Usaha pencacahan sampah plastik di Kabupaten Buleleng, Bali, masih tetap bertahan menjalankan usahanya dan tak terpengaruh Pandemi COVID-19, bahkan belakangan mulai kekurangan bahan baku berupa sampah plastik.

Eka Darmawan, seorang pengusaha pencacah sampah plastik di Desa Petandakan, Buleleng, Bali, Kamis, mengatakan usahanya tetap berjalan, meski harga jualnya mengalami sedikit penurunan.

"Harga jualnya turun, tapi tak terlalu banyak turunnya, bahkan saya masih anggap normal," katanya.

Baca juga: 12.500 krama Bali ikuti 'Gerakan Bersih Pulau Dalam Satu Hari!'
Baca juga: Gaya hidup "bebas sampah" yang semakin diminati

Yang membuatnya cemas justru bukan harga yang turun, melainkan pasokan bahan baku dari para mitra kerjanya yang belakangan mulai menurun. Bisanya yang memasok sampah plastik ke tempat usahanya berasal dari sekolah dan bank sampah di desa-desa di Bali.

"Siswa sekarang melakukan proses belajar di rumah dan bank sampah mengurangi aktivitasnya juga," katanya.

Selama ini, kata Eka Darmawan, pihaknya bermitra dengan 25 bank sampah yang tersebar di Bali, seperti bank sampah di Buleleng, Kabupaten Bangli dan Klungkung.

"Dengan kebijakan social distancing, para pengelola dan pekerja bank sampah mengurangi aktivitasnya sehingga berpengaruh terhadap pengiriman bahan baku," katanya.

Di tempat usaha milik Eka Darmawan, kegiatan pencacahan sampah plastik tetap berlangsung. Bahan baku berupa sampah plastik tetap masih terjemur di halaman dan luar gudang. Sampah plastik berupa botol-botol bekas tertumpuk rapi dan siap untuk dicacah.

"Mesin pencacah masih terus berbunyi," kata Eka Darmawan.

Di tengah musim pandemi itu, Eka Darmawan mempekerjakan empat orang dan mereka terus melakukan proses pencacahan. Dua orang berada di atas untuk memasukkan botol plastik untuk dicacah, dan dua orang berada di bawah untuk mengumpulkan hasil cacahan.

"Hasil-hasil cacahan itu dijemur terlebih dahulu, setelah kering dimasukkan ke karung lagi untuk siap dikirim," kata Eka.

Setiap hari, usaha yang dinamakan Rumah Plastik itu mampu memproduksi cacahan plastik hingga satu ton. Eka Darmawan membeli sampah plastik dengan harga berbeda-beda sesuai dengan jenisnya.

Misalnya, satu kilogram sampah plastik berupa jeriken putih dibeli dengan harga Rp3.500, botol plastik bening seharga Rp.500 per kilogram, botol warna biru muda seharga Rp2.000 perkilogram dan botol warna hijau dan biru dibeli dengan harga Rp1.500 perkilogram.

"Untuk tutup botol, saya beli dengan harga Rp2.000 perkilogram," katanya.

Pewarta: Made Adnyana

Editor : I Komang Suparta


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020