Denpasar (Antara Bali) - Komang Hendri Purwanata (16) terlihat cukup piawai dalam mendalang menampilkan cerita Mahabarata memeriahkan Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-34 di depan Gedung Kriya, Taman Budaya Denpasar, Kamis malam.
Seniman remaja dari Sanggar Wayang Kulit Gita Parartha Desa Tejakula, Kabupaten Buleleng itu dalam mendalang tidak saja terlihat terampil saat memainkan gerak wayang, tetapi ucapan dan pesan-pesan yang disampaikannya mampu memukau penonton.
"Saya berasal dari keluarga dalang. Ayah dan kakak saya seniman dalang. Saya belajar secara mandiri dilandasi kesenangan," ujar Komang Hendri Purwanata seusai pentas.
Ia mengaku, sejak kecil ikut berpartisipasi sebagai penabuh gender dari setiap pemetasan mendalang yang dilakukan ayahnya. Dalam pementasan yang pertama kalinya di PKB, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tejakula itu didampingi lima orang penabuh gender sebagai gong pengiring khas pewayangan.
Dengan penerangan temaram, cerita pewayangan dengan judul "Bima Swargan" dimulai pemunculan tokoh utama Bima yang dikisahkan pergi untuk menyucikan roh Pandu dan Dewi Madri, atas perintah Dewi Kunti.
Bima akhirnya bisa menyatukan kekuatan dengan bantuan saudara lainnya serta berhasil menyucikan roh Pandu dan Dewi Madri, untuk membebaskannya dari neraka.
Selama sekitar satu setengah jam mendalang, Komang ingin memberikan pesan moral melalui pementasan wayang kepada masyarakat bahwa sejatinya dengan persatuan dan kesatuan dalam memperjuangkan sesuatu bisa terwujud.
"Untuk tampil di PKB ini saya memerlukan waktu persiapan sekitar tiga bulan dengan terus berlatih mendalang," ucapnya.(DWA/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
Seniman remaja dari Sanggar Wayang Kulit Gita Parartha Desa Tejakula, Kabupaten Buleleng itu dalam mendalang tidak saja terlihat terampil saat memainkan gerak wayang, tetapi ucapan dan pesan-pesan yang disampaikannya mampu memukau penonton.
"Saya berasal dari keluarga dalang. Ayah dan kakak saya seniman dalang. Saya belajar secara mandiri dilandasi kesenangan," ujar Komang Hendri Purwanata seusai pentas.
Ia mengaku, sejak kecil ikut berpartisipasi sebagai penabuh gender dari setiap pemetasan mendalang yang dilakukan ayahnya. Dalam pementasan yang pertama kalinya di PKB, siswa Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 1 Tejakula itu didampingi lima orang penabuh gender sebagai gong pengiring khas pewayangan.
Dengan penerangan temaram, cerita pewayangan dengan judul "Bima Swargan" dimulai pemunculan tokoh utama Bima yang dikisahkan pergi untuk menyucikan roh Pandu dan Dewi Madri, atas perintah Dewi Kunti.
Bima akhirnya bisa menyatukan kekuatan dengan bantuan saudara lainnya serta berhasil menyucikan roh Pandu dan Dewi Madri, untuk membebaskannya dari neraka.
Selama sekitar satu setengah jam mendalang, Komang ingin memberikan pesan moral melalui pementasan wayang kepada masyarakat bahwa sejatinya dengan persatuan dan kesatuan dalam memperjuangkan sesuatu bisa terwujud.
"Untuk tampil di PKB ini saya memerlukan waktu persiapan sekitar tiga bulan dengan terus berlatih mendalang," ucapnya.(DWA/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012