Oleh I Ketut Sutika

Denpasar (Antara Bali) - Pahat itu dipukul secara perlahan dengan palu di tangan kanan, mengikuti inspirasi dalam menciptakan  karya seni, menggunakan batu padas sebagai bahan bakunya.

Sosok pria mengenakan celana training yang biasa digunakan untuk olahraga itu duduk di lantai, matanya secara  teliti mengikuti jari-jari tangan yang memegang pahat untuk membuang limbah yang tidak dibutuhkan lagi.

Mengukir menggunakan batu padas sebagai baha bakunya digeluti mulai dari anak-anak, dewasa hingga orang tua  di Desa Silakarang,  Kecamatan Ubud,  dan Batubulan Kabupaten Gianyar, Bali.

Demikian pula masyarakat di Desa Belayu, Kecamatan Marga, Kabupaten Tabanan juga menggeluti kegiatan yang sama untuk membuat patung, baik sebagai cendera mata maupun benda-benda yang disakralkan untuk kelengkapan Pura.

I Made Berata dosen jurusan Kriya Seni Fakultas Seni Rupa dan Disain (FSRD) Institut Seni Indonesia (ISI Denpasar yang pernah melakukan penelitian terhadap seniman dan perajin ukiran batu padas di Desa Silakarang,  Kecamatan Ubud,  menuturkan di  Denpasar, Sabtu,  keterampilan mengukir untuk menghasilkan sebuah karya seni dari bahan baku batu padas  diwarisi secara turun temurun sejak tahun 1832, atau sekitar 180 tahun yang silam.

Perkembangan seni tersebut dalam waktu yang cukup panjang itu mengalami pasang surut, namun tetap bertahan hingga sekarang.

Perkembangan seni ukir yang menggunakan bahan batu padas itu berawal dari pembangunan tempat suci, pura Puseh desa adat setempat, karena hampir semua tembok dan bangunan suci (pelinggih) dihiasi dengan ukiran batu padas.

Seni kerajinan mengukir yang ditekuni masyarakat setempat  pada  awalnya untuk kegiatan sosial, namun sekarang menjadi produk komersial, seiring dengan maraknya perkembangan pariwisata di Pulau Dewata.

Kerajinan seni ukir dari bahan batu padas pada awalnya mengambil tema-tema tradisional, namun dalam beberapa tahun belakangan mulai bersentuhan dengan kebudayaan luar, namun tetap mencerminkan tradisi adat, budaya dan agama Hindu di Pulau Dewata.

Sungai bertebing

Bahan baku batu padas itu diambil dari sungai terdekat, karena hampir sebgian besar sungai-sungai yang bertebing terjal di Bali mengandung batu padas yang memberikan berkah untuk  kehidupan dan kesejahteraan yang layak.

Tebing yang terjal di tepi sungai itu mengandung batu padas dengan aneka warna kebutuhan bahan bangunan maupun untuk dekorasinya. Batu padas yang berwarna merah digali di tepi jurang di Desa Tajun, Kecamatan Kubu Tambahan, Kabupaten Buleleng.

Sedang batu padas warna ungu hampir dikandung oleh semua tebing sungai di Bali. Masyarakat menggali batu padas itu dengan menggunakan alat-alat tradisional dan langsung membentuk sesuai ukuran yang diinginkan.

Batu padas merah hasil galian masyarakat Desa Tajun, Kabupaten Buleleng sempat ngetren, karena pemasarannya selain lokal Bali, juga dengan tujuan Solo, Surabaya dan Bandung.

"Batu merah sejenis batu karang itu oleh pembelinya di luar Bali kembali diekspor ke Brunei Darussalam, Jepang dan Jerman," seperti yang diungkapkan I Wayan Dana (50), seorang pedagang batu merah.

Ayah tiga orang putra yang bertahun-tahun menggeluti aktivitas di pinggir jurang yang terjal menjelaskan, batu padas merah yang sudah membatu sebenarnya sudah dikenal masyarakat setempat sejak lama, namun baru dikenal masyarakat luas.

Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali, I Ketut Teneng menambahkan, Bali memperlleh devisa dari mengekspor berbagai jenis patung dari bahan baku batu padas sebesar 15,35 juta dolar AS selama 2011.

Kondisi itu menurun 21,01 persen dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 18,50 juta dolar AS.  Sementara selama bulan Januari 2012 tercatat 556.604,41 dolar merosot 34,83 persen dibanding bulan yang sama tahun sebelumnya yang mencapai 854.050 dolar yang mampu memberikan andil strategis terhadap perolehan ekspor non migas.

Kondisi itu sangat tergantung dari permintaan pasaran luar negeri, meskipun perajin dan seniman setempat mempunyai persediaan matadagangan  dalam jumlah memadai.

Hasil kerajinan dari bahan baku padas itu sebagian besar berupa patung dalam berbagai bentuk dan ukuran, dengan rancang bangun  sedemikian rupa yang mampu menarik perhatian konsumen mancanegara.

Patung dan berbagai komponen lainnya yang dibuat sedemikian rupa untuk memperindah taman maupun sebagai dekorasi, tutur Ketut Teneng.(IGT)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012