Mangupura (Antara Bali) - Petani rumput laut di Pantai Geger, kawasan Nusa Dua, Kabupaten Badung, kini mendapat jaminan tidak akan digusur walau adanya pembangunan Hotel Mulia Resort.

Bendesa (Ketua) Adat Peminge, Bali, Wayan Lemes di Nusa Dua, Kamis mengatakan, antara petani rumput laut dengan pihak Hotel Mulia Resort telah melakukan perjanjian.

Menurut dia, perjanjian itu bertujuan setelah hotel tersebut beroperasi tidak akan menggusur para petani rumput laut yang ada selama ini.

"Perjanjian atau kesepakatan tersebut sudah dilakukan dihadapan notaris pada 26 Januari 2012," katanya.

Ia mengatakan, isi dari perjanjian tersebut sama-sama menguntungkan. Artinya tidak ada penggusuran. Tetapi kalau seandainya dalam kenyataan sampai dirugikan para petani rumput laut oleh pihak hotel, maka pihaknya akan menuntut sesuai dengan perjanjian tersebut.

Menurut Wayan Lemes, pihaknya merasa senang di wilayah Desa Adat Peminge menjadi bagian dari obyek pariwisata, karena desa tersebut bagaian dari kawasan Nusa Dua yang telah ditetapkan menjadi kawasan wisata internasional.

Keberadaan petani rumput laut di Pantai Geger diapit antara Hotel Mulia Resort dan Hotel Nikko.

"Kami diberi kesempatan untuk tetap bertani rumput laut. Tapi jaraknya 100 meter dari bibir pantai," kata Sumaryanta, seorang petani rumput laut.        
Saat ini ada 138 petani yang tergabung dalam Persatuan Petani Rumput Laut Samudera Indah. Hasil panen mereka diekspor ke Amerika Serikat, China dan Jepang.

Rata-rata dalam sebulan setiap petani menghasilkan dua ton rumput laut. Harga satu kilogram rumput laut Rp10 ribu.

Dikatakan, pernah harga rumput laut melonjak tajam menjadi Rp16 ribu per kilogram. Tetapi pernah pula terpuruk hingga Rp6.000. Itu disebabkan rumput laut asal Filipina dijual ke pasar ekspor dengan harga Rp5.000.

Sementara itu, Ketua Asosiasi Rumput Laut Indonesia (ARLI) Safari Azis berdasarkan laporan akhir tahun 2011 menyebutkan, pada Januari-Agustus 2010, total ekspor rumput laut Indonesia hanya 72,39 ribu ton. Sedangkan periode yang sama tahun 2011 mencapai 94 ribu ton atau 87 juta dolar AS.

Menurut dia, kenaikan sebesar itu belum signifikan, jika dibandingkan luas bentangan laut dan jumlah petani rumput laut di Indonesia.

Peran pemerintah dituding menjadi salah satu penyebab lemahnya program pemberdayaan rumput laut. Karena ekspor bahan jadi rumput laut ke China diberlakukan pajak 35 persen lebih tinggi dari ekspor barang mentah.(I020)






Pewarta:

Editor : Masuki


COPYRIGHT © ANTARA News Bali 2012