Ketua Tim Penggerak PKK Provinsi Bali Putri Suastini Koster mengajak masyarakat di Pulau Dewata untuk mencegah munculnya sakit mental, di tengah kondisi meningkatnya kasus bunuh diri yang diakibatkan oleh gangguan mental.
"Banyak permasalahan yang terjadi saat ini, namun sebagian orang lebih memilih diam dan memendam permasalahannya," kata Putri Koster dalam webinar bertajuk "Gangguan Mental: Gejala, Penyebab dan Mengobati" di Denpasar, Senin.
Dia menambahkan, ketika sebagian orang lebih memilih diam dan memendam permasalahannya, orang lain tidak akan mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dibantu untuk meringankan beban orang tersebut.
"Hal inilah yang nantinya dapat memicu seseorang akan memilih untuk mengambil tindakan cepat untuk mengakhiri hidupnya," ujarnya.
Baca juga: Ketua PKK Bali bantu bahan pokok ke Pertuni Badung
Oleh karena itu, istri Gubernur Bali itu ingin mengajak semua pihak untuk dapat saling perduli dengan lingkungan dan tetangganya, karena itulah fungsi kita bersaudara untuk saling dapat memperhatikan dan meringankan beban orang lain.
Untuk mencegah munculnya sakit mental, Putri Koster, mengajak masyarakat untuk berpikir yang positif, berkata dan bertingkah laku yang positif.
Putri Koster pun tidak memungkiri, pandemi COVID-19 telah menyebabkan munculnya banyak permasalahan dan meningkatnya kasus gangguan mental karena merosotnya perekonomian akibat PHK.
"Kondisi ini harus disikapi dengan cepat untuk mengambil alih keputusan untuk menghasilkan uang, baik itu beralih ke bidang kuliner atau penyediaan jasa lainnya.
Dalam webinar menghadirkan dua pembicara, yakni pemerhati kesehatan mental Prof Luh Ketut Suryani dan psikiater dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Cokorda Bagus Jaya Lesmana.
Prof LK Suryani menyebut gangguan mental adalah kondisi kesehatan yang mempengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, suasana hati atau kombinasi di antaranya.
Baca juga: Ketua PKK Bali ajak jaga ketahanan ekonomi keluarga di masa pandemi
Kondisi ini dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama (kronis) dengan gejala waham atau delusi, dimana seseorang meyakini sesuatu yang tidak nyata dan bersifat halusinasi, mengalami suasana hati yang berubah-ubah, perasaan sedih yang berlangsung dalam kurun waktu lama.
Terdapat beberapa penyebab terjadinya gangguan mental di antaranya adanya gangguan pada fungsi sel saraf di otak, infeksi, kelainan bawaan dan kerusakan otak akibat benturan.
Selain itu, kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan, memiliki keluarga atau orang tua yang gangguan jiwa, kekurangan nutrisi, peristiwa traumatis dan sebagainya
"Jadi, dua penyebab gangguan mental, baik itu faktor biologis ataupun faktor psikologis sama-sama memiliki peran untuk dihindari," katanya.
Untuk mencegah terjadinya gangguan mental perlu dukungan banyak pihak agar kita tidak berdiri sendiri dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang muncul.
"Secara global pengobatan gangguan mental dapat dilakukan dengan cara datang langsung ke psikiater untuk melakukan psikoterapi, obat-obatan, rawat inap, hingga suport grup," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022
"Banyak permasalahan yang terjadi saat ini, namun sebagian orang lebih memilih diam dan memendam permasalahannya," kata Putri Koster dalam webinar bertajuk "Gangguan Mental: Gejala, Penyebab dan Mengobati" di Denpasar, Senin.
Dia menambahkan, ketika sebagian orang lebih memilih diam dan memendam permasalahannya, orang lain tidak akan mengetahui apa yang sedang terjadi dan apa yang harus dibantu untuk meringankan beban orang tersebut.
"Hal inilah yang nantinya dapat memicu seseorang akan memilih untuk mengambil tindakan cepat untuk mengakhiri hidupnya," ujarnya.
Baca juga: Ketua PKK Bali bantu bahan pokok ke Pertuni Badung
Oleh karena itu, istri Gubernur Bali itu ingin mengajak semua pihak untuk dapat saling perduli dengan lingkungan dan tetangganya, karena itulah fungsi kita bersaudara untuk saling dapat memperhatikan dan meringankan beban orang lain.
Untuk mencegah munculnya sakit mental, Putri Koster, mengajak masyarakat untuk berpikir yang positif, berkata dan bertingkah laku yang positif.
Putri Koster pun tidak memungkiri, pandemi COVID-19 telah menyebabkan munculnya banyak permasalahan dan meningkatnya kasus gangguan mental karena merosotnya perekonomian akibat PHK.
"Kondisi ini harus disikapi dengan cepat untuk mengambil alih keputusan untuk menghasilkan uang, baik itu beralih ke bidang kuliner atau penyediaan jasa lainnya.
Dalam webinar menghadirkan dua pembicara, yakni pemerhati kesehatan mental Prof Luh Ketut Suryani dan psikiater dari Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Cokorda Bagus Jaya Lesmana.
Prof LK Suryani menyebut gangguan mental adalah kondisi kesehatan yang mempengaruhi pikiran, perasaan, perilaku, suasana hati atau kombinasi di antaranya.
Baca juga: Ketua PKK Bali ajak jaga ketahanan ekonomi keluarga di masa pandemi
Kondisi ini dapat terjadi sesekali atau berlangsung dalam waktu yang lama (kronis) dengan gejala waham atau delusi, dimana seseorang meyakini sesuatu yang tidak nyata dan bersifat halusinasi, mengalami suasana hati yang berubah-ubah, perasaan sedih yang berlangsung dalam kurun waktu lama.
Terdapat beberapa penyebab terjadinya gangguan mental di antaranya adanya gangguan pada fungsi sel saraf di otak, infeksi, kelainan bawaan dan kerusakan otak akibat benturan.
Selain itu, kekurangan oksigen pada otak bayi saat proses persalinan, memiliki keluarga atau orang tua yang gangguan jiwa, kekurangan nutrisi, peristiwa traumatis dan sebagainya
"Jadi, dua penyebab gangguan mental, baik itu faktor biologis ataupun faktor psikologis sama-sama memiliki peran untuk dihindari," katanya.
Untuk mencegah terjadinya gangguan mental perlu dukungan banyak pihak agar kita tidak berdiri sendiri dalam menghadapi dan menyelesaikan masalah yang muncul.
"Secara global pengobatan gangguan mental dapat dilakukan dengan cara datang langsung ke psikiater untuk melakukan psikoterapi, obat-obatan, rawat inap, hingga suport grup," ujarnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022