Denpasar (Antara Bali) - Gubernur Bali Made Mangku Pastika mengakui di Pulau Dewata hingga saat ini masih menyisakan lebih dari 20.000 rumah tidak layak huni yang terpaksa harus ditempati oleh warga kurang mampu.
"Dengan program bedah rumah, sampai sekarang baru terbangun 6.000 unit. Mudah-mudahan ke depan semakin banyak yang bisa diperbaiki," katanya saat melakukan dialog jarak jauh (teleconference) dari kediamannya di Gedung Jayasabha Denpasar, dengan masyarakat Desa Bebandem, Kabupaten Karangasem dan Klating, Kabupaten Tabanan.
Adanya program bedah rumah, lanjut dia, didasarkan pada alasan agar keluarga kurang mampu di Bali kehidupannya menjadi lebih sehat. "Dengan kehidupan yang sehat, masyarakat dapat meningkatkan produktivitas demi meningkatkan kesejahteraannya," ujarnya.
Ia menambahkan, sengaja pengelolaan Bedah Rumah mulai tahun ini secara swakelola supaya warga desa menjadi lebih berperan, baik dalam membantu pembangunan rumah hingga pemantauannya.
"Saya berterima kasih atas dukungan masyarakat karena program dalam Bali Mandara sudah berjalan. Memang belum sempurna, oleh karena itu diperlukan pengawasan dan pemikiran, supaya dapat mensejahterakan lebih banyak masyarakat," katanya.
Murtianti, perajin dodol salak dari Bebandem mengaku mengalami kendala dalam pengemasan dan pemasaran produk. Sedangkan Made Sukadana penerima program Simantri di Bebandem mengatakan belum mendapat alat pengolah pupuk organik. Ada juga Agung Wijana dari Klating menginginkan fasilitasi dalam sertifikasi pupuk organik yang diproduksi kelompoknya.(LHS/IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Dengan program bedah rumah, sampai sekarang baru terbangun 6.000 unit. Mudah-mudahan ke depan semakin banyak yang bisa diperbaiki," katanya saat melakukan dialog jarak jauh (teleconference) dari kediamannya di Gedung Jayasabha Denpasar, dengan masyarakat Desa Bebandem, Kabupaten Karangasem dan Klating, Kabupaten Tabanan.
Adanya program bedah rumah, lanjut dia, didasarkan pada alasan agar keluarga kurang mampu di Bali kehidupannya menjadi lebih sehat. "Dengan kehidupan yang sehat, masyarakat dapat meningkatkan produktivitas demi meningkatkan kesejahteraannya," ujarnya.
Ia menambahkan, sengaja pengelolaan Bedah Rumah mulai tahun ini secara swakelola supaya warga desa menjadi lebih berperan, baik dalam membantu pembangunan rumah hingga pemantauannya.
"Saya berterima kasih atas dukungan masyarakat karena program dalam Bali Mandara sudah berjalan. Memang belum sempurna, oleh karena itu diperlukan pengawasan dan pemikiran, supaya dapat mensejahterakan lebih banyak masyarakat," katanya.
Murtianti, perajin dodol salak dari Bebandem mengaku mengalami kendala dalam pengemasan dan pemasaran produk. Sedangkan Made Sukadana penerima program Simantri di Bebandem mengatakan belum mendapat alat pengolah pupuk organik. Ada juga Agung Wijana dari Klating menginginkan fasilitasi dalam sertifikasi pupuk organik yang diproduksi kelompoknya.(LHS/IGT/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012