Kantor Perwakilan Bank Indonesia mengusulkan dan merekomendasikan setidaknya tiga strategi untuk memajukan sektor pertanian di Kabupaten Tabanan sehingga menjadi sumber pertumbuhan ekonomi baru, dengan mempertimbangkan struktur perekonomian daerah setempat.
"Pada 2020, Kabupaten Tabanan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar minus 6,14 persen (yoy)," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho di Denpasar, Sabtu (24/4).
Dia mengemukakan ditinjau dari kontribusi lapangan usaha, Produksi Domestik Regional Bruto Kabupaten Tabanan didominasi oleh sektor pertanian (23,03 persen) dan pariwisata (17,16 persen).
Kedua sektor juga mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu, masing-masing sebesar minus 1,20 persen dan minus 24,84 persen.
"Sebelum pandemi COVID-19, perekonomian Kabupaten Tabanan konsisten tumbuh di atas 5 persen setiap tahun," ucap Trisno.
Oleh karena itu, tiga hal yang direkomendasikan Trisno yakni petani milenial di Kabupaten Tabanan untuk mengakselerasi modernisasi di sektor pertanian.
Kedua, digitalisasi pertanian di sektor hulu dan hilir untuk meningkatkan produktivitas dan hasil penjualan. Ketiga, hilirisasi komoditas pertanian untuk meningkatkan nilai tambah produk dan penyerapan tenaga kerja.
"Untuk mendukung ketiga strategi tersebut agar berjalan efektif, dibutuhkan dukungan regulasi, anggaran, kemudahan berinvestasi, pembiayaan perbankan, serta penguatan kelembagaan dan pemasaran," ucapnya.
Ia mengatakan belum lama ini telah dilaksanakan High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Tabanan.
Berdasarkan data neraca pangan, Kabupaten Tabanan mengalami defisit (jumlah kebutuhan lebih besar dari produksi) pada tiga komoditas, yakni bawang merah, bawang putih, dan cabai besar.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Bank Indonesia mendorong terbentuknya BUMD pangan untuk meningkatkan serapan hasil produksi pertanian, serta kerja sama antar daerah dengan daerah lain, baik intra provinsi maupun antarprovinsi yang mengalami surplus pada ketiga komoditas tersebut.
Sementara itu Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya Kabupaten Tabanan mengatakan Tabanan merupakan lumbung pangan penghasil beras terbesar di Provinsi Bali.
Ke depan, Kabupaten Tabanan akan mulai mengembangkan komoditas-komoditas pertanian bernilai ekonomis tinggi dan program bangga menjadi petani.
"Kedua, tenaga kerja yang terkena imbas penurunan aktivitas ekonomi di sektor pariwisata akan diarahkan untuk menjadi petani dan ikut mengolah lahan sawah yang masih potensial. Ketiga, larangan alih fungsi lahan pertanian untuk menjamin keberlanjutan hasil produksi pertanian Kabupaten Tabanan," ujar Sanjaya.
Di sisi lain, Bupati Tabanan juga meminta seluruh pimpinan OPD untuk fokus pada kebijakan pengendalian harga dengan menerapkan strategi 7K, yakni KEKAR (Ketersediaan Komoditi Pasar), KATA HATI (Kestabilan Harga Komoditi), KECAPRI (Kelancaran Distribusi).
Kemudian KOMET (Komunikasi Efektif), KLASTER (Kolaborasi Sinergitas dan Terintegrasi), KUDATULI (Keakuratan Data Hulu dan Hilir), dan KITAB (Keunggulan Inovasi Tabanan Era Baru).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021
"Pada 2020, Kabupaten Tabanan mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi sebesar minus 6,14 persen (yoy)," kata Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Bali Trisno Nugroho di Denpasar, Sabtu (24/4).
Dia mengemukakan ditinjau dari kontribusi lapangan usaha, Produksi Domestik Regional Bruto Kabupaten Tabanan didominasi oleh sektor pertanian (23,03 persen) dan pariwisata (17,16 persen).
Kedua sektor juga mengalami kontraksi pertumbuhan ekonomi pada tahun lalu, masing-masing sebesar minus 1,20 persen dan minus 24,84 persen.
"Sebelum pandemi COVID-19, perekonomian Kabupaten Tabanan konsisten tumbuh di atas 5 persen setiap tahun," ucap Trisno.
Oleh karena itu, tiga hal yang direkomendasikan Trisno yakni petani milenial di Kabupaten Tabanan untuk mengakselerasi modernisasi di sektor pertanian.
Kedua, digitalisasi pertanian di sektor hulu dan hilir untuk meningkatkan produktivitas dan hasil penjualan. Ketiga, hilirisasi komoditas pertanian untuk meningkatkan nilai tambah produk dan penyerapan tenaga kerja.
"Untuk mendukung ketiga strategi tersebut agar berjalan efektif, dibutuhkan dukungan regulasi, anggaran, kemudahan berinvestasi, pembiayaan perbankan, serta penguatan kelembagaan dan pemasaran," ucapnya.
Ia mengatakan belum lama ini telah dilaksanakan High Level Meeting (HLM) Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) Kabupaten Tabanan.
Berdasarkan data neraca pangan, Kabupaten Tabanan mengalami defisit (jumlah kebutuhan lebih besar dari produksi) pada tiga komoditas, yakni bawang merah, bawang putih, dan cabai besar.
Untuk mengatasi masalah tersebut, Bank Indonesia mendorong terbentuknya BUMD pangan untuk meningkatkan serapan hasil produksi pertanian, serta kerja sama antar daerah dengan daerah lain, baik intra provinsi maupun antarprovinsi yang mengalami surplus pada ketiga komoditas tersebut.
Sementara itu Bupati Tabanan I Komang Gede Sanjaya Kabupaten Tabanan mengatakan Tabanan merupakan lumbung pangan penghasil beras terbesar di Provinsi Bali.
Ke depan, Kabupaten Tabanan akan mulai mengembangkan komoditas-komoditas pertanian bernilai ekonomis tinggi dan program bangga menjadi petani.
"Kedua, tenaga kerja yang terkena imbas penurunan aktivitas ekonomi di sektor pariwisata akan diarahkan untuk menjadi petani dan ikut mengolah lahan sawah yang masih potensial. Ketiga, larangan alih fungsi lahan pertanian untuk menjamin keberlanjutan hasil produksi pertanian Kabupaten Tabanan," ujar Sanjaya.
Di sisi lain, Bupati Tabanan juga meminta seluruh pimpinan OPD untuk fokus pada kebijakan pengendalian harga dengan menerapkan strategi 7K, yakni KEKAR (Ketersediaan Komoditi Pasar), KATA HATI (Kestabilan Harga Komoditi), KECAPRI (Kelancaran Distribusi).
Kemudian KOMET (Komunikasi Efektif), KLASTER (Kolaborasi Sinergitas dan Terintegrasi), KUDATULI (Keakuratan Data Hulu dan Hilir), dan KITAB (Keunggulan Inovasi Tabanan Era Baru).
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021