Panitia We Love Bali Bagus Kusuma dari PT Aldabra Project Indonesia berharap dengan program tersebut dapat mewujudkan kesadaran akan keselamatan dan keamanan di kalangan pelaku pariwisata Pulau Dewata dalam berkegiatan di tengah pandemi COVID-19.
"Dalam masa pandemi ini, kesadaran akan kebersihan, kesehatan, keamanan dan lingkungan tentunya juga memerlukan dukungan dari masyarakat (komunitas), akademisi, pengusaha, dan media," kata Bagus Kusuma di Denpasar, Senin (30/11).
Bagus Kusuma yang juga pelaku pariwisata itu menambahkan, We Love Bali yang telah diluncurkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi salah satu program pemulihan pariwisata, sekaligus edukasi mengenai CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) di tempat wisata.
Kegiatan tersebut, tambah dia, bertujuan memberikan edukasi terhadap penerapan protokol CHSE sebagai daya tarik wisata dan desa wisata, termasuk melakukan pengawasan penerapan protokol kesehatan di hotel tempat menginap dan daerah tujuan wisata yang dikunjungi dengan mengisi form cek list CHSE.
"Implementasi penerapan CHSE sangat penting untuk menunjukkan bahwa Bali sebagai destinasi wisata internasional sungguh-sungguh berkomitmen dan mampu menerapkan protokol kesehatan," ujarnya.
Baca juga: Menparekraf: Pelaku pariwisata berharap banyak dari libur akhir tahun
Program We Love Bali juga untuk mempromosikan kepariwisataan Pulau Seribu Pura yang kini terpuruk. Promosi itu dibarengi dengan kunjungan ke daya tarik wisata dan desa wisata.
We Love Bali diikuti peserta berasal dari kalangan dosen, guru, mahasiswa, ASN, karyawan perusahaan swasta, karyawan usaha wisata, Pokdarwis, komunitas hobi, fotografer, dan lainnya.
Bagus Kusuma memaparkan, We Love Bali yang berlangsung selama Oktober hingga November 2020 tak sekadar berkunjung ke destinasi wisata. Lebih penting dari itu, program ini menjadi implementasi dari komitmen penerapan protokol kesehatan bidang pariwisata.
Dalam kegiatan tersebut, peserta mendapatkan fasilitas berupa akomodasi selama dua malam di hotel atau home stay yang ditetapkan panitia, konsumsi, transportasi, tiket masuk daerah tujuan wisata, biaya tes cepat, dan perlengkapan lainnya.
Program 13 trip Renon – Besakih – Tulamben - Semarapura – Tegenungan pada tanggal 27 November 2020 hingga 29 November 2020. Peserta di hari pertama melalui Bajra Sandhi – Aan – Paksebali – Taman Edelweis – Tulamben.
Baca juga: Pariwisata NTB bergantung pada pariwisata Bali
Pada hari pertama, peserta mengunjungi Petapan Park adalah sebuah destinasi wisata di Desa Wisata Aan yang dibangun selain untuk wisata bermain anak anak maupun dewasa, disanapun juga terdapat Kincir Air yang digunakan sebagai alat pembangkit listrik tenaga air, serta pemandangan alam di sekitarnya yang indah seperti barisan bukit, sungai dan air terjun yang cocok dijadikan spot untuk berfoto
Kemudian Taman Edelweis adalah kebun bunga yang terletak di Desa Temukus Karangasem. Di taman ini, terdapat beberapa spot foto instagramable dengan dihiasi bunga bunga seperti Bunga Marigold & Kasna yang cantik.
Daya tarik utama Desa Tulamben adalah panorama alam bawah laut yang menyimpan potensi keindahan terumbu karang dengan beraneka ragam jenis ikan hias.
Keberadaan terumbu karang yang masih asli tetap diupayakan pelestariannya dengan kehidupan nelayan dan aktivitas pembuatan garam tradisional oleh masyarakat setempat juga menjadi daya tarik tersendiri.
Pada hari kedua program 13 peserta diajak menuju Jungutan - Klungkung. Diantaranya ngunjungi Samsara Living Museum Karangasem.
Samsara Living Museum adalah sebuah destinasi wisata yang terdapat di Desa Jungutan yang mengacu ke wisata edukasi dan spiritual, disini akan diajak mengenal mengenai tradisi Bali baik itu dari mengenai upacara dan beragam aktivitas menarik lainnya.
Di hari ketiga dalam program tersebut peserta juga diajak berkunjung ke wisata Air Terjun Tegenungan Sukawati. Air terjun Tegenungan adalah air terjun yang terletak di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, berjarak 30 km dari Kota Denpasar.
Air terjun ini memiliki ketinggian 15 meter. Meski tidak begitu tinggi, debit airnya sangat deras. Airnya juga bersih dan bening.
Di setiap destinasi, peserta dibekali kantong sampah dan mereka diwajibkan untuk memungut sampah plastik di lokasi. Hal itu sebagai bentuk kepedulian dan pelestarian alam.
Anggota Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Bali Ketut Jaman yang mendampingi panitia mengatakan sejumlah trip pun sudah berlangsung sejak awal Oktober dan masih berjalan hingga November 2020.
Disetiap daya tarik wisata akan dilibatkan UMKM sebagai penyedia suvenir yang akan dijual kepada para peserta.
Ia menyebut, program ini sebagai upaya masif pemerintah dalam mempromosikan pariwisata Bali Era Baru kepada masyarakat luar melalui media sosial peserta.
"Kita juga menyiapkan pariwisata Bali untuk menyambut wisman sejalan dengan Pergub Nomor 46 Tahun 2020, dan meningkatkan ekonomi," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Dalam masa pandemi ini, kesadaran akan kebersihan, kesehatan, keamanan dan lingkungan tentunya juga memerlukan dukungan dari masyarakat (komunitas), akademisi, pengusaha, dan media," kata Bagus Kusuma di Denpasar, Senin (30/11).
Bagus Kusuma yang juga pelaku pariwisata itu menambahkan, We Love Bali yang telah diluncurkan Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menjadi salah satu program pemulihan pariwisata, sekaligus edukasi mengenai CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) di tempat wisata.
Kegiatan tersebut, tambah dia, bertujuan memberikan edukasi terhadap penerapan protokol CHSE sebagai daya tarik wisata dan desa wisata, termasuk melakukan pengawasan penerapan protokol kesehatan di hotel tempat menginap dan daerah tujuan wisata yang dikunjungi dengan mengisi form cek list CHSE.
"Implementasi penerapan CHSE sangat penting untuk menunjukkan bahwa Bali sebagai destinasi wisata internasional sungguh-sungguh berkomitmen dan mampu menerapkan protokol kesehatan," ujarnya.
Baca juga: Menparekraf: Pelaku pariwisata berharap banyak dari libur akhir tahun
Program We Love Bali juga untuk mempromosikan kepariwisataan Pulau Seribu Pura yang kini terpuruk. Promosi itu dibarengi dengan kunjungan ke daya tarik wisata dan desa wisata.
We Love Bali diikuti peserta berasal dari kalangan dosen, guru, mahasiswa, ASN, karyawan perusahaan swasta, karyawan usaha wisata, Pokdarwis, komunitas hobi, fotografer, dan lainnya.
Bagus Kusuma memaparkan, We Love Bali yang berlangsung selama Oktober hingga November 2020 tak sekadar berkunjung ke destinasi wisata. Lebih penting dari itu, program ini menjadi implementasi dari komitmen penerapan protokol kesehatan bidang pariwisata.
Dalam kegiatan tersebut, peserta mendapatkan fasilitas berupa akomodasi selama dua malam di hotel atau home stay yang ditetapkan panitia, konsumsi, transportasi, tiket masuk daerah tujuan wisata, biaya tes cepat, dan perlengkapan lainnya.
Program 13 trip Renon – Besakih – Tulamben - Semarapura – Tegenungan pada tanggal 27 November 2020 hingga 29 November 2020. Peserta di hari pertama melalui Bajra Sandhi – Aan – Paksebali – Taman Edelweis – Tulamben.
Baca juga: Pariwisata NTB bergantung pada pariwisata Bali
Pada hari pertama, peserta mengunjungi Petapan Park adalah sebuah destinasi wisata di Desa Wisata Aan yang dibangun selain untuk wisata bermain anak anak maupun dewasa, disanapun juga terdapat Kincir Air yang digunakan sebagai alat pembangkit listrik tenaga air, serta pemandangan alam di sekitarnya yang indah seperti barisan bukit, sungai dan air terjun yang cocok dijadikan spot untuk berfoto
Kemudian Taman Edelweis adalah kebun bunga yang terletak di Desa Temukus Karangasem. Di taman ini, terdapat beberapa spot foto instagramable dengan dihiasi bunga bunga seperti Bunga Marigold & Kasna yang cantik.
Daya tarik utama Desa Tulamben adalah panorama alam bawah laut yang menyimpan potensi keindahan terumbu karang dengan beraneka ragam jenis ikan hias.
Keberadaan terumbu karang yang masih asli tetap diupayakan pelestariannya dengan kehidupan nelayan dan aktivitas pembuatan garam tradisional oleh masyarakat setempat juga menjadi daya tarik tersendiri.
Pada hari kedua program 13 peserta diajak menuju Jungutan - Klungkung. Diantaranya ngunjungi Samsara Living Museum Karangasem.
Samsara Living Museum adalah sebuah destinasi wisata yang terdapat di Desa Jungutan yang mengacu ke wisata edukasi dan spiritual, disini akan diajak mengenal mengenai tradisi Bali baik itu dari mengenai upacara dan beragam aktivitas menarik lainnya.
Di hari ketiga dalam program tersebut peserta juga diajak berkunjung ke wisata Air Terjun Tegenungan Sukawati. Air terjun Tegenungan adalah air terjun yang terletak di Desa Kemenuh, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar, berjarak 30 km dari Kota Denpasar.
Air terjun ini memiliki ketinggian 15 meter. Meski tidak begitu tinggi, debit airnya sangat deras. Airnya juga bersih dan bening.
Di setiap destinasi, peserta dibekali kantong sampah dan mereka diwajibkan untuk memungut sampah plastik di lokasi. Hal itu sebagai bentuk kepedulian dan pelestarian alam.
Anggota Tim Percepatan Pemulihan Pariwisata Bali Ketut Jaman yang mendampingi panitia mengatakan sejumlah trip pun sudah berlangsung sejak awal Oktober dan masih berjalan hingga November 2020.
Disetiap daya tarik wisata akan dilibatkan UMKM sebagai penyedia suvenir yang akan dijual kepada para peserta.
Ia menyebut, program ini sebagai upaya masif pemerintah dalam mempromosikan pariwisata Bali Era Baru kepada masyarakat luar melalui media sosial peserta.
"Kita juga menyiapkan pariwisata Bali untuk menyambut wisman sejalan dengan Pergub Nomor 46 Tahun 2020, dan meningkatkan ekonomi," ucapnya.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020