Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki menyebut sebanyak 1.785 koperasi yang tersebar di seluruh Tanah Air terdampak COVID-19, selain itu 163.713 UMKM juga mengalami hal serupa.
"COVID-19 telah memukul keras koperasi dan UKM bahkan pada kesempatan paling pertama," ujar Teten Masduki dalam Seminar Internasional tentang Koperasi dan UKM Setelah COVID-19 secara daring yang diinisiasi oleh IKOPIN, Jumat.
Di sisi lain, ia menambahkan, kebijakan physical distancing atau penjarakan fisik dan pembatasan sosial berskala besar memang mau tidak mau sangat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi koperasi dan UKM.
Baca juga: Pemkab Klungkung gagas Koperasi Pengolahan Sampah-Kain Tenun
“Kementerian Koperasi dan UKM telah melakukan pengumpulan dampak COVID19 pada koperasi dan UMKM,” katanya.
Tercatat untuk koperasi konsumen merupakan segmen koperasi yang terdampak paling parah atau sekitar 45 persen dari total sejumlah 781 unit, layanan koperasi sebanyak 158 unit (8 persen), dan produsen koperasi terdampak 152 unit (7 persen).
“Masalah yang dilaporkan adalah kurangnya modal, penurunan penjualan, dan distribusi terhambat,” katanya.
Baca juga: "Alfamart" ajak UMKM Karangasem pasarkan produk di tokonya
Sementara itu, untuk sektor UMKM terbesar yang terkena dampak COVID-19, adalah mereka yang bergerak di bidang makanan dan minuman, industri kreatif, dan pertanian.
Untuk itu, pihaknya berupaya memberikan perlindungan dan pemulihan usaha bagi koperasi dan UMKM dengan memberikan bantuan dan stimulus kebijakan.
“UMKM dengan kategori miskin dan rentan sebagai penerima bantuan sosial. Insentif pajak untuk UMKM dengan omzet di bawah Rp4,8 miliar per tahun,” katanya.
Baca juga: Diskop Denpasar siapkan koperasi hadapi revolusi industri 4.0
Kemudian pemberian relaksasi dan restrukturisasi pinjaman untuk koperasi dan UMKM salah satunya melalui LPDB. Selanjutnya diberikan perluasan pembiayaan modal kerja koperasi dan UMKM.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"COVID-19 telah memukul keras koperasi dan UKM bahkan pada kesempatan paling pertama," ujar Teten Masduki dalam Seminar Internasional tentang Koperasi dan UKM Setelah COVID-19 secara daring yang diinisiasi oleh IKOPIN, Jumat.
Di sisi lain, ia menambahkan, kebijakan physical distancing atau penjarakan fisik dan pembatasan sosial berskala besar memang mau tidak mau sangat berpengaruh terhadap aktivitas ekonomi koperasi dan UKM.
Baca juga: Pemkab Klungkung gagas Koperasi Pengolahan Sampah-Kain Tenun
“Kementerian Koperasi dan UKM telah melakukan pengumpulan dampak COVID19 pada koperasi dan UMKM,” katanya.
Tercatat untuk koperasi konsumen merupakan segmen koperasi yang terdampak paling parah atau sekitar 45 persen dari total sejumlah 781 unit, layanan koperasi sebanyak 158 unit (8 persen), dan produsen koperasi terdampak 152 unit (7 persen).
“Masalah yang dilaporkan adalah kurangnya modal, penurunan penjualan, dan distribusi terhambat,” katanya.
Baca juga: "Alfamart" ajak UMKM Karangasem pasarkan produk di tokonya
Sementara itu, untuk sektor UMKM terbesar yang terkena dampak COVID-19, adalah mereka yang bergerak di bidang makanan dan minuman, industri kreatif, dan pertanian.
Untuk itu, pihaknya berupaya memberikan perlindungan dan pemulihan usaha bagi koperasi dan UMKM dengan memberikan bantuan dan stimulus kebijakan.
“UMKM dengan kategori miskin dan rentan sebagai penerima bantuan sosial. Insentif pajak untuk UMKM dengan omzet di bawah Rp4,8 miliar per tahun,” katanya.
Baca juga: Diskop Denpasar siapkan koperasi hadapi revolusi industri 4.0
Kemudian pemberian relaksasi dan restrukturisasi pinjaman untuk koperasi dan UMKM salah satunya melalui LPDB. Selanjutnya diberikan perluasan pembiayaan modal kerja koperasi dan UMKM.
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020