Akses ke Pantai Padanggalak Sanur, Kota Denpasar, Bali yang biasa dijadikan tempat masyarakat bermain layang-layang ditutup sementara untuk mengurangi kerumunan massa dalam upaya mencegah pandemi COVID-19.
"Untuk mencegah pandemi COVID-19 semakin meluas di Kota Denpasar maka akses menuju Pantai Padanggalak ditutup sementara dari aktivitas masyarakat main layang-layang. Langkah ini juga upaya mengurangi kerumunan massa," kata Wakil Bendesa (adat) Kesiman, Kota Denpasar Wayan Sukana di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan hampir semua fasilitas publik terus dijaga dan dievaluasi, meski sudah mulai diterapkan dalam tatanan kehidupan era baru atau adaptasi kebiasaan baru.
"Semua fasilitas publik di evaluasi. Karena dari pemantauan dan data bahwa hampir semua desa dan kelurahan terdapat kasus COVID-19," ujarnya.
Baca juga: Pecalang Jimbaran-Bali awasi protokol kesehatan pengunjung pantai
Wayan Sukana mengatakan pada prinsipnya pihak desa adat tidak ada melarang masyarakat untuk menaikkan layang-layang. Namun demikian aspek pencegahan COVID-19 juga harus diutamakan. Mengingat kasus positif COVID-19 masih tinggi di Kota Denpasar.
Dikatakan kebijakan penutupan akses tersebut dilakukan sesuai hasil paruman (rapat) prajuru Desa Adat Kesiman bersama pemerintah dari tiga desa, yakni Desa Kesiman Kertalangu, Desa Kesiman Petilan, dan Kelurahan Kesiman untuk sepakat menutup akses sementara agar penggemar main layang-layang tidak menaikan layangan di kawasan Padanggalak dan sekitarnya.
Wayan Sukana mengatakan dari pantauan yang dilakukan desa adat termasuk laporan kekhawatiran warga Kesiman terkait penyebaran COVID-19. Sebab, yang menaikkan layang-layang di kawasan Padanggalak tidak hanya warga Denpasar melainkan warga luar Denpasar yang ramai-ramai membawa layangan besar untuk diterbangkan.
"Bukan hanya warga Denpasar, tetapi banyak warga yang dari luar Denpasar membawa truk ramai-ramai untuk menaikkan layang-layang. Selain itu juga banyak yang tidak menerapkan protokol kesehatan baik 'physical distancing' dan tidak memakai masker. Itu yang menjadi kekhawatiran warga kami, satgas, dan prajuru desa adat jika salah satu ada yang terpapar sudah pasti akan menyebarkan ke yang lainnya," katanya.
Baca juga: Gubernur resmikan tatanan kehidupan era baru di Pantai Pandawa
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Untuk mencegah pandemi COVID-19 semakin meluas di Kota Denpasar maka akses menuju Pantai Padanggalak ditutup sementara dari aktivitas masyarakat main layang-layang. Langkah ini juga upaya mengurangi kerumunan massa," kata Wakil Bendesa (adat) Kesiman, Kota Denpasar Wayan Sukana di Denpasar, Senin.
Ia mengatakan hampir semua fasilitas publik terus dijaga dan dievaluasi, meski sudah mulai diterapkan dalam tatanan kehidupan era baru atau adaptasi kebiasaan baru.
"Semua fasilitas publik di evaluasi. Karena dari pemantauan dan data bahwa hampir semua desa dan kelurahan terdapat kasus COVID-19," ujarnya.
Baca juga: Pecalang Jimbaran-Bali awasi protokol kesehatan pengunjung pantai
Wayan Sukana mengatakan pada prinsipnya pihak desa adat tidak ada melarang masyarakat untuk menaikkan layang-layang. Namun demikian aspek pencegahan COVID-19 juga harus diutamakan. Mengingat kasus positif COVID-19 masih tinggi di Kota Denpasar.
Dikatakan kebijakan penutupan akses tersebut dilakukan sesuai hasil paruman (rapat) prajuru Desa Adat Kesiman bersama pemerintah dari tiga desa, yakni Desa Kesiman Kertalangu, Desa Kesiman Petilan, dan Kelurahan Kesiman untuk sepakat menutup akses sementara agar penggemar main layang-layang tidak menaikan layangan di kawasan Padanggalak dan sekitarnya.
Wayan Sukana mengatakan dari pantauan yang dilakukan desa adat termasuk laporan kekhawatiran warga Kesiman terkait penyebaran COVID-19. Sebab, yang menaikkan layang-layang di kawasan Padanggalak tidak hanya warga Denpasar melainkan warga luar Denpasar yang ramai-ramai membawa layangan besar untuk diterbangkan.
"Bukan hanya warga Denpasar, tetapi banyak warga yang dari luar Denpasar membawa truk ramai-ramai untuk menaikkan layang-layang. Selain itu juga banyak yang tidak menerapkan protokol kesehatan baik 'physical distancing' dan tidak memakai masker. Itu yang menjadi kekhawatiran warga kami, satgas, dan prajuru desa adat jika salah satu ada yang terpapar sudah pasti akan menyebarkan ke yang lainnya," katanya.
Baca juga: Gubernur resmikan tatanan kehidupan era baru di Pantai Pandawa
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020