Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mendorong agar lebih banyak dibentuk tempat isolasi penderita COVID-19 berbasis desa untuk mengendalikan penularan virus corona jenis baru itu.
"Dengan demikian, mereka (yang terduga COVID-19) juga ada kesadaran untuk melakukan pemeriksaan atau swab," kata Wagub Bali yang biasa disapa Cok Ace itu di Denpasar, Kamis.
Ia tidak memungkiri, terkadang masih ada penolakan dari masyarakat ketika akan dipindahkan ke tempat isolasi terpusat di hotel karena masih ada rasa takut.
Terlebih, ujar Cok Ace, di tengah kondisi perkembangan kasus positif COVID-19 di Provinsi Bali yang masih fluktuatif, yakni di atas 1.000 kasus dan bahkan sempat mendekati angka 2.000 orang per hari.
Baca juga: PPKM level 4 di Jawa-Bali diperpanjang hingga 23 Agustus
Selain dengan isolasi terpusat, dia meyakini upaya vaksinasi COVID-19 juga dapat menekan kasus kematian penderita COVID-19. Oleh karena itu, pemprov setempat juga terus mengejar capaian vaksinasi.
Sementara itu, Sekretaris Satgas Penanganan COVID-19 Provinsi Bali Made Rentin menambahkan, dari awal bagi mereka yang berstatus orang tanpa gejala dan gejala ringan (OTG-GR) memang diarahkan untuk menjalani isolasi berbasis wilayah, termasuk isolasi di desa.
"Sepanjang diawasi dengan baik dan penanganannnya bagus, maka akan bisa berjalan efektif. Dari sisi pengawasan, jangan ada yang interaksi, apalagi keluar untuk beraktivitas selama masa isolasi," ucapnya.
Terkait dengan penyediaan konsumsi, katanya, bisa dilakukan secara bergotong royong, baik dari lingkungan keluarga besar, banjar (dusun) atau bahkan desa, dikoordinasikan oleh satgas desa.
Selain dilayani kebutuhan konsumsinya, dalam isolasi berbasis desa juga asupan vitaminnya harus memadai dan rutin dilakukan pemeriksaan kesehatan.
"Selain itu, peserta isolasi dapat memanfaatkan telemedicine, termasuk mengakses layanan paket obat secara daring," ucap pria yang juga Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali itu.
Baca juga: Menko Luhut minta pasien COVID-19 jalani isolasi terpusat
Hingga Rabu (18/8) di Provinsi Bali terdapat 80 tempat isolasi terpusat dengan kapasitas 6.411 tempat tidur. Dari kapasitas tersebut, yang sudah terisi 3.157 tempat tidur (49,24 persen), sehingga yang tersisa 3.254 tempat tidur (50,76 persen).
Sementara hingga Kamis (19/8), jumlah kasus aktif COVID-19 di Provinsi Bali sebanyak 10.665 orang atau 10,7 persen dari total kasus yang terkonfirmasi.
Pada Kamis ini dilaporkan ada tambahan 1.032 kasus baru, 1.025 orang yang sembuh dan 62 orang yang meninggal dunia karena COVID-19.
Hingga Kamis ini, jumlah kumulatif kasus positif COVID-19 di Provinsi Bali sebanyak 99.669 orang, sedangkan yang meninggal dunia secara kumulatif sebanyak 2.933 orang (2,94 persen).
video oleh Pande Yudha
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Dengan demikian, mereka (yang terduga COVID-19) juga ada kesadaran untuk melakukan pemeriksaan atau swab," kata Wagub Bali yang biasa disapa Cok Ace itu di Denpasar, Kamis.
Ia tidak memungkiri, terkadang masih ada penolakan dari masyarakat ketika akan dipindahkan ke tempat isolasi terpusat di hotel karena masih ada rasa takut.
Terlebih, ujar Cok Ace, di tengah kondisi perkembangan kasus positif COVID-19 di Provinsi Bali yang masih fluktuatif, yakni di atas 1.000 kasus dan bahkan sempat mendekati angka 2.000 orang per hari.
Baca juga: PPKM level 4 di Jawa-Bali diperpanjang hingga 23 Agustus
Selain dengan isolasi terpusat, dia meyakini upaya vaksinasi COVID-19 juga dapat menekan kasus kematian penderita COVID-19. Oleh karena itu, pemprov setempat juga terus mengejar capaian vaksinasi.
Sementara itu, Sekretaris Satgas Penanganan COVID-19 Provinsi Bali Made Rentin menambahkan, dari awal bagi mereka yang berstatus orang tanpa gejala dan gejala ringan (OTG-GR) memang diarahkan untuk menjalani isolasi berbasis wilayah, termasuk isolasi di desa.
"Sepanjang diawasi dengan baik dan penanganannnya bagus, maka akan bisa berjalan efektif. Dari sisi pengawasan, jangan ada yang interaksi, apalagi keluar untuk beraktivitas selama masa isolasi," ucapnya.
Terkait dengan penyediaan konsumsi, katanya, bisa dilakukan secara bergotong royong, baik dari lingkungan keluarga besar, banjar (dusun) atau bahkan desa, dikoordinasikan oleh satgas desa.
Selain dilayani kebutuhan konsumsinya, dalam isolasi berbasis desa juga asupan vitaminnya harus memadai dan rutin dilakukan pemeriksaan kesehatan.
"Selain itu, peserta isolasi dapat memanfaatkan telemedicine, termasuk mengakses layanan paket obat secara daring," ucap pria yang juga Kepala Pelaksana BPBD Provinsi Bali itu.
Baca juga: Menko Luhut minta pasien COVID-19 jalani isolasi terpusat
Hingga Rabu (18/8) di Provinsi Bali terdapat 80 tempat isolasi terpusat dengan kapasitas 6.411 tempat tidur. Dari kapasitas tersebut, yang sudah terisi 3.157 tempat tidur (49,24 persen), sehingga yang tersisa 3.254 tempat tidur (50,76 persen).
Sementara hingga Kamis (19/8), jumlah kasus aktif COVID-19 di Provinsi Bali sebanyak 10.665 orang atau 10,7 persen dari total kasus yang terkonfirmasi.
Pada Kamis ini dilaporkan ada tambahan 1.032 kasus baru, 1.025 orang yang sembuh dan 62 orang yang meninggal dunia karena COVID-19.
Hingga Kamis ini, jumlah kumulatif kasus positif COVID-19 di Provinsi Bali sebanyak 99.669 orang, sedangkan yang meninggal dunia secara kumulatif sebanyak 2.933 orang (2,94 persen).
video oleh Pande Yudha
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021