Bangli (Antara Bali) - Masyarakat Desa Bunutin, Kabupaten Bangli, menggelar upacara "Titi Mamah" di Pura Penataran Dalem Langgar, Senin, sebagai bentuk permohonan agar dihindarkan dari malapetaka.

Tokoh Puri Bunutin, Ida Dewa Ketut Raka, mengatakan, dalam upacara tersebut, masyarakat mempersembahkan seekor sapi berwarna merah dan anaknya.

"Ritual ini sudah menjadi tradisi tahunan dan masyarakat tidak pernah menundanya," katanya.

Upacara itu digelar pada pagi hari hingga tengah malam. Pada pagi hari, masyarakat Desa Bunutin mempersiapkan segala bentuk keperluan upacara, seperti jajanan pasar dan "canang".

Dilanjutkan dengan menyembelih sapi berwarna merah dan dagingnya diolah untuk disajikan dalam ritual pada sore harinya.

Pada sore hari, masyarakat kembali ke pura dengan mengenakan pakaian serba putih untuk melaksanakan ritual "Titi Mamah" dengan terlebih dulu mengelilingi bangunan suci berupa langgar atau musala yang ada di tengah-tengah pura sebanyak tiga kali.

Pemuka agama Hindu memercikkan air kepada peserta ritual. Daging sapi dibungkus kain putih lalu ditenggelamkan ke dalam kolam di sekeliling pura.

Pura Penataran Dalem Langgar model bangunannya mirip dengan Pura Taman Ayun di Mengwi, Kabupaten Badung, yang juga dikelilingi kolam.

"Selain untuk menyeimbangkan antara alam nyata dan alam gaib, ritual ini sebagai bentuk permohonan mendapatkan keselamatan," kata Dewa Ketut Raka.

Pura Penataran Dalem Langgar sering dikunjungi umat Islam dari Jawa. Tidak jarang mereka salat di langgar yang ada di tengah pura itu.

Selama ritual "Titi Mamah" berlangsung umat Hindu di sekitar pura dilarang mengonsumi makanan yang mengandung babi.(IPA/M038)

Pewarta:

Editor : Nyoman Budhiana


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012