Kandidat Ketua DPD Asita Bali 2021-2026, Putu Ayu Astiti Saraswati menawarkan aplikasi yang berisikan database anggota Asita Bali secara terperinci yang disebut dengan Asitaone dalam pengembangan pariwisata.
"Dalam database tersebut semua anggota Asita Bali dimasukkan, termasuk travel agent kecil-kecil. Mereka yang kecil-kecil ini kan kesusahan membangun infrastruktur digital, karena modalnya sangat besar. Beda dengan travel agent besar mereka bisa membuat sendiri. Nah di Asitaone ini coba kita masukkan," kata Ayu Saraswati di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan industri perjalanan wisata menghadapi tantangan berat dengan munculnya aplikasi perjalanan wisata berbasis digital. Melawan keberadaan aplikasi tersebut sangat mustahil karena keberadaanya didukung oleh pendanaan kuat. Selain itu, di era sekarang semua serba digital sehingga metode digital juga sangat diminati oleh wisatawan karena lebih cepat dan transparan.
Baca juga: Menparekraf: Maksimalkan platform digital majukan desa wisata
Dengan keberadaan Asitaone ini, kata dia, semua database dengan mudah dikumpulkan. Menurutnya, sebagai satu-satunya kandidat milenial calon Ketua Asita Bali ini, era sekarang adalah era adaptif serta database.
Keberadaan data sangat mutlak diperlukan untuk pengambilan keputusan yang membutuhkan kecepatan. Dalam Asitaone, data ini akan lebih mudah dikumpulkan sehingga ketika ada kebutuhan seperti penanganan krisis seperti sekarang bisa dilakukan dengan cepat.
Digitalisasi lain yang ditawarkan adalah Asitaone Integrated Marketing Services (IMS). Jadi ini semacam wadah untuk anggota yang mereka tidak memiliki sumber dana besar untuk misalnya bagaimana memasarkan lewat media sosial, atau bahkan masalah fotografer dan videografer dalam membuat konten pemasaran.
"Kami fasilitasi. Jadi nanti kita berikan wadahnya. Sebenarnya pelaku travel agent sekarang kan sudah menjalankan, hanya saja kadang ada yang bagus sekali dan ada yang tidak bagus sekali. Nah kita mengajak yang hasilnya belum bagus itu terutama anggota kita untuk fasilitasnya," ujar seorang srikandi yang maju dalam perebutan Asita Bali.
Baca juga: KemenkumHAM: Digital nomad di Bali masih dibahas
Masih terkait digitalisasi, Ayu Sarawati tawaran terakhir yang dilontarkan kepada Asita adalah Asitaone Training Center. Ini semacam fasilitas pelatihan dalam hal informasi teknologi hingga ecommerce. Tujuan utama dari semua gebrakan ini supaya semua pelaku usaha travel agent khususnya member Asita Bali semakin adaptif dan kompetitif. Persaingan ke depan semakin ketat jadi saatnya untuk bersinergi. "Bahasa kerennya sharing ekonomi," ucapnya.
Menurut owner dan CEO Toya Yatra Travel itu, digitalisasi tersebut diyakini akan memperkuat citra Bali sebagai destinasi wisata aman, nyaman dan berdaya saing. Dengan adanya kemudahan infrastruktur digital di Asita Bali, otomatis membantu pencitraan positif dan terinformasikan secara luas, untuk mendorong wisatawan memiliki minat dan motivasi berkunjung ke Bali.
Dia menekankan dalam Rencana Strategis Kemenparekraf 2020-2024 bahwa salah satu permasalahan dalam pengembangan industri pariwisata adalah sinergi antar mata rantai usaha pariwisata yang belum optimal. Keberadaan Asitaone diharapkan menjadi jembatan untuk menjadikan mata rantai usaha pariwisata di Bali tersinergi dengan baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Dalam database tersebut semua anggota Asita Bali dimasukkan, termasuk travel agent kecil-kecil. Mereka yang kecil-kecil ini kan kesusahan membangun infrastruktur digital, karena modalnya sangat besar. Beda dengan travel agent besar mereka bisa membuat sendiri. Nah di Asitaone ini coba kita masukkan," kata Ayu Saraswati di Denpasar, Jumat.
Ia mengatakan industri perjalanan wisata menghadapi tantangan berat dengan munculnya aplikasi perjalanan wisata berbasis digital. Melawan keberadaan aplikasi tersebut sangat mustahil karena keberadaanya didukung oleh pendanaan kuat. Selain itu, di era sekarang semua serba digital sehingga metode digital juga sangat diminati oleh wisatawan karena lebih cepat dan transparan.
Baca juga: Menparekraf: Maksimalkan platform digital majukan desa wisata
Dengan keberadaan Asitaone ini, kata dia, semua database dengan mudah dikumpulkan. Menurutnya, sebagai satu-satunya kandidat milenial calon Ketua Asita Bali ini, era sekarang adalah era adaptif serta database.
Keberadaan data sangat mutlak diperlukan untuk pengambilan keputusan yang membutuhkan kecepatan. Dalam Asitaone, data ini akan lebih mudah dikumpulkan sehingga ketika ada kebutuhan seperti penanganan krisis seperti sekarang bisa dilakukan dengan cepat.
Digitalisasi lain yang ditawarkan adalah Asitaone Integrated Marketing Services (IMS). Jadi ini semacam wadah untuk anggota yang mereka tidak memiliki sumber dana besar untuk misalnya bagaimana memasarkan lewat media sosial, atau bahkan masalah fotografer dan videografer dalam membuat konten pemasaran.
"Kami fasilitasi. Jadi nanti kita berikan wadahnya. Sebenarnya pelaku travel agent sekarang kan sudah menjalankan, hanya saja kadang ada yang bagus sekali dan ada yang tidak bagus sekali. Nah kita mengajak yang hasilnya belum bagus itu terutama anggota kita untuk fasilitasnya," ujar seorang srikandi yang maju dalam perebutan Asita Bali.
Baca juga: KemenkumHAM: Digital nomad di Bali masih dibahas
Masih terkait digitalisasi, Ayu Sarawati tawaran terakhir yang dilontarkan kepada Asita adalah Asitaone Training Center. Ini semacam fasilitas pelatihan dalam hal informasi teknologi hingga ecommerce. Tujuan utama dari semua gebrakan ini supaya semua pelaku usaha travel agent khususnya member Asita Bali semakin adaptif dan kompetitif. Persaingan ke depan semakin ketat jadi saatnya untuk bersinergi. "Bahasa kerennya sharing ekonomi," ucapnya.
Menurut owner dan CEO Toya Yatra Travel itu, digitalisasi tersebut diyakini akan memperkuat citra Bali sebagai destinasi wisata aman, nyaman dan berdaya saing. Dengan adanya kemudahan infrastruktur digital di Asita Bali, otomatis membantu pencitraan positif dan terinformasikan secara luas, untuk mendorong wisatawan memiliki minat dan motivasi berkunjung ke Bali.
Dia menekankan dalam Rencana Strategis Kemenparekraf 2020-2024 bahwa salah satu permasalahan dalam pengembangan industri pariwisata adalah sinergi antar mata rantai usaha pariwisata yang belum optimal. Keberadaan Asitaone diharapkan menjadi jembatan untuk menjadikan mata rantai usaha pariwisata di Bali tersinergi dengan baik.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021