Oleh I Ketut Sutika

Denpasar (Antara Bali) - Air Danau Buyan di Desa Pancasari, Kecamatan Sukasada, Kabupaten Buleleng dalam beberapa hari terakhir meluap akibat guyuran hujan deras, mengakibatkan beberapa masyarakat yang bermukim di sekitarnya mengungsi.

Salah satu dari empat danau yang ada di Bali itu, airnya sempat meluap menggenangi puluhan hektare lahan pertanian di sekitarnya.  Kondisi demikian mengakibatkan kerugian yang dialami petani, karena tanaman sayur mayur dan palawija milik petani mati terendam genangan air danau.

Demikian pula masyarakat yang bermukim di sekitar danau harus mengungsi ke tempat yang aman dengan membangun tenda, tutur Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali, I Ketut Teneng.

Danau Buyan yang memiliki luas 4,93 kilometer persegi itu airnya berangsur-angsur turun, namun belum aman bagi masyarakat setempat, sehingga mereka masih bertahan di tempat pengungsian.

Gubernur Bali, Made Mangku Pastika mengucurkan bantuan sembilan bahan pokok kebutuhan sehari-hari (sembako) dan mengerahkan pelayanan kesehatan secara cuma-cuma, karena masyarakat mengalami gangguan kesehatan antara lain batuk, gatal-gatal, demam dan pilek.

Penanganan akibat bencana meluapnya air Danau Buyan dan Danau Tamblingan selain melibatkan Dinas Kesehatan Provinsi Bali dalam memberikan pelayanan kesehatan juga juga Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) setempat, Dinas Sosial dan Palang Merah Indonesia (PMI) Bali.

Di tempat pengungsian hingga kini dibangun 14 tenda, empat tenda diantaranya dibangun oleh PMI dan BPBD  serta sepuluh tenda lainnya dibangun secara swadaya oleh masyarakat setempat, tutur I Ketut Teneng.

Dengan adanya bantuan sembako, termasuk makanan yang siap saji, masyarakat yang mengungsi itu diharapkan tidak mengalami hambatan dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.

Sayur Mayur Rusak
I Nyoman Reka Danu (35) seorang petani setempat mengaku, akibat luapan air Danau Buyan mengalami kerugian besar akibat lahan garapannya seluas 30 are (3.000 meter persegi) yang ditanami sayur mayur rusak sehingga sama sekali tidak menghasilkan.

Demikian pula sebelumnya tanaman jagung tumbang sebelum berbuah akibat angin kencang yang melanda daerah itu. Dalam memasuki tahun 2012 petani setempat sama sekali tidak menghasilkan.

Air Danau Buyan secara berangsur-angsur mulai surat, lahan garapan yang berlokasi di sebelah timur Danau mulai tampak, meskipun belum bisa diolah untuk ditanami sayur mayur,  akibat kondisinya masih basah.

"Kami masih tunggu dalam beberapa hari, hingga tanah itu kering, baru diolah untuk ditanani sayur hijau, tomat, wartel dan kol," tutur I Nyoman Reka Danu ayah seorang putra dan putri.

Ia mengaku sejak lahannya tergenang air, ia bekerja sebagai buruh bangunan sambil mencari makanan ternak untuk dua ekor sapinya,  sementara istrinya berjualan di pasar setempat.

Danau Buyan merupakan salah satu dari empat danau di Bali yang memiliki perpaduan lembah, gunung, serta tanaman sayur-mayur pada hamparan yang luas dan menghijau, sehingga menjadi panorama alam yang mempesona dan menarik.

Danau Buyan, yang berlokasi 60 km utara kota Denpasar, yang dihubungkan dengan jalan yang beraspal mulus itu,  menjadi objek wisata andalan Bali utara yang cukup diminati pelancong.

Pemkab Buleleng dengan dukungan Pemerintah Provinsi Bali menata kawasan Danau Buyan untuk menjadi objek wisata yang patut diperhitungkan para pelancong dalam dan luar negeri, tutur Ketut Teneng.

Penataan tersebut menekankan pada upaya menjaga kelestarian lingkungan sekitar kawasan Danau Buyan, karena masyarakat setempat percaya danau itu sebagai sumber air (gentong) yang mengairi lahan pertanian pada subak di wilayah Kabupaten Buleleng (Bali utara), Kabupaten Tabanan, Badung dan Gianyar (Badung selatan).

Air danau itu mengalir dalam tanah yang kemudian muncul menjadi mata air untuk pengairan irigasi di sejumlah subak pada empat kabupaten di Pulau Dewata.

Bahkan di sekitar Danau Buyan muncul 12 sumber mata air baru sehingga mampu meningkatkan debit air di kawasan danau tersebut.
    
Pencemaran
Bali memiliki empat buah danau, selain danau Buyan juga Danau Tambilingan di Kabupaten Buleleng dan Danau Beratan di Kabupaten Tabanan yang lokasinya saling berdekatan. Satunya lagi adalah Danau Batur di Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli.

Keempat danau tersebut disinyalir  mengalami pencemaran, dengan tingkatan yang berbeda satu sama lain, sehingga perlu upaya nyata agar kerusakan itu tidak semakin parah, sekaligus kelestarian danau dapat dipertahankan.

Menurut Gubernur Bali Made Mangku Pastika, pihaknya melibatkan tim ahli menganalisa dan mengkaji keempat  danau itu  agar  tetap lestari dan terhindar dari pencemaran.

Pengoperasian perahu motor dan perahu motel tempel di danau juga dapat menimbulkan pencemaran, karena bahan bakar minyak (BBM) yang digunakan merembes ke permukaan air.

Oleh sebab itu Pemprov Bali masih mengkaji   perlu tidaknya mengoperasikan  perahu motor,  baik untuk atraksi pariwisata maupun sarana transportasi, tutur Gubernur Pastika.

Selain empat danau tadi, Bali juga memiliki 34 sungai, sebagian besar juga dalam kondisi kritis antara lain mengalami banjir pada musim hujan, kering pada musim kemarau serta erosi dan pendangkalan dari hulu hingga hilir.

Semua itu menurut Guru Besar Universitas Udayana Prof Dr I Wayan Windia, MS  akibat  ulah manusia yang kurang peduli dan memperhatikan kelestarian lingkungan.

Sumber daya air belum mendapat proteksi yang maksimal, sehingga potensi sumber daya air relatif tetap, sedangkan kebutuhan akan air semakin meningkat, akibat pertambahan penduduk.

Kerusakan  juga terjadi pada daerah aliran sungai (DAS), sehingga menimbulkan banjir pada musim hujan dan mengalami kekeringan pada musim kemarau. Selain itu juga terjadinya penurunan jumlah mata air dan pengelolaan sumber daya alam belum dikelola secara maksimal, sehingga sering kali menimbulkan konflik.

Kawasan hulu yang sangat menentukan kelangsungan tata air pada daerah aliran sungai harus dapat dijaga kesinambungannya, mengingat kawasan hulu yang juga berfungsi sebagai kawasan lindung mampu mengkonservasi sumber daya air.

Terkelolanya kawasan hulu dengan baik akan mampu memberikan konribusi terhadap perlindungan dan pelestarian sumber air, tutur  Prof Windia.(IGT/T007)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012