Denpasar (Antara Bali) - Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Bali dr Ketut Suarjaya berharap produsen dapat mempermurah harga vaksin kanker serviks karena jumlah penderita di Pulau Dewata cukup banyak.

"Selama ini untuk vaksinasi kanker serviks masih cukup mahal sekitar Rp1,5 juta sehingga belum terjangkau oleh semua lapisan masyarakat," katanya di Denpasar, Rabu.

PT Bio Farma (Persero), satu-satunya produsen vaksin di Indonesia, menjadi tuan rumah penyelenggaraan pertemuan produsen vaksin dari 14 negara berkembang yang akan digelar di Discovery Kartika Plaza Hotel, Kuta, pada 30 Oktober - 3 November 2012.

Menurut Ketut Suarjaya, kanker serviks menempati posisi ketujuh dari 10 besar penyakit tidak menular di Bali. Pada 2011, jumlah penderita neoplasma ganas serviks uteri yang dirawat jalan sebanyak 204 orang, dirawat inap (212), dan yang meninggal 14 orang.

"Itu jumlah yang dirawat di rumah sakit pemerintah, belum lagi yang menjalani perawatan di RS swasta," ucapnya.

Berdasarkan hasil uji, Suarjaya menyebut vaksin itu cukup efektif untuk pencegahan kanker serviks. Namun, Pemprov Bali tidak dapat memberikan subsidi untuk pengadaan vaksin jenis ini karena masuk dalam kategori vaksin pilihan, berbeda halnya dengan vaksin untuk imunisasi.

Di sisi lain, ia menyampaikan untuk vaksin imunisasi di Bali itu di-support oleh Biofarma dan sisi ketersediaan sudah cukup dengan jumlah balita yang memerlukan imunisasi.

"Bahkan sekarang cakupan imunisasi sudah mendekati 100 persen. Kondisi vaksin dari sisi jumlah ketersediaan dan vaksinasi sudah cukup," ujarnya.(LHS/T007) 

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012