Denpasar (Antara Bali) - Sejumlah petani di Kabupaten Badung membangun terowongan air sepanjang 7,5 kilometer untuk memudahkan mereka mengolah lahan kering.
    
Kepala Bagian Humas dan Protokol Pemkab Badung Anak Agung Gede Raka Yuda di Denpasar, Minggu, mengatakan, terowongan air di Banjar Sidan, Desa Bilok Sidan, Kecamatan Petang, itu dibangun oleh para petani yang tergabung dalam Subak Pangsit Sari.
    
Subak merupakan organisasi pengairan tradisional di Bali yang baru saja mendapat pengakuan dari UNESCO sebagai warisan budaya dunia.
    
"Dengan adanya terowongan ini nantinya petani di Banjar Sidan akan beralih dari petani lahan kering dengan komoditas jeruk menjadi petani lahan basah yang menanam padi," katanya.
    
Ketua Subak Pangsit Sari, I Wayan Badung, menyebutkan, organisasi yang dipimpinnya itu beranggotakan 66 orang. "Mereka sangat berkeinginan mengolah lahan yang dulunya kering menjadi persawahan," katanya.
    
Untuk mewujudkan hal tersebut dibangunlah sebuah terowongan dengan mengambil sumber air dari Tukad Bangkung.
    
Pembangunan tersebut dimulai sejak 24 Agustus 2010 dan sampai saat ini terealisasi 99 persen. Biaya pembangunan terowongan tersebut berasal dari APBD Kabupaten Badung 2010 sebesar Rp75 juta, APBD 2011 senilai Rp300 juta, dan APBD 2012 sebesar Rp150 juta.
    
Selain itu setiap anggota subak juga iuran sebesar Rp6 juta. "Biaya pembangunan terowongan ini diperkirakan menghabiskan dana sebesar Rp2,1 miliar," kata Wayan Badung. 
    
Terowongan itu dapat mengaliri sawah seluas 100 hektare ditambah tiga hektare yang sebelumnya mendapat air dari sumur pompa.(*/M038/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012