Ajang Konferensi Tingkat Tinggi "Group of Twenty (G20)" akan membahas salah satunya mendorong transisi energi energi ramah lingkungan bagi keberlanjutan ekosistem dunia, dan menjadi momentum memantapkan komitmen bersama dalam penguatan kerja sama dengan pemangku kepentingan secara optimalisasi.

Dalam memantapkan optimalisasi tersebut, tentunya diperlukan sinergi semua pihak, yakni akademisi, dan industri untuk menciptakan ekosistem transisi energi yang optimal, sehingga tak terlepas juga dengan kondisi lingkungan masa depan bumi ini.

Pada kegiatan Presidensi G20, Indonesia sebagai tuan rumah salah satu prioritas isu yang diusung dalam Presidensial G20 adalah mendorong transisi energi bagi keberlanjutan ekosistem global. Sehingga diyakini menjadi momentum kebangkitan dan kemandirian industri energi nasional, dalam menghadapi permasalahan perubahan iklim yang menjadi ancaman global di masa mendatang.

Oleh karena itu, Indonesia selaku tuan rumah Presidensial G20 tidak menyia-nyiakan momentum tersebut untuk menampilkan keseriusan dalam mendorong transisi energi dari ketergantungan energi fosil kepada energi baru terbarukan (EBT).

PT PLN sendiri telah menyiapkan infrastruktur EBT di Bali. BUMN kelistrikan itu menyiapkan 36 lokasi Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap atau photovoltaic rooftop di Pulau Dewata dengan total kapasitas 869 kilowattpeak (kWp). Keberadaan infrastruktur tersebut untuk mendukung seluruh kegiatan KTT G20 yang puncaknya bulan November 2022 di kawasan Nusa Dua, Bali.

Keberadaan PLTS yang terdiri dari susunan modul panel fotovoltaik sebagai penangkap sinar surya yang terpasang di atap bangunan atau bagian lain dari bangunan.

Selain lebih ramah lingkungan dan mendukung program energi bersih dari energi terbarukan, panel itu juga menghemat biaya tagihan listrik. Daya yang dihasilkan dari PLTS Atap nantinya akan otomatis memotong tagihan listrik pengguna maksimal 65 persen dari total daya yang dihasilkan oleh PLTS Atap.

Dukungan PLN sebagai usaha "berplat merah" sangat penting dalam penyelenggaraan KTT G20 di Indonesia. Selain itu, PLN juga membangun PLTS apung berlokasi di muara Tukad Badung dengan kapasitas minimal 1 MWp.

Pembangunan PLTS tersebut merupakan bukti konkret program transisi energi Indonesia menuju era energi baru terbarukan atau EBT. Melalui KTT G20 masyarakat Pulau Dewata dan masyarakat dunia akan menyaksikan secara langsung penerapan energi hijau di Bali.

Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi (Menko Marves) Luhut Binsar Pandjaitan menjelaskan di sela persiapan kegiatan Presidensial G20, bahwa PLN memastikan mempercepat pembangunan berbagai infrastruktur pendukung khususnya berbasis EBT.

Dalam pembangunan infrastruktur EBT untuk mendukung kegiatan G20 di Pulau Dewata yakni pemasangan photovoltaic pada 35 atap gedung milik PLN dan satu gedung milik PT Indonesia Power yang ditargetkan rampung pada Juli 2022. Selanjutnya PLTS Hybrid di Pulau Nusa Penida, Kabupaten Klungkung dengan mampu memasok pasokan listrik hingga 3,5 MW.

Penambahan pembangkit ini menjadi langkah antisipatif dalam menghadapi lonjakan kebutuhan listrik yang diperkirakan naik sebesar 20 persen menjelang dan saat KTT G20.

Selain itu, selama KTT G20 pada November 2022, para delegasi akan dilayani oleh 656 mobil listrik. Karena itu, PLN bekerja sama dengan salah satu perusahaan kendaraan Korea (Hyundai) membangun 60 unit Stasiun Pengisian Kendaraan Listrik Umum (SPKLU) Ultra Fast Charging dan 21 SPKLU Fast Charging di beberapa lokasi strategis di Bali. Termasuk juga menyediakan 150 home charging, dan ditargetkan selesai bulan Agustus 2022.

Baca juga: PLN bangun 36 PLTS atap untuk G20 di Bali

Mobil listrik KTT G20

Selama kegiatan KTT G20 kendaraan listrik menjadi transportasi utama untuk mobilitas peserta kegiatan tersebut. Oleh karena itu, pembangunan SPKLU terus dikebut sehingga target pada Agustus mendatang semuanya rampung.

Para delegasi KTT G20 akan dimanja dengan kendaraan listrik sudah dipersiapkan dari perusahaan mobil yang konsen dengan kendaraan ramah lingkungan. Dan perusahaan mobil itu bertahap akan memproduksi secara massal kendaraan tersebut.

Langkah yang dilakukan sinergi pemerintah dengan perusahaan otomotif untuk membangun sejak dini adalah mendorong masa depan masyarakat untuk menggunakan kendaraan ramah lingkungan. Terlebih untuk menyedia daya listrik sepenuhnya didukung PLN.

Ajang KTT G20 Indonesia akan membuktikan bahwa ke depannya akan mampu beralih dari energi fosil ke energi baru terbarukan. Karena itulah pemerintah melakukan percepatan pembangunan infrastruktur ramah lingkungan sehingga masyarakat akan menikmati manfaat dan keunggulan penggunaan EBT.

Sales Director PT Hyundai Motors Indonesia (HMID) Erwin Djajadiputra menjelaskan Hyundai akan mendukung kegiatan berskala internasional tersebut dengan menghadirkan dua model mobil listrik. Pertama adalah sedan listrik Genesis G80 Electrified yang diimpor dari Korea Selatan, kedua adalah crossover Ioniq 5 rakitan pabrik Hyundai di Korea Selatan.

Indonesia berupaya menampilkan terbaik pelayanan kepada para delegasi KTT G20 khususnya transportasi dengan mobil ramah lingkungan yang telah didukung perusahaan otomotif tersebut.

Sebagai bangsa Indonesia patut berbangga sebagai tuan rumah KTT G20, dan membuktikan bahwa bangsa kita mampu mendukung perubahan iklim dengan menerapkan secara bertahap mengurangi emisi karbon dari polusi bahan bakar fosil ke EBT. Dan seluruh delegasi G20 akan melihat langsung kesiapan Indonesia dalam mendukung komitmen dunia dalam penerapan ramah lingkungan di Tanah Air.

Baca juga: Erick Thohir puji pembangunan PLTS di Tol Bali Mandara
 

Pewarta: I Komang Suparta

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022