Oleh I Komang Suparta
Denpasar (Antara Bali) - Sosok Anak Agung Ayu Kusuma Arini meski raut wajahnya memang sudah penuh dengan kerutan, rambutnya pun sudah memutih, tapi semangatnya tidak pernah pudar.
Terutama dalam menggeliatkan denyut nadi kehidupan seni budaya Bali di kalangan generasi muda Pulau Dewata.
Bahkan, seorang dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, kelahiran Karangasem 9 Mei 1947 memasuki masa purnabakti bulan Juni 2012 itu, malahan membuat sebuah terobosan yang cukup mengejutkan dan sekaligus mengesankan.
Ia menggelar pentas seni dan meluncurkan sebuah buku berjudul "Legong Peliatan: Pionir Promosi Kesenian Bali yang Tetap Eksis".
Ibu dua anak dan tiga cucu ini juga terkenal aktif sebagai seniman tari yang sangat inspiratif dan enerjik. Bahkan, sempat mendapatkan berbagai penghargaan di antaranya sebagai dosen teladan 1987, tanda kehormatan Karya Satya 20 tahun dari 30 tahun masa aktifnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dari Presiden Republik Indonesia.
Menurut alumnus pascasarjana (S2) Kajian Budaya Universitas Udayana, Denpasar ini, sejak tahun 1974 sudah aktif menciptakan beragam garapan tarian Bali.
Mulai dari tradisi, modern hingga kontemporer. Di antaranya tarian Dayang-Dayang dalam seni pertunjukan sendratari, dramatari berdialog, tarian Cempaka Petak, dan Kupu-Kupu Kuning Angarung Samudra.
Tak hanya itu, penari Bali yang sudah cukup "go internasional" ini malahan secara khusus menciptakan sebuah pertunjukan seni yang sengaja didedikasikan untuk memaknai masa purnabaktinya sebagai PNS, khususnya sebagai dosen di ISI Denpasar.
Pentas seni ini digelar di gedung Natya Mandala ISI Denpasar, Kamis (31/5) malam lalu. Dimeriahkan dengan penampilan tarian kreasinya berjudul Cempaka Petak, dan tarian Kupu-kupu Kuning Angarung Samudra. Tarian ini dibawakan oleh penari dari sanggar seni Citta Usadhi Mengwitani, Kabupaten Badung.
Selain itu, juga dipentaskan tarian dari penari pinisepuh, yaitu tarian Wiranata karya Nyoman Kaler yang ditarikan dengan enerjik oleh Gusti Ayu Sukarniti (66) dari Timpag Tabanan.
Sedangkan tarian Candra Metu yang dibawakan oleh Jero Puspawati (79) serta tarian Palawakya karya cipta Wayan Wandres yang ditarikan oleh Ni Luh Menek (73) dari Jagaraga, Kabupaten Buleleng dengan iringan Sekaa (grup) Gong Gunung Sari, Peliatan Gianyar.
Di samping itu, juga dipentaskan tarian Terunajaya karya cipta Wayan Wandres yang ditarikan dengan agresif oleh Ni Ketut Arini Alit, serta diakhiri dengan tarian Legong Semarandana yang dibawakan dua saudara sepupu, Anak Agung Ayu Kusuma Arini bersama Anak Agung Ayu Bulantrisna Djelantik (65) dari Karangasem dalam nuansa spiritual dengan penuh pesona.
Yang menarik, para penari muda dan pinisepuh yang turut berpartisipasi dalam pentas seni tersebut tampak tampil penuh semangat dengan memberikan penampilan terbaiknya sesuai dengan tarian yang dibawakan.
Bahkan semangat para penabuh pun tak mau kalah dengan menggeber sederetan tabuh penyambutan citarasa Palegongan khas Peliatan, Kabupaten Gianyar.
Buku Legong Peliatan
Untuk memberi kesan berbeda dan lebih bermakna dari pentas seni ini, penari yang cukup aktif menulis di berbagai media massa cetak di Pulau Dewata ini juga meluncurkan buku ketiganya dalam versi Bahasa Indonesia dan Inggris berjudul "Legong Peliatan: Pionir Promosi Kesenian Bali yang Tetap Eksis".
Agung Kusuma Arini mengakui untuk garapan buku ketiganya ini telah melakukan penelitian sejak 2009 dan mulai tuntas menulis tahun 2011 lalu, dan diluncurkan secara resmi tahun ini.
Sedangkan, untuk garapan pentas seni dipersiapkan secara khusus selama sebulan. Bahkan, katanya dia, secara maraton melakukan latihan di dua tempat berbeda, yakni di Sekaa Gong Gunung Sari Peliatan Gianyar, dan Sanggar Seni Citta Usadhi Mengwitani, Badung.
"Saya bahkan terpaksa harus nyetir mobil sendiri di tengah kemacetan, dan saat itu saya merasa masih muda lagi," tuturnya.
Dia berharap pentas seni yang dibiayainya secara mandiri ini dapat memberi inspirasi kreatif yang positif bagi geliat denyut nadi kehidupan seni budaya ke depannya.
"Pentas seni ini sebagai wujud bakti saya kepada dunia seni khususnya ISI Denpasar," ucap Agung Kusuma Arini dengan bangga.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
Denpasar (Antara Bali) - Sosok Anak Agung Ayu Kusuma Arini meski raut wajahnya memang sudah penuh dengan kerutan, rambutnya pun sudah memutih, tapi semangatnya tidak pernah pudar.
Terutama dalam menggeliatkan denyut nadi kehidupan seni budaya Bali di kalangan generasi muda Pulau Dewata.
Bahkan, seorang dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar, kelahiran Karangasem 9 Mei 1947 memasuki masa purnabakti bulan Juni 2012 itu, malahan membuat sebuah terobosan yang cukup mengejutkan dan sekaligus mengesankan.
Ia menggelar pentas seni dan meluncurkan sebuah buku berjudul "Legong Peliatan: Pionir Promosi Kesenian Bali yang Tetap Eksis".
Ibu dua anak dan tiga cucu ini juga terkenal aktif sebagai seniman tari yang sangat inspiratif dan enerjik. Bahkan, sempat mendapatkan berbagai penghargaan di antaranya sebagai dosen teladan 1987, tanda kehormatan Karya Satya 20 tahun dari 30 tahun masa aktifnya sebagai pegawai negeri sipil (PNS) dari Presiden Republik Indonesia.
Menurut alumnus pascasarjana (S2) Kajian Budaya Universitas Udayana, Denpasar ini, sejak tahun 1974 sudah aktif menciptakan beragam garapan tarian Bali.
Mulai dari tradisi, modern hingga kontemporer. Di antaranya tarian Dayang-Dayang dalam seni pertunjukan sendratari, dramatari berdialog, tarian Cempaka Petak, dan Kupu-Kupu Kuning Angarung Samudra.
Tak hanya itu, penari Bali yang sudah cukup "go internasional" ini malahan secara khusus menciptakan sebuah pertunjukan seni yang sengaja didedikasikan untuk memaknai masa purnabaktinya sebagai PNS, khususnya sebagai dosen di ISI Denpasar.
Pentas seni ini digelar di gedung Natya Mandala ISI Denpasar, Kamis (31/5) malam lalu. Dimeriahkan dengan penampilan tarian kreasinya berjudul Cempaka Petak, dan tarian Kupu-kupu Kuning Angarung Samudra. Tarian ini dibawakan oleh penari dari sanggar seni Citta Usadhi Mengwitani, Kabupaten Badung.
Selain itu, juga dipentaskan tarian dari penari pinisepuh, yaitu tarian Wiranata karya Nyoman Kaler yang ditarikan dengan enerjik oleh Gusti Ayu Sukarniti (66) dari Timpag Tabanan.
Sedangkan tarian Candra Metu yang dibawakan oleh Jero Puspawati (79) serta tarian Palawakya karya cipta Wayan Wandres yang ditarikan oleh Ni Luh Menek (73) dari Jagaraga, Kabupaten Buleleng dengan iringan Sekaa (grup) Gong Gunung Sari, Peliatan Gianyar.
Di samping itu, juga dipentaskan tarian Terunajaya karya cipta Wayan Wandres yang ditarikan dengan agresif oleh Ni Ketut Arini Alit, serta diakhiri dengan tarian Legong Semarandana yang dibawakan dua saudara sepupu, Anak Agung Ayu Kusuma Arini bersama Anak Agung Ayu Bulantrisna Djelantik (65) dari Karangasem dalam nuansa spiritual dengan penuh pesona.
Yang menarik, para penari muda dan pinisepuh yang turut berpartisipasi dalam pentas seni tersebut tampak tampil penuh semangat dengan memberikan penampilan terbaiknya sesuai dengan tarian yang dibawakan.
Bahkan semangat para penabuh pun tak mau kalah dengan menggeber sederetan tabuh penyambutan citarasa Palegongan khas Peliatan, Kabupaten Gianyar.
Buku Legong Peliatan
Untuk memberi kesan berbeda dan lebih bermakna dari pentas seni ini, penari yang cukup aktif menulis di berbagai media massa cetak di Pulau Dewata ini juga meluncurkan buku ketiganya dalam versi Bahasa Indonesia dan Inggris berjudul "Legong Peliatan: Pionir Promosi Kesenian Bali yang Tetap Eksis".
Agung Kusuma Arini mengakui untuk garapan buku ketiganya ini telah melakukan penelitian sejak 2009 dan mulai tuntas menulis tahun 2011 lalu, dan diluncurkan secara resmi tahun ini.
Sedangkan, untuk garapan pentas seni dipersiapkan secara khusus selama sebulan. Bahkan, katanya dia, secara maraton melakukan latihan di dua tempat berbeda, yakni di Sekaa Gong Gunung Sari Peliatan Gianyar, dan Sanggar Seni Citta Usadhi Mengwitani, Badung.
"Saya bahkan terpaksa harus nyetir mobil sendiri di tengah kemacetan, dan saat itu saya merasa masih muda lagi," tuturnya.
Dia berharap pentas seni yang dibiayainya secara mandiri ini dapat memberi inspirasi kreatif yang positif bagi geliat denyut nadi kehidupan seni budaya ke depannya.
"Pentas seni ini sebagai wujud bakti saya kepada dunia seni khususnya ISI Denpasar," ucap Agung Kusuma Arini dengan bangga.(LHS/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012