Gubernur Bali Wayan Koster mengatakan belum waktunya provinsi yang dipimpinnya itu mengajukan Pembatasan Sosial Berskala Besar karena angka transmisi lokal dari jumlah kasus positif COVID-19 di daerah itu terbilang kecil.
"Untuk Bali, menurut hitungan saya dengan Ketua Harian Gugus Tugas dan Wagub serta tim, belum waktunya, dan masih jauh," kata Koster saat memberikan keterangan pers u
setelah mengadakan rapat koordinasi dengan Bupati/Wali Kota se-Bali di Rumah Jabatan Jayasabha, Denpasar, Senin.
Baca juga: Gubernur Bali: Pekerja migran yang "rapid test" negatif tetap dikarantina
Dia mengemukakan untuk pengajuan PSBB itu ada sejumlah persyaratan, yakni peristiwanya banyak terjadi di wilayah itu. Kedua, tingkat penyebarannya sudah tinggi yang menimbulkan risiko besar, seperti korban nyawa dan sebagainya.
Oleh karena itu, ujar Koster, untuk saat ini mestinya jangan berbicara PSBB dulu. "Saya memastikan itu masih jauh. Kita jangan bicara itu dulu. Jangan kita membawa-bawa ke situasi yang seram," ucap Wayan Koster yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Bali itu.
Berbeda halnya dengan DKI Jakarta, Koster menyebut di ibu kota diberlakukan PSBB karena sebagian besar kasus positif adalah transmisi lokal. Angkanya juga sudah menyentuh lebih dari 2.000 kasus dan berkaitan dengan daerah lain di sekitarnya.
Dia mengemukakan seperti halnya Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bogor, Bekasi, dan daerah lain yang kasus positif COVID-19 juga tinggi.
Baca juga: Gubernur Bali lantik ratusan PNS gunakan "teleconference"
"Kalau Bali sebenarnya secara geografis mengendalikannya mudah sekali," ucap Koster didampingi Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati dan Sekda Bali Dewa Made Indra.
Sebelumnya Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan dari jumlah kumulatif 79 kasus positif COVID-19 di Pulau Dewata hingga Sabtu (11/4) didominasi "imported case" atau terinfeksi di luar Bali.
"Dari 79 kasus positif, 7 orang WNA dan 72 WNI. Untuk yang 72 WNI, dapat dirinci 51 orang imported case, yang dibawa oleh orang yang memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri, 13 orang juga imported case, tetapi dari daerah lain di Indonesia, dan 8 orang kasus positif karena transmisi lokal," kata Dewa Indra.
video oleh Pande Yudha
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020
"Untuk Bali, menurut hitungan saya dengan Ketua Harian Gugus Tugas dan Wagub serta tim, belum waktunya, dan masih jauh," kata Koster saat memberikan keterangan pers u
setelah mengadakan rapat koordinasi dengan Bupati/Wali Kota se-Bali di Rumah Jabatan Jayasabha, Denpasar, Senin.
Baca juga: Gubernur Bali: Pekerja migran yang "rapid test" negatif tetap dikarantina
Dia mengemukakan untuk pengajuan PSBB itu ada sejumlah persyaratan, yakni peristiwanya banyak terjadi di wilayah itu. Kedua, tingkat penyebarannya sudah tinggi yang menimbulkan risiko besar, seperti korban nyawa dan sebagainya.
Oleh karena itu, ujar Koster, untuk saat ini mestinya jangan berbicara PSBB dulu. "Saya memastikan itu masih jauh. Kita jangan bicara itu dulu. Jangan kita membawa-bawa ke situasi yang seram," ucap Wayan Koster yang juga Ketua Gugus Tugas Percepatan Penanganan COVID-19 Provinsi Bali itu.
Berbeda halnya dengan DKI Jakarta, Koster menyebut di ibu kota diberlakukan PSBB karena sebagian besar kasus positif adalah transmisi lokal. Angkanya juga sudah menyentuh lebih dari 2.000 kasus dan berkaitan dengan daerah lain di sekitarnya.
Dia mengemukakan seperti halnya Banten, Jawa Barat, Jawa Tengah, Bogor, Bekasi, dan daerah lain yang kasus positif COVID-19 juga tinggi.
Baca juga: Gubernur Bali lantik ratusan PNS gunakan "teleconference"
"Kalau Bali sebenarnya secara geografis mengendalikannya mudah sekali," ucap Koster didampingi Wagub Bali Tjokorda Oka Artha Ardhana Sukawati dan Sekda Bali Dewa Made Indra.
Sebelumnya Ketua Harian Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Provinsi Bali Dewa Made Indra mengatakan dari jumlah kumulatif 79 kasus positif COVID-19 di Pulau Dewata hingga Sabtu (11/4) didominasi "imported case" atau terinfeksi di luar Bali.
"Dari 79 kasus positif, 7 orang WNA dan 72 WNI. Untuk yang 72 WNI, dapat dirinci 51 orang imported case, yang dibawa oleh orang yang memiliki riwayat perjalanan dari luar negeri, 13 orang juga imported case, tetapi dari daerah lain di Indonesia, dan 8 orang kasus positif karena transmisi lokal," kata Dewa Indra.
video oleh Pande Yudha
COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2020