Kementerian Pertanian akan menambah food estate berbasis komoditas hortikultura di sejumlah daerah Indonesia untuk meningkatkan produktivitas lahan-lahan tidur guna menopang kebutuhan pangan nasional.
"Kita harus bergerak cepat ke lapangan, sudah ada beberapa kawasan yang cocok untuk digunakan sebagai lokasi penerapan program food estate berbasis hortikultura ini. Salah satunya adalah kawasan komoditas strategis bawang merah ramah lingkungan dan juga kawasan tanaman obat," kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Dirjen Hortikultura optimis program food estate berbasis hortikultura ini akan berhasil dilaksanakan dalam waktu dekat karenak petani di dua lokasi yang telah disurvei untuk dijadikan food estate yaitu Yogyakarta dan Jawa Barat, sangat antusias dengan rencana program nasional food estate tersebut.
Prihasto yang juga merupakan Doktor Ilmu Tanah dari Universitas Putra Malaysia (UPM) itu melihat peluang bisnis bawang merah sangat bagus di pasaran sehingga komoditas tersebut akan dikembangkan.
Baca juga: Kementan: bisnis produk hortikultura masih menjanjikan
Apalagi, lanjut dia, sebagian petani sudah terbiasa menerapkan budidaya bawang merah ramah lingkungan yang menghasilkan bawang merah "Glowing" (Gede, Lebih Original, dan Berwawasan Lingkungan).
"Saat ini petani sudah harus mulai peduli terhadap lingkungan. Rencana pengembangan food estate bawang merah ini juga diarahkan untuk penerapan budidaya ramah lingkungan. Jangan sampai menggunakan pupuk kimia dan pestisida berlebih yang lama-lama bisa merusak kesuburan lahan. Petani harus mulai beralih ke pupuk organik dan pestisida nabati", katanya.
Food estate berbasis hortikultura yang akan dikembangkan di Jawa ini direncanakan akan fokus pada bawang merah seluas 500 hektare dan bawang bombay seluas 50 hektare dan disertai dengan 20.000 batang kelengkeng kateki sebagai tanaman konservasi.
Pengelolaan food estate ini akan melibatkan kementerian/lembaga terkait, karena sistem pertanian terintegrasi ini berskala modern sehingga seluruh pengelolaannya menggunakan teknologi pertanian termutakhir. Kementan akan melakukan pendampingan penuh pada petani dalam budidaya, pascapanen, pengolahan, pembentukan korporasi hingga pemasaran dan ekspor.
Ketua kelompok tani Pasir Makmur Sumarno mengatakan sudah tidak sabar lagi program food estate berbasis hortikultura ini segera dilaksanakan. Mewakili petani, dia mengapresiasi terobosan pertanian yang dilakukan Kementan.
Baca juga: Mentan tetapkan ganja masuk daftar komoditas tanaman obat binaan
Menurutnya program food estate ini diharapkan akan dapat dirasakan manfaatnya dan meningkatkan pendapatan Petani bawang merah di lahan berpasir.
"Saya itu sudah bertani bawang dari dulu, tapi hasil masih belum maksimal. Mendengar akan ada program food estate dari Kementan, saya senang banget, karena tadi Tim Survei Kementan cerita kalau program ini adalah paket lengkap, sampai pemasaran pun kami dikawal, jadi matur nuwun sanget buat pak Menteri dan Dirjen Hortikultura", kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Kita harus bergerak cepat ke lapangan, sudah ada beberapa kawasan yang cocok untuk digunakan sebagai lokasi penerapan program food estate berbasis hortikultura ini. Salah satunya adalah kawasan komoditas strategis bawang merah ramah lingkungan dan juga kawasan tanaman obat," kata Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Dirjen Hortikultura optimis program food estate berbasis hortikultura ini akan berhasil dilaksanakan dalam waktu dekat karenak petani di dua lokasi yang telah disurvei untuk dijadikan food estate yaitu Yogyakarta dan Jawa Barat, sangat antusias dengan rencana program nasional food estate tersebut.
Prihasto yang juga merupakan Doktor Ilmu Tanah dari Universitas Putra Malaysia (UPM) itu melihat peluang bisnis bawang merah sangat bagus di pasaran sehingga komoditas tersebut akan dikembangkan.
Baca juga: Kementan: bisnis produk hortikultura masih menjanjikan
Apalagi, lanjut dia, sebagian petani sudah terbiasa menerapkan budidaya bawang merah ramah lingkungan yang menghasilkan bawang merah "Glowing" (Gede, Lebih Original, dan Berwawasan Lingkungan).
"Saat ini petani sudah harus mulai peduli terhadap lingkungan. Rencana pengembangan food estate bawang merah ini juga diarahkan untuk penerapan budidaya ramah lingkungan. Jangan sampai menggunakan pupuk kimia dan pestisida berlebih yang lama-lama bisa merusak kesuburan lahan. Petani harus mulai beralih ke pupuk organik dan pestisida nabati", katanya.
Food estate berbasis hortikultura yang akan dikembangkan di Jawa ini direncanakan akan fokus pada bawang merah seluas 500 hektare dan bawang bombay seluas 50 hektare dan disertai dengan 20.000 batang kelengkeng kateki sebagai tanaman konservasi.
Pengelolaan food estate ini akan melibatkan kementerian/lembaga terkait, karena sistem pertanian terintegrasi ini berskala modern sehingga seluruh pengelolaannya menggunakan teknologi pertanian termutakhir. Kementan akan melakukan pendampingan penuh pada petani dalam budidaya, pascapanen, pengolahan, pembentukan korporasi hingga pemasaran dan ekspor.
Ketua kelompok tani Pasir Makmur Sumarno mengatakan sudah tidak sabar lagi program food estate berbasis hortikultura ini segera dilaksanakan. Mewakili petani, dia mengapresiasi terobosan pertanian yang dilakukan Kementan.
Baca juga: Mentan tetapkan ganja masuk daftar komoditas tanaman obat binaan
Menurutnya program food estate ini diharapkan akan dapat dirasakan manfaatnya dan meningkatkan pendapatan Petani bawang merah di lahan berpasir.
"Saya itu sudah bertani bawang dari dulu, tapi hasil masih belum maksimal. Mendengar akan ada program food estate dari Kementan, saya senang banget, karena tadi Tim Survei Kementan cerita kalau program ini adalah paket lengkap, sampai pemasaran pun kami dikawal, jadi matur nuwun sanget buat pak Menteri dan Dirjen Hortikultura", kata dia.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021