Wakil Gubernur Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati mengingatkan berbagai kalangan di daerah itu terkait dengan pembangunan sektor pariwisata setempat agar jangan sampai merusak sumber daya manusia dan alam Bali.
"Pembangunan pariwisata tidak boleh merusak apalagi mematikan sumber daya Pulau Bali yaitu keyakinan dan kepercayaan masyarakat Hindu Bali. Jangan sampai gara-gara pembangunan pariwisata dapat merusak SDM dan sumber daya alam Bali," kata Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati yang akrab dipanggil Cok Ace itu, saat membuka "Seminar Kesenian Berbasis Kearifan Lokal Menuju Pemajuan Kebudayaan Bali di Era New Normal", di Denpasar, Jumat.
Ia berharap, seminar yang digelar Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibya) Provinsi Bali itu, dapat memberikan saran dan masukan kepada pemerintah, tentang langkah-langkah apalagi yang harus dilakukan pemerintah untuk memajukan kebudayaan Bali.
"Terutamanya dalam menggerakkan sektor pariwisata di tengah pandemi COVID-19 ini, sehingga budaya Bali masih tetap bisa dilestarikan dengan apik," ucapnya.
Pemprov Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster dan Wagub Cok Ace telah menerapkan visi dan misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang bermakna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama (masyarakat) Bali yang sejahtera dan bahagia sekala (jasmani) dan niskala (rohani).
"Dengan visi tersebut pengembangan pariwisata Bali adalah pariwisata yang berkelanjutan. Ada dua hal penting yang ada dalam pariwisata berkelanjutan yaitu pembangunan termasuk komponen pariwisatanya harus mempunyai manfaat kesejahteraan bagi masyarakat Bali. Tidak hanya dari perspektif penghasilan saja, namun juga dari segi kesehatan, pendidikan, dan kebahagiaan," katanya.
Baca juga: Listibya Bali soroti kesenian tak urus "Pramana Patram"
Ketua panitia acara, I Nyoman Astita, menyampaikan seminar tersebut bertujuan menciptakan ruang dialog dalam perspektif kebudayaan secara holistik, cerdas, dan konstruktif untuk mendiskusikan potensi kearifan lokal dalam sinergi UU Pemajuan Kebudayaan secara lintas bidang, lintas disiplin, dan lintas budaya.
"Dalam seminar ini juga membahas penguatan potensi modal budaya dan kesenian bagi pengembangan ekonomi kreatif. Selanjutnya mengindentifikasikan berbagai peluang pemberdayaan potensi seni budaya di era 'new normal' dalam sekala lokal, nasional dan internasional," ucapnya.
Pihaknya mengharapkan seminar tersebut dapat menghasilkan rumusan yang komprehensif untuk mendukung perkembangan seni dan budaya Bali sesuai program pembangunan Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Dalam kesempatan tersebut hadir pula beberapa narasumber yang ahli dalam bidangnya, yaitu Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Adnyana dengan materi "Pemajuan dan Penguatan Kebudayaan Bali dalam Dinamika Lokal, Nasional dan Global".
Selain itu, Rektor ISI Denpasar I Gede Arya Sugiartha dengan materi "Diseminasi SKB Penguatan dan Perlindungan Tari Sakral Bali" dan Ngakan Ketut Acwin Dwijendra dengan materi "Meningkatkan Peran Masyarakat dalam Pelestarian Warisan Budaya Bali".
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Pembangunan pariwisata tidak boleh merusak apalagi mematikan sumber daya Pulau Bali yaitu keyakinan dan kepercayaan masyarakat Hindu Bali. Jangan sampai gara-gara pembangunan pariwisata dapat merusak SDM dan sumber daya alam Bali," kata Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati yang akrab dipanggil Cok Ace itu, saat membuka "Seminar Kesenian Berbasis Kearifan Lokal Menuju Pemajuan Kebudayaan Bali di Era New Normal", di Denpasar, Jumat.
Ia berharap, seminar yang digelar Majelis Pertimbangan dan Pembinaan Kebudayaan (Listibya) Provinsi Bali itu, dapat memberikan saran dan masukan kepada pemerintah, tentang langkah-langkah apalagi yang harus dilakukan pemerintah untuk memajukan kebudayaan Bali.
"Terutamanya dalam menggerakkan sektor pariwisata di tengah pandemi COVID-19 ini, sehingga budaya Bali masih tetap bisa dilestarikan dengan apik," ucapnya.
Pemprov Bali di bawah kepemimpinan Gubernur Wayan Koster dan Wagub Cok Ace telah menerapkan visi dan misi Nangun Sat Kerthi Loka Bali yang bermakna menjaga kesucian dan keharmonisan alam Bali beserta isinya untuk mewujudkan kehidupan krama (masyarakat) Bali yang sejahtera dan bahagia sekala (jasmani) dan niskala (rohani).
"Dengan visi tersebut pengembangan pariwisata Bali adalah pariwisata yang berkelanjutan. Ada dua hal penting yang ada dalam pariwisata berkelanjutan yaitu pembangunan termasuk komponen pariwisatanya harus mempunyai manfaat kesejahteraan bagi masyarakat Bali. Tidak hanya dari perspektif penghasilan saja, namun juga dari segi kesehatan, pendidikan, dan kebahagiaan," katanya.
Baca juga: Listibya Bali soroti kesenian tak urus "Pramana Patram"
Ketua panitia acara, I Nyoman Astita, menyampaikan seminar tersebut bertujuan menciptakan ruang dialog dalam perspektif kebudayaan secara holistik, cerdas, dan konstruktif untuk mendiskusikan potensi kearifan lokal dalam sinergi UU Pemajuan Kebudayaan secara lintas bidang, lintas disiplin, dan lintas budaya.
"Dalam seminar ini juga membahas penguatan potensi modal budaya dan kesenian bagi pengembangan ekonomi kreatif. Selanjutnya mengindentifikasikan berbagai peluang pemberdayaan potensi seni budaya di era 'new normal' dalam sekala lokal, nasional dan internasional," ucapnya.
Pihaknya mengharapkan seminar tersebut dapat menghasilkan rumusan yang komprehensif untuk mendukung perkembangan seni dan budaya Bali sesuai program pembangunan Nangun Sat Kerthi Loka Bali.
Dalam kesempatan tersebut hadir pula beberapa narasumber yang ahli dalam bidangnya, yaitu Kepala Dinas Kebudayaan Provinsi Bali I Wayan Adnyana dengan materi "Pemajuan dan Penguatan Kebudayaan Bali dalam Dinamika Lokal, Nasional dan Global".
Selain itu, Rektor ISI Denpasar I Gede Arya Sugiartha dengan materi "Diseminasi SKB Penguatan dan Perlindungan Tari Sakral Bali" dan Ngakan Ketut Acwin Dwijendra dengan materi "Meningkatkan Peran Masyarakat dalam Pelestarian Warisan Budaya Bali".
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020