Guru Besar Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Udayana Bali, Prof Dr I Made Supartha Utama mengatakan alat dan mesin pertanian (alsintan) menjadi komponen penting untuk mendorong modernisasi pertanian di Indonesia, karena dengan menggunakan alat tersebut dapat meningkatkan produktivitas dan hasil panen para petani.
"Di era globalisasi saat ini sangat dibutuhkan kreasi nilai yang kuat dalam sistem rantai nilai. Sehingga segala jenis bantuan dari pemerintah termasuk alsintan dapat bermanfaat bagi petani atau konsumen," kata Prof. Supartha Utama di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan inovasi alsintan di Indonesia terus berkembang, tidak sedikit perusahaan mulai mengembangkan alsintan sesuai kebutuhan petani, bahkan sesuai penyerapan.
Baca juga: Rektor Unud: calon mahasiswa tak wajib bayar asrama
Berdasarkan data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), jumlah pengadaan alsintan di Kementerian Pertanian pada 2021 jauh lebih banyak menggunakan buatan dalam negeri dibanding impor yang mencapai angka Rp990,47 miliar atau 65,56 persen.
"Masing-masing pasar yang kontak langsung dengan konsumen mempunyai kekhususan nilai dibutuhkan, dan harus dikreasi secara sistematis dalam sistem rantai nilai integratif dan kolaboratif serta efisien dan efektif," ucapnya.
Secara umum, kata Prof Supartha Utama, sistem pertanian di Indonesia memang belum sepenuhnya dalam sistem rantai nilai dinamis. Namun, alsintan adalah alat pendukung yang dapat berperan dalam mengkreasi sebuah sistem nilai yang baik.
"Dalam mengintroduksikan alsintan harus jelas pendekatan sistemnya, atau harus mampu mengefisienkan dan mengefektifkan sistem rantai nilai dengan tujuan pasar atau konsumen yang jelas," katanya.
Peran pemerintah, menurut dia, terkait kebutuhan peningkatan komponen dalam TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) juga penting untuk diwujudkan. Dalam hal ini, evaluasi menyeluruh dipandang perlu agar industri alsintan bisa berkembang secara dinamis.
"Dalam menggerakan sistem pertanian nasional berdaya saing di era globalisasi, pemerintah harus melakukan evaluasi sistem produksi dan rantai pasokan produk pertanian yang ada, baik lokal, regional dan nasional untuk tujuan pasar atau konsumen," ucapnya.
Baca juga: Unud syaratkan vaksin lengkap dalam PTM 100 persen
Pemerintah juga diharapkan mendukung penuh "Research and Development (R&D)" terkait alsintan dengan melakukan kerja sama menyeluruh terhadap industri dalam negeri.
"Penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kebutuhan alsintan tersebut yang dapat diproduksi bekerja sama dengan industri dalam negeri dengan menggunakan sebesar-sebesarnya komponen-komponen dalam negeri," ujarnya.
Dikatakan, kemandirian pertanian serta perbaikan perekonomian nasional pun dapat terwujud apabila penelitian dan pengembangan dijalankan secara maksimal.
"Tentunya dengan melibatkan research and development bekerja sama dengan industri, termasuk IKM (Industri Kecil Menengah) untuk pembuatan alsintan dalam konteks menggerakkan sistem pertanian berdaya saing tinggi akan mendorong kemandirian pangan." katanya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo tak menampik jika salah satu upaya mendorong sektor pertanian yang maju, mandiri dan modern salah satunya dengan penggunaan alat mesin pertanian (alsintan).
Mentan Yasin Limpo mengatakan mekanisasi pertanian itu adalah salah satu ciri pertanian modern. Di era 4.0 saat ini, pertanian tidak lagi tradisional, namun telah berkolaborasi dengan teknologi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Di era globalisasi saat ini sangat dibutuhkan kreasi nilai yang kuat dalam sistem rantai nilai. Sehingga segala jenis bantuan dari pemerintah termasuk alsintan dapat bermanfaat bagi petani atau konsumen," kata Prof. Supartha Utama di Denpasar, Kamis.
Ia mengatakan inovasi alsintan di Indonesia terus berkembang, tidak sedikit perusahaan mulai mengembangkan alsintan sesuai kebutuhan petani, bahkan sesuai penyerapan.
Baca juga: Rektor Unud: calon mahasiswa tak wajib bayar asrama
Berdasarkan data Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang dan Jasa Pemerintah (LKPP), jumlah pengadaan alsintan di Kementerian Pertanian pada 2021 jauh lebih banyak menggunakan buatan dalam negeri dibanding impor yang mencapai angka Rp990,47 miliar atau 65,56 persen.
"Masing-masing pasar yang kontak langsung dengan konsumen mempunyai kekhususan nilai dibutuhkan, dan harus dikreasi secara sistematis dalam sistem rantai nilai integratif dan kolaboratif serta efisien dan efektif," ucapnya.
Secara umum, kata Prof Supartha Utama, sistem pertanian di Indonesia memang belum sepenuhnya dalam sistem rantai nilai dinamis. Namun, alsintan adalah alat pendukung yang dapat berperan dalam mengkreasi sebuah sistem nilai yang baik.
"Dalam mengintroduksikan alsintan harus jelas pendekatan sistemnya, atau harus mampu mengefisienkan dan mengefektifkan sistem rantai nilai dengan tujuan pasar atau konsumen yang jelas," katanya.
Peran pemerintah, menurut dia, terkait kebutuhan peningkatan komponen dalam TKDN (Tingkat Komponen Dalam Negeri) juga penting untuk diwujudkan. Dalam hal ini, evaluasi menyeluruh dipandang perlu agar industri alsintan bisa berkembang secara dinamis.
"Dalam menggerakan sistem pertanian nasional berdaya saing di era globalisasi, pemerintah harus melakukan evaluasi sistem produksi dan rantai pasokan produk pertanian yang ada, baik lokal, regional dan nasional untuk tujuan pasar atau konsumen," ucapnya.
Baca juga: Unud syaratkan vaksin lengkap dalam PTM 100 persen
Pemerintah juga diharapkan mendukung penuh "Research and Development (R&D)" terkait alsintan dengan melakukan kerja sama menyeluruh terhadap industri dalam negeri.
"Penelitian dan pengembangan sangat dibutuhkan untuk mengembangkan kebutuhan alsintan tersebut yang dapat diproduksi bekerja sama dengan industri dalam negeri dengan menggunakan sebesar-sebesarnya komponen-komponen dalam negeri," ujarnya.
Dikatakan, kemandirian pertanian serta perbaikan perekonomian nasional pun dapat terwujud apabila penelitian dan pengembangan dijalankan secara maksimal.
"Tentunya dengan melibatkan research and development bekerja sama dengan industri, termasuk IKM (Industri Kecil Menengah) untuk pembuatan alsintan dalam konteks menggerakkan sistem pertanian berdaya saing tinggi akan mendorong kemandirian pangan." katanya.
Sebelumnya, Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo tak menampik jika salah satu upaya mendorong sektor pertanian yang maju, mandiri dan modern salah satunya dengan penggunaan alat mesin pertanian (alsintan).
Mentan Yasin Limpo mengatakan mekanisasi pertanian itu adalah salah satu ciri pertanian modern. Di era 4.0 saat ini, pertanian tidak lagi tradisional, namun telah berkolaborasi dengan teknologi.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022