Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) melalui Balai Pengelolaan Sumber Daya Pesisir dan Laut (BPSPL) Denpasar mengambil langkah responsif setelah ditemukan tumpahan minyak di sepanjang Pantai Saba menuju Pantai Purnama, Gianyar, Bali.

"Ditemukan banyak gumpalan hitam di atas pasir pantai yang terlihat seperti batu dan berbentuk seperti cairan aspal di sepanjang Pantai Saba hingga menuju perbatasan dengan Pantai Purnama," kata Kepala BPSPL Denpasar, Permana Yudiarso dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Selasa.

Ia mengemukakan penemuan cairan hitam yang merupakan tumpahan minyak di sepanjang Pantai Saba menuju Pantai Purnama bermula dari laporan I Ketut Sumastika, warga setempat kepada BPSPL Denpasar.

Baca juga: Setelah kejar-kejaran di Natuna Utara, KKP amankan kapal pencuri ikan

Kepala BPSPL Denpasar, Permana Yudiarso mengatakan pihaknya telah menerjunkan tim menuju Saba Asri Sea Turtle Conservation untuk berkoordinasi mengumpulkan informasi tersebut.

Untuk memastikan, Yudi juga menjelaskan bahwa tim di lapangan mengambil beberapa sampel gumpalan minyak sebagai bahan untuk ditindaklanjuti.

Sementara itu, penggiat Konservasi Penyu Saba Asri, I Made Kikik mengungkapkan bahwa gumpalan maupun cairan hitam tersebut banyak ditemukan sejak tiga hari lalu dan diduga merupakan cairan minyak yang berasal dari kapal. Bila malam hari kebanyakan berbentuk gumpalan, namun bila siang hari gumpalan tersebut mencair karena terkena panas matahari.

Lebih lanjut Kikik menjelaskan bahwa gumpalan maupun cairan hitam tersebut bukan kejadian pertama di Pantai Saba melainkan fenomena yang terjadi setiap tahun saat musim angin selatan yang berlangsung hingga Agustus.

Baca juga: KKP sergap kapal ikan ilegal berbendera Malaysia

Selain itu, ujar dia, angin akan menyebabkan tumpahan minyak di tengah laut terbawa oleh gelombang hingga ke pantai bersama dengan sampah dan tali kapal.

"Setelah musim angin selatan selesai, biasanya akan terjadi gelombang besar yang akan membersihkan tumpahan minyak termasuk sampah di pantai dan membawanya kembali ke tengah laut. Hingga saat ini, belum ada laporan dari nelayan, masyarakat maupun wisatawan yang mengeluhkan dampak tumpahan minyak itu. Lalu untuk peneluran penyu, sampai saat ini tidak terdampak tumpahan minyak tersebut," papar Kikik.

Untuk penanganan selanjutnya, Tim Respon Cepat BPSPL Denpasar menuju Benoa untuk melakukan koordinasi dengan Distrik Navigasi Kelas II Benoa untuk mengumpulkan data kapal tanker yang melewati perairan sekitar Selat Badung dan Selat Lombok dalam kurun waktu 3 - 8 Mei 2021. Hal ini dilakukan sebagai langkah identifikasi untuk mengetahui penyebab tumpahan minyak.

Dukungan juga datang dari Balai Riset dan Observasi Laut (BROL) Badan Riset dan SDM Kelautan dan Perikanan (BRSDM) KKP, Tim BPSPL Denpasar akan menginventaris data sebaran tumpahan minyak, data AIS (Automatic Identification System) kapal-kapal pengangkut BBM/tanker yang melewati Selat Badung dan Selat Lombok serta analisa pola arus dan hidrodinamika antara tanggal 3 - 8 Mei 2021.

Sebelumnya, Menteri Kelautan dan Perikanan Sakti Wahyu Trenggono menaruh perhatian sangat serius pada kejadian seperti tumpahan minyak di laut, sebab tumpahan minyak apabila tidak tertangani dengan cepat dan tuntas dapat terus meluas dan bisa mengancam kehidupan biota laut dan kelestarian ekosistem, serta sangat mengganggu aktivitas nelayan di area di area terdampak.

Pewarta: M Razi Rahman

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021