Ratusan warga di Nusa Lembongan, Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung, Bali, beralih pekerjaan menjadi pembudidaya rumput laut, karena masa pandemi COVID-19 membuat sektor pariwisata di kawasan setempat tidak bisa jalan.

"Sejak pertengahan 2019 mulai tumbuh lagi pembudidaya rumput laut dan mulai datang lagi peneliti-peneliti. Awal 2020, rata-rata semua pekerja pariwisata beralih ke budidaya rumput laut. Ya, karena efek COVID, banyak yang dirumahkan dan pariwisata tidak jalan," kata salah satu pembudidaya rumput laut Nusa Lembongan, Ichoun Brawici Dhewang, saat dikonfirmasi di Klungkung, Bali, Kamis.

Ia mengatakan sejak 2016, para petani pembudidaya rumput laut sempat meninggalkan budidaya ini dan beralih ke pariwisata. Selain itu, kondisi dari rumput laut pada masa tersebut dominan gagal panen.

Baca juga: KKP targetkan produksi 10,99 juta ton rumput laut tahun 2020

Saat ini, kondisi ekonomi warga di Nusa Lembongan sudah membaik karena mulai mengolah rumput laut sebagai mata pencarian. Kata Ichoun, selama pandemi COVID-19, hampir semua orang kehilangan pekerjaannya, terutama pekerja pariwisata.

Menurutnya, eksistensi rumput laut di Nusa Lembongan semakin tertata dengan baik. Pembudidaya pun tidak hanya berasal dari kalangan dewasa, melainkan juga ada dari kalangan remaja.

"Untuk luasnya itu per satu kepala keluarga hanya diperbolehkan 20 are dan tidak boleh lebih. Tapi sejauh ini, lebih banyak punya 10-15 are dengan jumlah petani nya ada 500 KK di Nusa Lembongan," kata Ichoun.

Baca juga: Empat negara tujuan ekspor 200 ton rumput laut

Adapun jenis rumput laut yang ditonjolkan di Nusa Lembongan yaitu Cottoni atau rumput laut merah. Rumput laut ini biasanya digunakan untuk membuat kosmetik, buat kapsul, jajanan ringan dan diolah menjadi bahan produksi lainnya.

Dalam satu minggu, minimal masing-masing pembudidaya rumput laut memperoleh 60 kg, dan selanjutnya dijual kepada pengepul.

"Yang membedakan rumput laut Nusa Lembongan dengan rumput laut lain yaitu dari segi budidayanya menggunakan sistem tanam dasar, dan petakan. Kemudian, dari sisi geografis di sini sangat memungkinkan budidaya rumput laut," jelasnya.

Baca juga: BPPD: Nusa Penida dan Nusa Lembongan raih "Top Destination in Bali 2019"

Ia menambahkan harapan dari para petani pembudidaya rumput laut di sini, ke depannya dapat mengembangkan agroekowisata sekaligus.

Selain itu juga ada interaksi antara wisatawan dengan pembudidaya komoditi rumput lautnya, mengajar juga bagaimana budidaya rumput laut dan membuat suvenir berbahan rumput laut cottoni.
 

Pewarta: Ayu Khania Pranishita

Editor : Adi Lazuardi


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020