Dinas Kebudayaan (Disbud) Kabupaten Buleleng memperkenalkan Subak atau sistem pertanian tradisional khas Bali kepada generasi muda atau milenial di wilayah itu.

"Harapannya adalah Subak atau pertanian tradisional Bali senantiasa dilestarikan oleh berbagai kalangan," kata Kepala Disbud Buleleng I Nyoman Wisandika di Singaraja, Rabu.

Subak suatu organisasi masyarakat petani di Bali yang khusus mengatur tentang manajemen atau sistem pengairan sawah secara tradisional.

Keberadaan Subak merupakan manifestasi dari konsep Tri Hita Karana yakni menjaga keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, sesama manusia, dan manusia dengan lingkungan.

Kegiatan tersebut melibatkan berbagai kalangan generasi muda yang dipusatkan di Museum Soenda Ketjil, eks-Pelabuhan Buleleng yang juga merupakan tempat bersejarah.

Baca juga: Pemkab Buleleng rencanakan relokasi pedagang bermobil

Pada ajang mengusung tema "Dharmaning Pemacul" itu, dipamerkan alat-alat pertanian tradisional Bali seperti sabit, kapak, keroncongan, caluk, pembasmi hama tradisional dan alat masak tradisional.

Ia mengatakan pameran ini ajang kepada generasi muda untuk mengenal alat pertanian tradisional Bali.

"Sasaran generasi muda untuk mereka lebih mengenal dan melestarikan, nanti generasi muda yang akan meneruskan, jangan lupa tradisi itu di Bali sangat kuat dengan keyakinan kita," katanya.

Wisandika juga berharap, meski teknologi pertanian saat ini telah berkembang pesat, teknologi pertanian tradisional agar tetap lestari sebagai warisan budaya.

"Keyakinan kita bahwa kita melaksanakan tradisi dari zaman dahulu leluhur kita, niscaya akan menghasilkan yang lebih baik dan harus menjadi pelajaran bagi generasi sekarang," kata dia.

Baca juga: Pelaku UMKM Buleleng pasarkan camilan tanpa penyedap secara "online"

Pewarta: IMBA Purnomo

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022