Komunitas seni Kitapoleng asal Bali akan menampilkan garapan bertajuk Nungkalik pada ajang Artjog 2022 di Museum Nasional Yogyakarta pada 6 Agustus 2022.

Pertunjukan tersebut akan ditampilkan oleh empat orang penyandang tuli sebagai penari utama yaitu Wahyu, Salsa, Yogi, dan Ayu yang memadukan elemen gerak (bahasa isyarat), tari, musik, serta visual mapping yang menekankan pada kedalaman makna, puitika tubuh, dan interaksi visual.

"Dalam garapan ini, kami harus menggunakan bahasa isyarat untuk menjelaskan konsep, memberi pemahaman dan pemaknaan terhadap teks, juga tentu saja ekspresi-ekspresi lainnya melalui tari atau koreografi," ujar koreografer Kitapoleng Bali Jasmine Okubo di Kota Denpasar, Bali, Senin.

Ia mengatakan, proses latihan dalam garapan Nungkalik menjadi menarik dan menjadi tantangan tersendiri bagi seluruh tim produksi Kitapoleng.

"Yang sangat membanggakan, teman-teman tuli yang terlibat memiliki semangat luar biasa. Mereka berlatih keras untuk menghafal dan mempraktikan garapan ini. Semangat dan kegigihan teman tuli, seakan menampar kami semua akan dedikasi dan kesungguhan kerja yang mereka lakukan," katanya.

Baca juga: 18 koreografer muda tuntaskan program Temu Seni Tari di Bali

Jasmine Okubo menjelaskan, diskriminasi di banyak hal yang masih dialami teman tuli menutup kesempatan mengaktualisasi diri dan menunjukkan perannya dalam masyarakat.

Begitu pula ruang yang terbatas untuk menyampaikan aspirasi, cenderung membuat teman tuli sulit beradaptasi dengan kondisi masyarakat yang dinamis.

Padahal kenyataannya, meski bisu-tuli, mereka memiliki suara yang sama dengan kita. Bahkan tak jarang begitu kontradiktif, bertolak belakang atau Nungkalik.

Ia menjelaskan, karya itu didasari realitas sederhana mengenai kontradiksi yang ada dalam pandangan kultural masyarakat dan pandangan umum mengenai kekurangan adalah kelemahan, runtuh ketika dibenturkan pada realitas yang sebenarnya.

"Nungkalik secara sederhana bisa dimaknai sebagai terbalik, bisa pula bertolak belakang. Teman tuli memiliki kemampuan bahkan kemauan yang jauh lebih besar, untuk menghapus sekat dan batas kekurangan di dalam diri mereka," ungkapnya.

Baca juga: Duta kesenian NTB tampilkan tari Trunajaya yang sudah punah di Bali

Direktur Artistik dan Visual pementasan Dibal Ranuh menambahkan, visual dalam pertunjukan itu tidak hanya sebagai latar pertunjukan. Namun, pihaknya berusaha menciptakan dan merealisasikan visual yang dinamis sekaligus interaktif untuk menggali kemungkinan dan segala potensi dalam pertunjukan.

"Pemilihan kostum juga komponen artistik lainnya pun harus mampu merepresentasikan makna, pesan, dan wacana yang kami hadirkan bagi publik yang lebih luas," ungkapnya.

Sedangkan Manajer Produksi pementasan tersebut Pranita Dewi mengungkapkan, untuk mewujudkan Nungkalik membutuhkan keterlibatan dan partisipasi seluruh pihak, baik dari sisi transportasi, kebutuhan artistik dan properti, kostum dan sebagainya. Sebab itulah, mereka membuat crowd funding untuk menjaga semangat selalu menyala.

"Kami selalu ingin berkolaborasi dengan segala pihak. Momentum ini menjadi kesempatan besar bagi kami untuk menunjukkan kepedulian sekaligus dukungan terhadap semangat teman tuli," ujarnya.

Pewarta: Naufal Fikri Yusuf

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022