Desa wisata saat ini terus berkembang dan maju, namun kemajuan itu perlu juga merawat alam dan sungai, jangan dijadikan tempat pembuangan sampah, kata Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud, Ari Dwipayana.

Ia mengemukakan hal itu saat menyampaikan
rekomendasi dalam rangkaian peluncuran program Revitalisasi Desa Wisata bertajuk "Markandyayana Rasmi" yang berupa seminar dan pelatihan di Tukad Oos, Sayan, Ubud, Bali pada 12 - 14 Juli 2022.

Hasil seminar dan pelatihan itu merekomendasikan agar alam dan sungai jangan menjadi tempat pembuangan sampah dari tumbuh dan berkembangnya desa wisata.

Seminar yang dibuka Wamenparekraf Angela Tanoesoedibjo itu menjadi bagian dalam rangkaian program "Markandyayana Rasmi" yang diluncurkan oleh Menteri Desa dan Pembangunan Daerah Tertinggal dan Transmigrasi, Abdul Halim Iskandar.

Baca juga: Sandiaga: 90 persen wisatawan tertarik wisata ramah lingkungan di Bali

Dalam sambutan peluncuran program itu, Mendes dan PDT Abdul Halim Iskandar menyatakan bahwa saat ini menjadi momentum yang tepat bagi desa-desa di Bali untuk rebound ekonomi melalui desa wisata.

Apalagi desa-desa di sepanjang aliran Tukad Oos memiliki potensi alam dan budaya yang bisa menjadi kekuatan pariwisata.

“Jangkauan wisatawan di desa wisata Bali bukan hanya dari sekitar desa sendiri, melainkan meluas dari luar kota, bahkan dari mancanegara. Apalagi Pemerintah Indonesia terus menggaungkan agar wisatawan berkunjung ke Bali. Pertemuan-pertemuan penting antarnegara juga terus diselenggarakan di Bali,” jelas Abdul Halim. 

Baca juga: Dinas Pariwisata Denpasar latih pengelola usaha kuliner

Menurut Ketua Yayasan Puri Kauhan Ubud Ari Dwipayana, potensi Bali itu saat ini bisa terancam oleh perubahan sistem nilai baru yang memunggungi sungai dan menjadikan sungai sebagai tempat pembuangan.

“Ini mengharuskan desa-desa mengingat kembali kekuatan yang menjadi karakter dasarnya, yang menjadi akarnya. Kemajuan Desa Nusa Dua, Kuta, Sanur, dan Ubud harus bisa menggeret desa-desa yang lain," papar Ari.
 
Pemerintah Indonesia menargetkan hingga 2024 ada 244 desa wisata masuk dalam kategori desa maju dan desa mandiri serta tersertifikasi berkelanjutan.

“Kita sudah melebihi target. Ada 293 desa wisata maju dan mandiri. Tiga desa di Kawasan DAS Oos sudah masuk platform JADESTA, bahkan Desa Wisata Taro sudah mendapat sertifikasi berkelanjutan di tahun 2021,” jelasnya.

Baca juga: Menkes targetkan Bali jadi basis wisata medis internasional

Ia berharap  tujuh desa lainnya bisa segera masuk ke platform JADESTA.
 
Setelah seminar, acara yang didukung oleh PT Pertamina Persero, Fakultas Pariwisata Udayana, dan Godevi itu akan menggelar pelatihan bagi desa-desa di sepanjang daerah aliran Tukad Oos.

Sepuluh desa yang terlibat antara lain Desa Singapadu Tengah, Desa Batuan, Desa Lodtunduh, Desa Sayan, Desa Singakerta, Desa Keliki, Desa Buahan, Desa Bukian, Desa Kerta, dan Desa Taro.
 

Pewarta: Adi Lazuardi

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022