Pemerintah Kabupaten Tabanan, Provinsi Bali menyelenggarakan pelatihan peningkatan kapasitas pemangku kepentingan pengelolaan sampah secara terintegrasi dan berkelanjutan dalam rangkaian program pengurangan sampah hingga 30 persen pada 2025.
"Kegiatan di Ruang Nusantara BITDeC Tabanan pada 5-7 April itu dihadiri utusan Kedutaan Besar Norwegia (untuk Indonesia, red.), jajaran forkopimda, OPD (Organisasi Perangkat Daerah), dan 50 orang peserta pelatihan," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Tabanan Gede Susila di sela-sela kegiatan itu di Tabanan, Rabu.
Ia mengatakan beragam regulasi guna mengantisipasi persoalan sampah, dipandang tidak cukup jika tanpa langkah aktif dan partisipasi masyarakat.
Oleh karena itu, katanya, pelatihan yang difasilitasi melalui program Clean Ocean through Clean Communities (CLOCC) Indonesia ini penting bagi para pemangku kepentingan untuk menggerakkan hati dan aksi masyarakat Tabanan dalam pengelolaan sampah.
"Hal mendasar untuk terwujudnya visi 'Nangun Sat Kerthi Loka Bali' melalui pola pembangunan berencana menuju 'Tabanan Era Baru' yang aman, unggul, dan madani (AUM), bisa dilakukan dengan program untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat, salah satunya pengelolaan sampah," katanya.
Baca juga: Jelang G20, Bali perbanyak tempat pembuangan sampah
Berbagai regulasi sudah dikeluarkan sejak 2013 hingga 2021, termasuk Pergub Nomor 47 Tahun 2019 tentang Sampah Berbasis Sumber yang terus-menerus disosialisasikan ke masyarakat, namun tentunya membutuhkan partisipasi yang tinggi dari seluruh masyarakat.
"Masalah sampah dan pengelolaannya tetap menjadi sebuah tantangan, bahkan di negara Norwegia, seperti yang diungkapkan Duta Besar Norwegia Bjornar Dahl Hotvedt," kata Susila.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada pihak CLOCC Indonesia yang telah memfasilitasi pelatihan itu.
"Pemkab Tabanan terbuka untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, sebagai upaya untuk mencapai visi Tabanan, salah satunya kerja sama meningkatkan tata kelola persampahan Kabupaten Tabanan melalui program CLOCC," katanya.
Ia berharap, program CLOCC meningkatkan kapasitas daerah setempat dan pemangku kepentingan terkait dalam menyusun rencana induk pengelolaan sampah di Kabupaten Tabanan yang terintegrasi dan berkelanjutan. Pelaksanaan rencana induk itu diharapkan selesai pada Desember 2023.
"Kita berharap dengan adanya 'masterplan' (rencana induk) ini bisa menjadi panduan bagi OPD dan pemangku kepentingan untuk menyusun pelaksanaan program pengelolaan sampah, sehingga target pengelolaan sampah tertimbun bisa mencapai 30 persen pada Tahun 2025, bahkan bisa berkurang dari capaian ini. Oleh sebab itu, tidak cukup ada pelatihan saja, karena sifatnya partisipatif, maka koordinasi di lapangan juga harus dilakukan," kata dia.
Baca juga: Mangku Pastika: Perlu "dirigen" tangani sampah di Bali
Meskipun banyak orang pesimistis masalah ini dapat terpecahkan, Dubes Bjornar Dahl Hotved mengaku, tetap optimistis mengatasi masalah tersebut, sebab banyak hal baik dan inisiatif yang telah dilakukan.
"Saya sudah pernah ke Tabanan dan menurut saya Tabanan adalah tempat yang indah untuk berwisata. Tugas kita bersama untuk mengurangi sampah dan meningkatkan kondisi lingkungan kita, sebagai sumbangsih kita untuk masa depan generasi kita," katanya.
Pemerintah Norwegia akan terus memberikan dukungan terhadap program-program Pemerintah Kabupaten Tabanan, terutama untuk peningkatan kapasitas dan pelatihan pengelolaan sampah.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Kegiatan di Ruang Nusantara BITDeC Tabanan pada 5-7 April itu dihadiri utusan Kedutaan Besar Norwegia (untuk Indonesia, red.), jajaran forkopimda, OPD (Organisasi Perangkat Daerah), dan 50 orang peserta pelatihan," kata Sekretaris Daerah Kabupaten Tabanan Gede Susila di sela-sela kegiatan itu di Tabanan, Rabu.
Ia mengatakan beragam regulasi guna mengantisipasi persoalan sampah, dipandang tidak cukup jika tanpa langkah aktif dan partisipasi masyarakat.
Oleh karena itu, katanya, pelatihan yang difasilitasi melalui program Clean Ocean through Clean Communities (CLOCC) Indonesia ini penting bagi para pemangku kepentingan untuk menggerakkan hati dan aksi masyarakat Tabanan dalam pengelolaan sampah.
"Hal mendasar untuk terwujudnya visi 'Nangun Sat Kerthi Loka Bali' melalui pola pembangunan berencana menuju 'Tabanan Era Baru' yang aman, unggul, dan madani (AUM), bisa dilakukan dengan program untuk kepentingan dan kesejahteraan masyarakat, salah satunya pengelolaan sampah," katanya.
Baca juga: Jelang G20, Bali perbanyak tempat pembuangan sampah
Berbagai regulasi sudah dikeluarkan sejak 2013 hingga 2021, termasuk Pergub Nomor 47 Tahun 2019 tentang Sampah Berbasis Sumber yang terus-menerus disosialisasikan ke masyarakat, namun tentunya membutuhkan partisipasi yang tinggi dari seluruh masyarakat.
"Masalah sampah dan pengelolaannya tetap menjadi sebuah tantangan, bahkan di negara Norwegia, seperti yang diungkapkan Duta Besar Norwegia Bjornar Dahl Hotvedt," kata Susila.
Ia juga menyampaikan terima kasih kepada pihak CLOCC Indonesia yang telah memfasilitasi pelatihan itu.
"Pemkab Tabanan terbuka untuk menjalin kerja sama dengan berbagai pihak, sebagai upaya untuk mencapai visi Tabanan, salah satunya kerja sama meningkatkan tata kelola persampahan Kabupaten Tabanan melalui program CLOCC," katanya.
Ia berharap, program CLOCC meningkatkan kapasitas daerah setempat dan pemangku kepentingan terkait dalam menyusun rencana induk pengelolaan sampah di Kabupaten Tabanan yang terintegrasi dan berkelanjutan. Pelaksanaan rencana induk itu diharapkan selesai pada Desember 2023.
"Kita berharap dengan adanya 'masterplan' (rencana induk) ini bisa menjadi panduan bagi OPD dan pemangku kepentingan untuk menyusun pelaksanaan program pengelolaan sampah, sehingga target pengelolaan sampah tertimbun bisa mencapai 30 persen pada Tahun 2025, bahkan bisa berkurang dari capaian ini. Oleh sebab itu, tidak cukup ada pelatihan saja, karena sifatnya partisipatif, maka koordinasi di lapangan juga harus dilakukan," kata dia.
Baca juga: Mangku Pastika: Perlu "dirigen" tangani sampah di Bali
Meskipun banyak orang pesimistis masalah ini dapat terpecahkan, Dubes Bjornar Dahl Hotved mengaku, tetap optimistis mengatasi masalah tersebut, sebab banyak hal baik dan inisiatif yang telah dilakukan.
"Saya sudah pernah ke Tabanan dan menurut saya Tabanan adalah tempat yang indah untuk berwisata. Tugas kita bersama untuk mengurangi sampah dan meningkatkan kondisi lingkungan kita, sebagai sumbangsih kita untuk masa depan generasi kita," katanya.
Pemerintah Norwegia akan terus memberikan dukungan terhadap program-program Pemerintah Kabupaten Tabanan, terutama untuk peningkatan kapasitas dan pelatihan pengelolaan sampah.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022