Oleh IGK Agung W

Denpasar (Antara Bali) - Para pengrajin perhiasan Bali sangat menggantungkan nasibnya terhadap bahan baku yang diimpor dari sejumlah negara di Asia dan Eropa.

Bahan baku yang diimpor berupa mutiara, batu permata, logam mulia, dan permata. Logam mulia itu didatangkan dari Thailand dan negara-negara di Eropa, sedangkan perhiasan imitasi sebagian besar didatangkan dari China dengan harga yang murah dan barang itu umumnya untuk memenuhi konsumen dalam negeri.

Bank Indonesia Denpasar mencatat  impor mutiara, batu permata, logam mulia, dan perhiasan imitasi bernilai 2,5 juta dolar AS selama Februari 2012 , naik dari bulan sebelumnya yang hanya 900 ribu dolar.

"Pengrajin Bali mengimpor mutiara, batu permata dan logam mulia untuk bahan baku perhiasan, setelah menjadi barang bernilai seni kemudian diekspor kembali," kata Made Muliarta pengusaha perhiasan perak.

Menurut dia importir sesaat datang ke perajin untuk memesan berbagai jenis dan ukuran perhiasan, selain membawa rancangan juga termasuk bahan baku berupa perak, batu permata dan sebagainya sedangkan perajin lokal hanya mengerjakan saja.

Pengusaha perhiasan itu umumnya mengimpor bahan baku perhiasan jumlahnya disesuaikan dengan pesanan yang dilakukan mitra bisnisnya dari luar negeri, yang nantinya hampir sepenuhnya untuk untuk diekspor kembali.

Ekspor perhiasan Bali sebanyak itu masing-masing 23 persen diperdagangan ke Singapura dan Hongkong, menyusul konsumen Amerika Serikat sekitar 15 persen.

Sebelumnya Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia Kementerian Perdagangan menilai, melonjaknya konsumsi barang impor di Bali sangat berpotensi merugikan produsen dalam negeri jika terbukti barang itu bersaing secara langsung.

Wakil Ketua Komite Pengamanan Perdagangan Indonesia (KPPI), Kementerian Perdagangan, Taufik Mappaenre, Kamis (21/6), mengatakan, volume impor di Bali pada periode bulanan mengalami lonjakan yang cukup signifikan.

"Kenaikan itu sangat berpotensi merugikan produsen dalam negeri, jika barang mereka terbukti bersaing secara langsung," katanya saat mengadakan sosialisasi Tindakan Pengamanan    Sebagai Pemulihan Kerugian Produsen Dalam Negeri, di Denpasar.

Dia mengatakan, dengan adanya dugaan tergerusnya potensi produk lokal akibat gempuran barang impor, maka perlu diterapkan instrumen "safeguards".

Instrumen itu, tambah Taufik, berupa pengamanan yang dapat digunakan memberikan jaminan kepada produsen dari kerugian serius.
    
Impor berdampak positif

Impor berbagai jenis barang modal yang dibeli para pengusaha di Bali dalam meningkatkan laju pertumbuhan perekonomian masyarakat setempat bertambah terus beberapa tahun terakhir ini.

"Nilai impor nonmigas Bali tampaknya akan bertambah dari periode selama tahun 2010 bernilai 128,4 juta dolar AS menjadi 162 juta dolar AS padan 2011," kata peneliti ekonomi madya Bank Indonesia (BI) Denpasar, Sunarto.

Sementara pembelian barang nonmigas dari luar negeri selama Januari-Februari 2012 tercatat seharga 24.933 dolar AS naik keras jika dibandingkan periode sama 2011 hanya 16.718 dolar.

Menurut dia, pengusaha yang sebagian besar bergerak di sektor periwisata mengimpor berbagai jenis barang modal dengan harapan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan pertumbuhan ekonomi Bali yang kini tumbuh di atas enam persen.

Dalam laporan statistik ekonomi keuangan Provinsi Bali disebutkan bahwa, jenis komoditas impor antara lain mesin mekanik, peralatan listrik, alat optik, perhiasan/permata, dan benda-benda dari besi dan baja, disamping barang konsumsi lainnya.

Dari semua barang impor selama 2012 yang terus melaju pembeliannya adalah mesin dan pesawat mekanik, perlengkapan elektronik dan perlengkapannya dari 4,4 juta dolar Januari menjadi 6,7 juta dolar Februari.

Sunarto mengatakan Bali tidak masalah mengimpor barang-barang produksi karena akan mampu memberikan dampak positif terhadap pertumbuhan ekonomi masyarakat dan tingkat kesejahteraan penduduk Pulau Dewata.(IGT)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012