Seorang pemuda asal Desa Sembiran, Kecamatan Tejakula, Kabupaten Buleleng, Bali, I Ketut Sumayasa, mengembangkan bisnis hijau berbahan dasar kelapa yang telah melakukan ekspor ke beberapa negara di Eropa. Bisnis dengan bahan yang ramah lingkungan itu sangat tepat menyambut agenda G20 di Bali yakni energi hijau.

"Adapun beberapa produk yang sudah kami hasilkan adalah ekstraksi minyak kelapa atau 'virgin coconut oil' (VCO) yang menjadi bahan pokok dalam industri dan pariwisata," kata Sumayasa di Desa Sembiran, Selasa.

Ia mengatakan minyak kelapa murni atau dewasa ini terus mengalami "trend" dalam sektor kesehatan. Bisnis dengan bahan yang ramah lingkungan itu sangat tepat dengan agenda G20 di Bali yakni energi hijau.

"Hasil kelapa berupa VCO dijadikan minyak balur untuk merawat kulit, lalu produksi minyak VCO ini juga bisa diminum, dan diyakini dapat mencegah penyakit kanker, jantung, stroke hingga mencegah kolesterol," katanya.

Sumayana memaparkan usaha mikro kecil menengah (UMKM) yang dirintisnya sejak 2015 itu memakai bahan dasar kelapa, karena Kecamatan Tejakula menjadi kawasan penghasil buah kelapa.

Baca juga: Masyarakat Desa Lemukih-Bali gencarkan penanaman pohon sesuai G20

Ada sejumlah tahapan yang dilakukan untuk bisa memproduksi minyak VCO. Tahapan diawali dengan pemilihan bahan baku buah kelapa yang berkualitas.

"Standarisasinya, buah kelapa kondisi buahnya harus sudah tua. Buah harus disortir untuk mengantisipasi agar tidak ada buah yang bertunas dan menghindari buah yang pecah atau busuk," katanya.

Tahapan selanjutnya, buah kelapa dikupas, dicuci, lalu diparut dan diperas secara manual, sampai menjadi santan, lalu difermentasi secara natural. "Jadi tidak ada proses pemanasan dan penambahan bahan kimia. Setelah difermentasi satu malam, kemudian di pagi hari diambil minyaknya, lalu disaring," paparnya.

Menurut dia, untuk menghasilkan minyak murni, membutuhkan waktu sampai delapan hari. Dengan rincian, satu hari untuk proses produksi, kemudian tujuh hari untuk proses penyaringan.

Untuk menghasilkan 1 liter minyak murni, Sumayana membutuhkan 10 buah kelapa. "Jadi perbandingannya, satu berbanding sepuluh. Artinya 10 butir kelapa menghasilkan 1 liter VCO. Tidak ada bahan tambahan, kecuali air bersih saat proses pemerasan santan," katanya.

Baca juga: Gerakan Konservasi Air dari Puri Kauhan Ubud untuk G20 di Bali

Ia menambahkan "Bali Pure" yang dipimpinnya mampu menghasilkan sebanyak 5.000 liter minyak VCO. Bahkan, tahun lalu sempat ada permintaan dari Rusia sampai 12.000 liter per bulan.

Meski diolah secara tradisional, Sumayana memastikan jika minyak kelapa murni yang dihasilkannya sudah melewati uji lab sejak 2016. "Hasilnya sudah keluar dari Balai Besar Agro Bogor," kata Sumayasa.

Pewarta: IMBA Purnomo

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2022