Denpasar (Antara Bali) - Pengamat budaya dari Universitas Udayana, Prof Dr Nyoman Kutha Ratna, mengingatkan semua pihak dalam mengembangkan sektor pariwisata di Bali jangan sampai mengabaikan nilai-nilai luhur budaya masyarakat setempat.

"Berbagai isu dan perdebatan mengenai radius kawasan suci dalam Perda Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi Bali beberapa waktu lalu, merupakan salah satu bentuk bahwa semua pihak telanjur menganggap pariwisata itu satu-satunya penghasil devisa dengan meninggalkan nilai budaya," kata pengajar di program Kajian Budaya Unud itu di Denpasar, Minggu.

Oleh karena itu, sebelum masyarakat Bali semakin jauh meninggalkan kearifan lokal yang dimiliki, maka harus kembali pada nilai-nilai luhur budaya.

"Pariwisata boleh dikembangkan, tetapi jangan sampai meninggalkan aspek yang lainnya. Sebenarnya keadaan Bali sudah terancam akibat semata-mata menitikberatkan sektor pariwisata, namun karena masyarakat kita biasa melihat seperti itu sehingga menjadikan ancaman tersebut tidak terasa," ucapnya.

Kemacetan lalu lintas di Bali, ucap dia, menjadi satu bukti nyata betapa orang dan kendaraan mengalir begitu saja tanpa pembatasan akibat dampak pariwisata.

"Itu semua karena kita tidak sadar. Padahal sebenarnya banyak sumber lain penghasil devisa di luar konteks pariwisata yang ditinggalkan masyarakat Bali. Sekarang memang sudah mulai tampak kesadaran kembali pada nilai budaya, contohnya dengan mulai melirik sektor pertanian," ujarnya.(LHS)

Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012