Institut Teknologi dan Bisnis (ITB) STIKOM Bali memberikan bantuan seperangkat komputer untuk Persatuan Tuna Netra Indonesia (Pertuni) Provinsi Bali, yang nantinya dilengkapi aplikasi khusus agar dapat digunakan oleh para penyandang disabilitas.

"Sebelumnya kami sudah punya, tetapi komputer sudah lama sehingga lelet sekali. Makanya kami sangat bersyukur dan berterima kasih kepada ITB STIKOM Bali mau membantu kami dengan perangkat baru ini," kata Ketua Pertuni Provinsi Bali I Gede Winaya di Denpasar, Minggu.

Baca juga: ITB STIKOM Bali terima anugerah pendidikan Indonesia 2021 dari ISAA

Spesifikasi komputer yang diberikan untuk Pertuni Bali yang memiliki sekretariat di Jalan Serma Mendra No 3 Denpasar-Bali itu yakni merk HP, ukuran 20 inch, os WINDOWS 10 dengan RAM 4 GB.

Terkait bagaimana para anggota Pertuni Bali itu menggunakan komputer yang diberikan ITB STIKOM Bali, ujar Winaya, nanti akan dipasang aplikasi khusus sehingga penyandang tuna netra dapat menggunakan.

"Sudah ada aplikasi yang memudahkan tuna netra menggunakan komputer atau laptop, bahkan smart phone. Jadi nanti kami akan pasang alatnya di komputer ini baru digunakan. Tetapi kalau orang normal yang pakai, alatnya dilepas," ujarnya.

Di depan Rektor ITB STIKOM Bali Dr Dadang Hermawan, Winaya pun sempat bercerita soal nasib para penyandang tuna netra yang ingin melanjutkan kuliah. Sebab di Bali saat ini baru Universitas Hindu yang mau menerima mahasiswa tuna netra, terutama di Fakultas Keguran dan Fakultas Hukum.

Padahal, menurutnya, banyak juga tuna netra yang tertarik kuliah di fakultas lain, termasuk teknologi informasi.

Baca juga: ITB STIKOM Bali kewalahan layani tingginya permintaan lulusan Sarjana Komputer

"Anggota kami sebanyak 480 orang tersebar di seluruh Bali," ucapnya.

Sementara itu, Dadang Hermawan mengatakan selama ini ITB STIKOM Bali tidak membeda-bedakan asal usul mahasiswa, mahasiswa normal atau yang memilki kebutuhan khusus, semuanya sama.

"Pada prinsipnya kami siap menerima. Kalau soal teori mungkin bisa didengarkan melalui suara. Yang mungkin perlu kami pikirkan adalah bagaimana praktiknya," ujarnya.

Pewarta: Ni Luh Rhismawati

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021