Denpasar (Antara Bali) - Pelukis asal Bali, Nyoman Erawan, mengandalkan lukisan dengan objek telanjang dalam pemaran lukisan di Ubud, Kabupaten Gianyar, untuk mengungkapkan bahwa di dalam ketelanjangan termuat nilai-nilai moral.
"Tubuh dalam selubung kesadaran jiwa itu mendambakan nilai-nilai keutamaan dan keluhuran," kata alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu di Denpasar, Senin.
Dalam pameran tunggal yang berlangsung pada 26 Agustus-25 September 2012 itu dia menampilkan 50 karya kanvas, 50 sketsa, dan tujuh karya instalasi.
Ia mengemukakan bahwa tubuh merupakan gambaran "jiwatman" atau badan yang terhubung dengan jiwa yang sedang berusaha menyatakan realisasi dirinya sebagai "atman" sebagai jiwa yang diciptakan dari percikan sinar kuasa Sang Pencipta.
"Bagi saya, citra tubuh diri pada lukisan-lukisan itu sekaligus merepresentasikan pengertian tentang keadaan tubuh manusia dalam sikap takzim di hadapan jagad raya," tutur Erawan yang mengambil keputusan untuk menampilkan gambaran wajah dan tubuh (diri) dalam lukisan abstrak sejak tiga tahun terakhir.(IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Tubuh dalam selubung kesadaran jiwa itu mendambakan nilai-nilai keutamaan dan keluhuran," kata alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta itu di Denpasar, Senin.
Dalam pameran tunggal yang berlangsung pada 26 Agustus-25 September 2012 itu dia menampilkan 50 karya kanvas, 50 sketsa, dan tujuh karya instalasi.
Ia mengemukakan bahwa tubuh merupakan gambaran "jiwatman" atau badan yang terhubung dengan jiwa yang sedang berusaha menyatakan realisasi dirinya sebagai "atman" sebagai jiwa yang diciptakan dari percikan sinar kuasa Sang Pencipta.
"Bagi saya, citra tubuh diri pada lukisan-lukisan itu sekaligus merepresentasikan pengertian tentang keadaan tubuh manusia dalam sikap takzim di hadapan jagad raya," tutur Erawan yang mengambil keputusan untuk menampilkan gambaran wajah dan tubuh (diri) dalam lukisan abstrak sejak tiga tahun terakhir.(IGT)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012