Perkumpulan Petani dan Penggiat Porang Nusantara (P4N) DPW Bali menyatakan masyarakat Bali kini bersemangat menanam atau bertani porang karena pariwisata sepi akibat COVID-19.

"Awalnya, ketika 2017, teman-teman di Bali sulit diajak menanam porang, tapi sekarang malah banyak yang bersemangat menanam porang karena pariwisata sepi," kata Ketua P4N Bali, I Nyoman Sunaya, di Denpasar, Selasa.

Saat beraudiensi dengan Kadis Pertanian dan Ketahanan Pangan Provinsi Bali Ida Bagus Wisnu Ardana (28/12/2020), ia menjelaskan semangat itulah yang mendorong P4N berkoordinasi dengan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Bali.

"Ini pertemuan awal yang baik dengan kami sebagai petani dan penggiat porang di Bali.  Kami berharap ini awal dan bisa berlanjut untuk selamanya bisa berkoordinasi, karena pariwisata memang sepi," katanya.

Ia menyampaikan tanaman porang adalah tanaman sela yang bisa ditanam dengan jagung dan tanaman lain. "Ini cocok untuk mengoptimalkan lahan pertanian Bali yang relatif sempit, appalagi porang adalah tanaman pangan yang dibutuhkan," katanya.

Baca juga: Distan Bali harapkan penguatan Balai Penyuluhan Pertanian

Dalam audiensi itu, Kabid Holtikultura I Wayan Sunarta mengungkapkan porang telah menjadi program nasional.

"Porang telah menjadi program nasional yang untuk sementara ini dilakukan di Jatim dan Jateng. Petani porang itu petani tak biasa, karena bibitnya mahal. Saya sarankan menanam secara bertahap," katanya.


Strategi Digital Resort
Sementara itu, Marketing Communication Sakala Resort Bali, Andi Wendy Laksmi Putri, menyatakan masa pandemi COVID-19 memang membuat pariwisata sepi, namun resort bisa tetap jalan jika menerapkan protokol kesehatan yang ketat.

"Seperti Sakala Resort Bali yang menerapkan protokol kesehatan, dari mulai masuk ke Sakala ada pengecekan suhu, menyediakan hand sanitizer di beberapa tempat, menjaga jarak saat di lobby, para staf di Sakala juga memakai sarung tangan, masker, dan face shield," katanya.

Selain itu, staf Sakala juga rutin membersihkan area–area yang sering disentuh dengan disinfektan per jam, kamar untuk tamu juga selalu dibersihkan oleh staf housekeeping dengan baik.

"Soal permintaan pasar memang menurun karena pandemi, bahkan tamu-tamu yang sudah booking jadi minta refund atau cancel dan ada beberapa juga yang postponed sampai batas waktu yang tidak ditentukan, terutama untuk market luar negeri," katanya.

Baca juga: Syarat kunjungan ke Bali tak pengaruhi pemesanan hotel di RedDoorz

Sakala juga membatasi dalam penerimaan tamu karena pandemi. "Selama pandemi, hotel yang biasanya ada 20 kamar misalnya, kita hanya buka lima kamar yang based on booking, jadi kalo ada yang booking lebih dari itu, kita postponed," katanya.

Dalam mempertahankan resort, Direktur E–Commerce Sakala Resort Bali, Ida Bagus Trisna Widia, mengatakan pihak Sakala menerapkan strategi promosi untuk domestik, karena Menlu Australia sudah mengumumkan bahwa Australia tidak akan datang sampai akhir tahun 2021, sehingga strategi pemasaran untuk wisatawan luar negeri mulai tahun 2022.

"Jadi, fokusnya sekarang untuk pasar domestik. Kalau pasar domestik itu cenderung lewat media sosial, karena COVID-19 membuatnya tidak suka keluar, misalnya bikin video tentang prosedur yang kita lakukan di hotel, take foto untuk bukti bahwa memang kita lengkap beberapa bagian yang ada di hotel, kita posting di media sosial, jadi promosinya digital," katanya.

 

Pewarta: Dewa Sentana/Dayu Agung-LSPR Bali

Editor : Edy M Yakub


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020