 persen serta perbaikan mutu kakao fermentasi melonjak hingga 90 persen," ujar Hasrun Hafid.

Country Director Rainforrest Alliance Putra Agung mengungkapkan, ada peluang besar bagi tujuh kabupaten termasuk Jembrana untuk meningkatkan produksi kakao fermentasi.

"Salah satu peluang adalah kebutuhan dari pabrikan cokelat besar untuk menyerap kakao origin atau yang memiliki cita rasa khusus. Dengan mengajak kabupaten-kabupaten ini kami harapkan akan tercipta kakao fermentasi origin sesuai cita rasa khas daerahnya masing-masing," katanya.

“Peluang besar karena kebutuhan flavour. Tantangan utamanya adalah permodalan petani serta harga harus kuat serta dukungan dari berbagai pihak,” jelasnya.

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022