Jakarta (Antara Bali) - Ninasapti Triaswati, istri mendiang Wakil Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM) Widjajono Partowidagdo mengatakan suaminya sepanjang hidupnya terus mengajak masyarakat untuk hemat energi.
"Bapak selalu mengimbau agar masyarakat kita hemat energi. Dulu Indonesia memang banyak minyak, tapi kalau sekarang sudah sedikit. Oleh karena itu bapak selalu mengimbau agar masyarakat tidak boros," kenang Nina di rumah duka di Jakarta pada Sabtu malam.
Nina mengutip perkataan suaminya yang mengatakan bahwa sekarang Indonesia sudah miskin, oleh karena itu masyarakat harus berhemat. "Namun penerimaan masyarakat berbeda-beda. Ada yang masih bisa menerima dan ada yang tidak," kata dia.
Widjajono meninggal dunia saat mendaki Gunung Tambora pada Sabtu (21/4) sekitar pukul 15.00. Sebelumnya, kondisinya sempat mengalami kritis dan dilakukan evakuasi. "Bapak meninggal ketika sedang dievakuasi. Evakuasi dimulai pukul 10.00," tambahnya.
Sepanjang hidupnya, kata dia, suaminya tidak pernah mempunyai riwayat penyakit apapun karena rutin berolahraga dan tidak merokok. "Kemungkinan akibat kekurangan oksigen di gunung dan membuatnya kritis," ucapnya.
Nina yang merupakan dosen di Universitas Indonesia tersebut, mendapat informasi mengenai suaminya telah meninggal dunia dari anaknya, Kristal Amalia (15). "Keluarga pasrah dan menerima, karena memang jalannya seperti ini," kata dia.
Mendiang semasa hidupnya telah mendaki kurang lebih 40 gunung baik di dalam maupun luar negeri. Widjajono diangkat menjadi wamen sekitar enam bulan yang dulu.
Sebelum menjabat sebagai wamen, lelaki kelahiran Magelang, 16 September 1951 itu mengajar di almamaternya di Institut Teknologi Bandung.
Widjajono dikenal sebagai sosok pejabat yang rendah hati dan unik karena berambut gondrong. Semasa hidupnya, mendiang akrab dengan wartawan.
Mendiang meninggalkan seorang istri dan seorang anak perempuan. Jenazah dimakamkan di pemakaman keluarga di San Diego Hill Karawang, Jawa Barat, Minggu siang.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012
"Bapak selalu mengimbau agar masyarakat kita hemat energi. Dulu Indonesia memang banyak minyak, tapi kalau sekarang sudah sedikit. Oleh karena itu bapak selalu mengimbau agar masyarakat tidak boros," kenang Nina di rumah duka di Jakarta pada Sabtu malam.
Nina mengutip perkataan suaminya yang mengatakan bahwa sekarang Indonesia sudah miskin, oleh karena itu masyarakat harus berhemat. "Namun penerimaan masyarakat berbeda-beda. Ada yang masih bisa menerima dan ada yang tidak," kata dia.
Widjajono meninggal dunia saat mendaki Gunung Tambora pada Sabtu (21/4) sekitar pukul 15.00. Sebelumnya, kondisinya sempat mengalami kritis dan dilakukan evakuasi. "Bapak meninggal ketika sedang dievakuasi. Evakuasi dimulai pukul 10.00," tambahnya.
Sepanjang hidupnya, kata dia, suaminya tidak pernah mempunyai riwayat penyakit apapun karena rutin berolahraga dan tidak merokok. "Kemungkinan akibat kekurangan oksigen di gunung dan membuatnya kritis," ucapnya.
Nina yang merupakan dosen di Universitas Indonesia tersebut, mendapat informasi mengenai suaminya telah meninggal dunia dari anaknya, Kristal Amalia (15). "Keluarga pasrah dan menerima, karena memang jalannya seperti ini," kata dia.
Mendiang semasa hidupnya telah mendaki kurang lebih 40 gunung baik di dalam maupun luar negeri. Widjajono diangkat menjadi wamen sekitar enam bulan yang dulu.
Sebelum menjabat sebagai wamen, lelaki kelahiran Magelang, 16 September 1951 itu mengajar di almamaternya di Institut Teknologi Bandung.
Widjajono dikenal sebagai sosok pejabat yang rendah hati dan unik karena berambut gondrong. Semasa hidupnya, mendiang akrab dengan wartawan.
Mendiang meninggalkan seorang istri dan seorang anak perempuan. Jenazah dimakamkan di pemakaman keluarga di San Diego Hill Karawang, Jawa Barat, Minggu siang.(*/T007)
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012