Nusa Dua, Bali (ANTARA) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengajak para insinyur mempercepat pengembangan energi baru terbarukan (EBT) dan ekonomi biru karena berperan besar dalam perekonomian dan menurunkan emisi karbon.
“Ini tantangan besar dan pekerjaan rumah bagi para insinyur termasuk salah satunya mengembangkan kendaraan listrik,” kata Menko Airlangga Hartarto di sela Konferensi Organisasi Insinyur ASEAN (CAFEO) ke-41 di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Rabu.
Dalam pemaparannya, Menko Airlangga menjelaskan Indonesia dan negara ASEAN sedang mengejar pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dengan implementasi berbasis ramah lingkungan, termasuk Indonesia yang memiliki target net nol emisi pada 2060.
Untuk mendukung ekonomi berkelanjutan itu sejumlah upaya dikejar di antaranya membangun kendaraan listrik, pembiayaan hijau, transisi energi, interkonektivitas dan kapitalisasi ekonomi biru.
Pengembangan kendaraan listrik, lanjut dia, akan menurunkan ketergantungan energi fosil dan impor bahan bakar minyak (BBM).
Apalagi pemimpin negara di ASEAN juga menyepakati kawasan Asia Tenggara sebagai pusat global untuk ekosistem industri kendaraan listrik.
Baca juga: 3.500 insinyur Indonesia berpeluang tembus pasar ASEAN
Selain kendaraan listrik, Indonesia juga memiliki potensi besar untuk pengembangan geotermal, hidrogen, tenaga surya, hingga BBM nabati.
Ada pun berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) potensi EBT di ASEAN diperkirakan mencapai 17 ribu gigawatt.
Sedangkan di Indonesia, potensi EBT diperkirakan mendekati 3.700 gigawatt dan yang baru dimanfaatkan mencapai sekitar 12,54 gigawatt.
Selain EBT, ekonomi biru juga perlu terus ditingkatkan dan membutuhkan peran dari para insinyur.
ASEAN misalnya sebagian besar negaranya berbatasan dengan wilayah laut, termasuk Indonesia yang memiliki garis pantai yang panjang.
Baca juga: Megawati ajak para insinyur Indonesia perlu berpolitik untuk negara
Ekonomi biru di ASEAN, lanjut Airlangga, juga dapat menyerap tenaga kerja.
“ASEAN memiliki 30 persen terumbu karang dan 35 persen mangrove dan padang lamun. Semua itu bisa menjadi penangkap karbon, jadi ASEAN dan Indonesia menjadi sumber penangkap karbon,” katanya.
Sementara itu, Ketua Umum Persatuan Insinyur Indonesia (PII) Danis Hidayat Sumadilaga menjelaskan para insinyur berperan dalam membuat teknik dalam mendukung ekonomi dari potensi ekonomi biru dan energi hijau.
“Misalnya untuk budi daya ikan itu perlu peran insinyur, penataan daerah konservasi sehingga ikan lebih baik. Kemudian energi hijau semua itu peran dari insinyur, mengubah sampah dan matahari menjadi energi itu peran insinyur,” katanya.