Koordinator Staf Khusus Presiden AAGN Ari Dwipayana mendukung Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bali menjadi benchmarking pengelolaan cagar budaya di Indonesia, bahkan dunia sehingga daerah dapat belajar pengelolaan cagar budaya dari Bali.
"Untuk itu, BPCB harus mulai memikirkan dengan serius pengelolaan data, termasuk memastikan agar kita memiliki akses data-data terkait budaya seperti yang dicanangkan dalam salah satu program Ditjen Kebudayaan, Repatriasi Cagar Budaya dan Warisan Budaya Tak Benda," kata Ari dalam keterangannya di Jakarta, akhir pekan lalu.
Ari menegaskan agar dalam setiap kerja sama kebudayaan dengan lembaga atau peneliti dari negara lain yang mengikutsertakan proses pengambilan data.
Langkah itu, menurut dia agar dipastikan Indonesia memiliki akses terhadap data tersebut, sehingga jangan sampai Indonesia yang punya data, justru tidak mendapatkan akses.
Dia juga menekankan pentingnya kerja sama lintas lembaga, lintas kementerian terutama jika ada pembangunan yang terkait dengan kawasan cagar budaya.
Baca juga: Budayawan Prof Dibia terima penghargaan seni dari India
"Dalam hal ini jangan sampai pembangunan, baik infrastruktur baru atau pemugaran merusak kawasan atau situs cagar budaya yang ada," ujarnya.
Menurut Ari, situs cagar budaya merupakan warisan sejarah yang perlu terus dijaga, dilindungi dan dimanfaatkan dengan baik.
Dia berpesan agar keberadaan warisan budaya bangsa yang adiluhung, serta heritage yang merupakan masterpiece di masa lalu tidak dilihat sebatas bentuk fisik yang kasat mata.
"Warisan budaya tersebut harus digali nilai-nilai luhurnya yang dapat dijadikan inspirasi saat ini," katanya.
Di sisi lain, Ari menyadari tantangan pengenalan nilai-nilai budaya di kalangan milenial yang lebih akrab pada kehadiran media-media baru. Karena itu dia menyarankan agar BPCB Bali membangun kolaborasi dengan berbagai pihak untuk menggencarkan pengenalan budaya.
Baca juga: Seniman Bali juarai "Kompetisi Kreasi Tari Nusantara III - 2021" di Wisma ANTARA
Dia mencontohkan Candi Borobudur, Prambanan atau candi lainnya diperkenalkan dengan kemasan baru yang menyertakan kemampuan teknologi untuk memudahkan generasi muda mengenal dan mencintai budaya bangsanya.
"Edukasi kepada masyarakat bisa dilakukan dengan menggandeng blogger-blogger, arkeolog atau komunitas lain yang mampu memberikan pendekatan alternatif yang menarik dan edukatif," ujarnya.
Dia juga menilai masih ada "pekerjaan rumah" yang perlu diselesaikan terkait pemanfaatan cagar budaya, seperti bagaimana mengatur agar keberadaannya dapat mewadahi kepentingan masyarakat, Ilmu pengetahuan serta ekonomi untuk pariwisata.
Terkait pemanfaatan cagar budaya sebagai destinasi pariwisata sebagai ekonomi konservasi, Ari menyarankan hendaknya berjalan selaras dengan program dan upaya konservasi yang dilakukan sehingga tidak mengganggu atau merusak situs yang ada.
"Dengan demikian, keberadaan aturan tersebut dapat mewadahi berbagai kepentingan yang ada dan menciptakan iklim yang kondusif dalam pemanfaatan kawasan atau situs cagar budaya," katanya.
Koordinator Staf Khusus Presiden AAGN Ari Dwipayana dan Staf Khusus Presiden Sukardi Rinakit, mengunjungi Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) Bali pada Sabtu (27/2). Kedatangan Ari Dwipayana dan Sukardi Rinakit disambut Direktur Pembinaan Tenaga dan Lembaga Kebudayaan Direktoral Jenderal Kebudayaan Judi Wahjudin, Kepala BPCB Bali Komang Anik Purniti.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2021